Hal ini tentu menimbulkan keresahan pada rakyat. Terbukti, mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia menggelar demonstrasi, menuntut penurunan harga sembako, menghapus KKN dan menuntut lengserkan Soeharto dari kursi kepresidenan RI. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Trisakti terjadi bentrokan. Empat diantaranya mati tertembak, puluhan lainnya luka-luka bahkan diculik. Berlanjut ke 13-14 Mei, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal. Banyak toko dijarah lalu dibakar. Ratusan orang mati terbakar.
Penutup : Indonesia Bukan Rumah Kita Bersama
Hemat saya, hal ini tidak bisa terlepas dari paradigm politik pejabat publik Indonesia. Para pejabat publik masih melihat arena politik sebagai gelanggang perang kawan versus lawan. Praktek ini membenarkan tesis Carl Scmidt bahwa landasan semua politik adalah pemisahan tegas antara teman dan musuh politik. Politik menjadi mungkin karena kehadiran sosok musuh. Kehilangan sosok musuh menjadi lonceng kematian politik. Hubungan ontology teman -- musuh menjadi esensi substansial politik.
Praktek KKN oleh pejabat publik jelas mengadopsi pandangan Schmidt ini. Keluarga dan kroni-kroni diidentifikasi sebagai kawan sementara rakyat banyak adalah reprsentan musuh politik. Sehingga dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahan, kepentingan rakyat tidak terakomodir. Rujukan perjuangan dan kinerja pejabat public berkiblat selalu pada kepentingan kelompok dan golongan. Dengannya dalam arti tegas dapat dikatakan Indonesia bukan lagi menjadi rumah bersama.
Rumah Indonesia yang adalah milik seluruh rakyat sebagaimana dicita-citakan bersama kini tinggal kenangan. Pemiliknya bukan lagi rakyat yang memiliki kedaulatan penuh atas Negara tetapi milik segelintir pejabat publik. Bonum commune sebagai esensi substansial politik dikerangkeng. Dinasti politik ada di seantero Nusantara. Korupsi berjamaah itu biasa. Ya, itulah cerita Indonesia kita saat ini. Kita yang hanya rakyat bisa apa?
*Tulisan ini merupakan refleksi kecil atas sikap pro hukuman mati bagi terpidana KKN dalam debat panel di Seminari Tinggi St. Mikhael pada tanggal 12 September 2017.