Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tafsir Perilaku Gunung Merapi

1 Juni 2018   22:30 Diperbarui: 1 Juni 2018   22:53 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Antara Foto/Muhammad Ayudha)

Pelepasan kesadaran ini bisa diakibatkan motif rasionalitas ekonomi, kekuasaan, jabatan, yang akhirnya pelan-pelan mengeser  nilai-nilai luhur kemudian disimpan kedalam personal unconscious. Lama kelamaan maka alienasi kesadaran ini teroganisasi, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan ingatan-ingatan terdapat dalam simpanan  ketidaksadaran pribadi, dan tidak dipakai dalam tindakan.

Data metafisik, pada berita Kompas.com 01/06/2018, 14:33 WIB dengan judul "Sebelum Merapi Meletus, Terjadi 5 Kali Gempa Tektonik Dalam", Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso menjelaskan, letusan Gunung Merapi pada Jumat (1/5/2018) berbeda dengan sebelumnya. 

Satu hari sebelum terjadi letusan terlihat adanya kegempaan volkano tektonik (VT) dalam yang terpantau sejak Kamis (31/5/2018). "Letusan hari ini tidak seperti letusan-letusan sebelumnya. Letusan sebelumnya tidak ada tanda-tanda sama sekali," ujar Agus dalam jumpa pers, Jumat (1/6/2018). "Kalau tanggal 11 Mei itu 20 menit sebelum letusan ada kenaikan suhu, ya sangat pendek. Kalau yang ini (letusan 1 Juni 2018) berbeda karena ada kegempaan VT dalam sebanyak 5 kali pada kemarin.

Kompas.com 01/06/2018, 09:56 WIB dengan judul "Berbusana Jawa, Jokowi  Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila", Presiden Joko Widodo, Jumat (1/6/2018) pagi, menjadi inspektur upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di depan Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta. Uniknya, seluruh menteri/ kepala lembaga negara, pimpinan lembaga tinggi negara dan para elite partai politik yang menjadi peserta upacara mengenakan busana adat. Tidak terkecuali Presiden Jokowi.

Dua berita Kompas ini secara mudah dapat dipahami dengan menggunakan psikologi ketidaksadaran kolektif ["Collective Unconscious"]. Jika seluruh stakeholder bangsa ini peka terutama para punggawa negara maka jelas pemikiran  garis lurus imajiner dari Merapi hingga Laut Selatan ini sarat kearifan local, dan wajib dipahami dengan baik. 

Bahwa "Berbusana Jawa Bapak Jokowi, dengan  peristiwa letusan Merapi akibat, magma dalam gunung Merapi tersumbat. Atau suatu pesan jelas kepada negara kita bahwa seluruh penguasa (memiliki kekusaan  pada public) bahwa  suara hati pemimpin, suara hati manusia Indonesia, suara hati rakyat tidak boleh  tersumbat, jika tidak maka sudah ada tanda semiotika  terjadi krisis negara secara menyeluruh. Beruntung letusan itu tidak memakan korban nyawa dan harta benda. 

Tetapi bagi saya ini adalah "early warnings system" atau ada hubungan saling memberikan tanda antara fenomena Perilaku Gunung Merapi ("volcanic behavior"), baju busana Jawa Bapak Presiden, dan Terjadi 5 Kali Gempa Tektonik Merapi, malam jumat Pahing 9 dan 6) atau 15, bersamaan dengan peringatan lahirnya 5 butir Pancasila memiliki kesesuaian pada fakta eksistensialnya. 

Termasuk 5 hari neptu Jawa atau kelupaan pada Sedulur Papat Limo Pancer merupakan Pejaga Diri manusia berbudi luhur. Atau melupakan konsep Rudolf Karl Bultmann tentang  Demitologisasi  bahwa sejarah bangsa dan masyarakat  adalah bentuk hasil kausalitas dan cara berpikir yang menjadi cara memahami dunia.

Atau telah terjadi proses psikologi ketidaksadaran kolektif  ["Collective Unconscious" Jung]. Atau telah terjadi semacam bangsa ini mengalami penurunan tindakan nilai-nilai berisi ingatan laten hal-hal diwariskan dari masa lampau leluhur pendiri bangsa ini (khususnya Pancasila, dan UUD 1945), melupakan sejarah atau ingatan pikiran universal yang diturunkan dari generasi ke generasi, simbol idiologi terutama Pancasila  mengalami collective unconscious  atau ketidaksadaran kolektif telah memasuki fase tidak dapat dihayati dalam tatanan sebagai warganegara yang baik (Good Citizen).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun