Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fatin: Memikat di Audisi

16 Juni 2013   23:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:55 2603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Style Abu-Abu

Sekarang! Siapa yang tidak kenal Fatin Shidqia Lubis? Gadis ini telah menghipnotis hampir seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia dengan lagunya yang menggranat. Dia pula yang menyanyikan lagu Grenade dari Bruno Mars dengan raut wajah biasa dan malu-malu, tetapi langsung mendapatkan sambutan meriah bagai penyanyi yang baru mati suri.

Fatin datang dengan membawa harapan setelah ikut X Factor Indonesia bisa mendapatkan pembelajaran yang baik dalam melagukan syair. Tak muluk-muluk. Tidak pula mengharapkan imbalan yang akan diperoleh jika memenangi ajang bergensi yang baru pertama kali diadakan di negeri penuh canda tawa bernama Indonesia ini.

Gadis lugu ini berpikir lurus-lurus saja. Tanpa memperhatikan kiri kanan dan dampak negatif yang akan dialamatkan kepadanya jika suatu saat akan lolos babak audisi. Lihat saja gaya duduknya di bangku tunggu; berhimpitan dengan dua cowok keren bermodal cakep, gaya perlente anak muda masa kini, aura bintang sudah kelihatan dan tentu saja sikap sombong bahwa mereka akan lolos audisi!

Kembali ke Fatin; penampilan “kumuh”nya tidak memperlihatkan bahwa dia akan menyanyi lagu bagus. Jauh-jauhlah berpikir demikian. Palingan Fatin hanya bisa mengaji dan main rebana, paling bagus bisa qasidahan. Mungkin itu penilaian kita pada saat Fatin masih duduk manis menunggu panggilan menghadap juri.

Menghadap? Seperti akan melapor bahwa hari ini keadaannya baik-baik saja, bukan? Segala sesuatu sudah dipersiapkan dengan matang. Mulai dari latih vocal sampai les di mana-mana dengan bayaran mahal, pakaian mewah sang penyanyi papan atas.

Fatin tidak. Hanya mengenakan pakaian seadanya. Masih berseragam sekolah. Menunggu dengan harap-harap cemas. Dan perbedaan yang mencolok, dia tidak seksi. Tidak menawan. Tidak menimbulkan hasrat untuk mengajaknya berfoto. Tidak ingin disapa lantaran masih dianggap anak-anak. Perbedaan itu karena dia berjilbab.

Mungkin kita boleh tertawa. Silahkan ngakak! Jungkal-jungkal. Jungkir balik. Loncat-loncat. Mana ada peserta audisi penampilan bagai mau shalawatan? Benar kan? Kasihan sekali Fatin waktu itu, menjadi pusat perhatian. Bukan karena menampakkan paha mulus, bukan karena rambut terkepang dua, bukan karena pakaian ketat serba bentuk tubuh tertatap dengan penuh napsu. Tapi dia menutup seluruh tubuhnya dan ikut audisi pula!

Kacau. Fatin benar-benar tidak tahu malu saat itu! Atau malunya sudah dilupakan atau malah tidak mau peduli. Biar saja malu-maluin. Nyatanya penampilan bukan segalanya. Juri tidak akan menilai penampilan Fatin di panggung kemegahan yang sebentar lagi akan ditapaki.

Benar. Lihat lagi video audisi. Saat ditanya ternyata Fatin hanya penyanyi kamar mandi. Wow! Berani sekali gadis ini. Tidak ada modal menyanyi kok nekat ikut ajang pencarian bakat yang akan disiarkan secara besar-besaran oleh televisi hebat di Indonesia ini? Terkadang modal nekat ini pula yang membuat orang menjadi hebat. Suatu saat nanti. Entah kapan. Fatin cuek dan ingin menyanyi saja, tersirat dari ungkapan kata-kata pembukanya. Sekadar tes kemampuan olah vocal di kamar mandi. Kali saja bisa membuat juri terhibur. “Syukur-syukur lolos audisi dan mendapatkan pelajaran, amin!” Begitu doa, Fatin!

Dipanggillah Fatin menuju panggung. Melihat wajahnya seperti berharap selesai saja audisi ini. Apalagi saat sampai di depan juri yang terdiri dari empat orang hebat. Ada Ahmad Dani, Rossa, Bebi Romeo dan Mulan Jameela. Saat Fatin masuk ke panggung audisi yang mewah itu, bagi penyanyi kamar mandi. Suara sorak langsung menghampiri dan terdengar riuh sekali.

Di tribun penonton sebagian pasti mengira Fatin akan menyanyi lagu-lagu Arab, atau mau ngaji bahkan shalawat. Mana mungkin gadis berpakaian abu-abu dengan kaos garis-garis warna senada bisa menyanyi dengan hebat? Rasa iba dan kasihan pasti menghampiri penonton. Turun sajalah Fatin. Bikin malu saja kau Nak jika tak bisa menyanyi dengan benar!

Mungkin demikian.

Mulan mulai bertanya, “Namanya siapa?”

“Fatin Shidqia Lubis,” jawab Fatin malu-malu.

“Fatin…. Shi….?” Tanya Mulan lagi, sangat tidak familiar nama itu bukan. Dari dahi Mulan tersirat penilaian yang sangat rendah untuk Fatin. Pada menit perkenalan itu. Akan berubah drastis saat Fatin mulai menyanyi.

Ternyata, berhadapan dengan orang-orang hebat membuat gugup luar biasa. Jelas sekali dari Fatin. Apalagi celutukan demi celutukan saling membantai antara juri.

“Kamu belum pulang sekolah?” tanya Rossa, dengan wajah datar saja.

“Izin sekolah,” jawab Fatin masih malu-malu.

“Berarti yang salah menager kamu,” sahut Bebi Romeo.

“Dia belum punya menager!” bantah Rossa.

“Berarti guru olahraganya yang salah,” timpal Dani.

Mental Fatin telah diuji. Untuk penyanyi kamar mandi tentu saja.

“Kamu mau nyanyi lagu apa?” tanya Rossa. Masih dengan mimik biasa-biasa saja. Mungkin karena penampilan dan gaya Fatin yang malu-malu itu.

“Grenade,” jawab Fatin.

Penderitaan Fatin belum berakhir. Ahmad Dani menambah ploncoan.

“Grenade dalam bahasa Arabnya apa ya?”

Dam!

Jawab Fatin tidak tahu. Hancurlah penampilan Fatin yang berjilbab. Mungkin bagi sebagian orang. Masa berjilbab tidak bisa bahasa Arab. Tunggu dulu. Belum tentu berjilbab harus bisa berbahasa Arab. Dan tidak semua orang Islam bisa berbahasa Arab. Walau al-Quran isinya bahasa Arab tidak serta merta dipahami sampai ke artinya. Hanya segelintir orang yang memahami bahasa Arab jika sudah benar-benar belajar. Perbedaan yang jelas sekali; bahasa Arab adalah bahasa sama dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa lain. Bukan bahasa Islam. Kebetulan saja Islam awalnya di Arab makanya diidentik dengan Arab. Sama halnya dengan Nasrani, Injil bukan berbahasa Indonesia namun berbahasa Ibrani baru kemudian diterjemahkan sesuai negara masing-masing. Al-Quran juga sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa!

Sudahlah. Kita dengarkan Grenade versi Fatin sekarang!

Grenade yang menggranat

Musik menggema. Fatin berdiri tanpa aksi apa-apa. Menunggu nada, mengambil napas dan mulai melafalkan granatnya.

Tuk. Tuk. Tuk.

Lirik pertama dinyanyikan Fatin. Diiringi tepuk tangan beberapa penonton. Disusul juri-juri. Raut wajah Rossa langsung berubah. Mulan terpana. Dani terpesona. Hanya Bebi yang diam tanpa ekspresi yang luar biasa.

Grenade Fatin mengalun dengan sangat indah sekali. Tanpa ekspresi memang. Tapi karakter vocal begitu kuat. Tidak ada Bruno Mars dalam Grenade ini. Hanya ada versi Fatin saja. Lirikan matanya pun tidak nakal. Menyanyi saja sesuai tempo lagu.

Lagu ini terasa begitu membawa berkah. Ruhnya dapat di mana-mana. Hampir semua penonton mengangga. Tepuk tangan pun ricuh. Yang paling luar biasa adalah melihat Dani dengan “napsu” tinggi mendengar suara Fatin. Dani yang mungkin di awal memandang Fatin hanya bisa lagu-lagu Arab bisa berubah berbalik menyukai. Rossa yang diawal sinis melihat penampilan Fatin sangat bersemangat ikut bernyanyi.

Dan sebutan paling menggelegar menggetarkan telinga. Foya!

Tidak tahunya si Foya ini sudah menghipnotis semua penonton, tidak hanya di tribun penonton panggung megah itu. Tetapi seluruh masyarakat Indonesia dan dunia yang melihat penampilan sederhana anak sekolahan. Mata yang memandang sebelah menjadi lebar keduanya.

Penyanyi kamar mandi menyelesaikan Foya dengan no no no!

Teriakan penonton, histeris Rossa dan Mulan membuat Fatin tersenyum walau masih malu-malu. Untung saja Dani tidak ikut-ikutan teriak histeris. Coba kalau itu terjadi, pasti akan lebih menggembarkan bumi Indonesia saat menonton babak audisi. Lihatlah ekspresi wajahnya yang datar saja. Seperti saat dia menyanyikan lagu “hebat” itu. Datar. Tanpa makna. Hanya menyanyi saja. Tanpa teknik macam-macam. Cuma karakter. Keluar dari konteks penyanyi aslinya.

Inilah Fatin. Si Foya yang sudah menggetarkan seluruh jagad.

Fatin usai bersenandung. Giliran juri berkomentar. Rossa sangat semangat berkomentar.

“Teman-teman kamu tahu tidak suaramu bagus?”

“Biasa aja…”

“Kamu lucu deh, malu-malu gini nyanyinya bagus apalagi kalau udah profesional,” mungkin demikian maksud Rossa.

Fatin masih tetap saja malu-malu. Tanpa bisa memberi ekspresi yang lebih dari itu. Tidak terlihat dia senang dan tidak terlihat pula dia sedih. Tidak berambisi lolos audisi. Yang seperti peserta audisi lain, langsung ngakak begitu juri memberikan nilai positif. Yang memberi arti bahwa akan lolos ke babak berikut. Bagi Fatin yang polos, jika lolos rezeki dan jika tidak lolos belum saatnya. Namun pemikiran itu tentu harus dibuang jauh-jauh.

Menurut Dani dan Mulan, suara Fatin mirip dengan penyanyi legendaris Cindy Lauper. Sampai-sampai mereka serentak menyanyikan lagu andalan penyanyi yang bukan zaman Fatin. Saat ditanya Fatin langsung mengeleng tidak mengenal sosok Cindy Lauper.

Cindy Lauper? Tentu tidak semua orang mengenal penyanyi ini. Salah satu penyanyi yang mempopulerkan Time After Time, memang bukan di masa sekarang. Era tujuhpuluhan. Sudah lama sekali. Suaranya hampir mirip dengan Fatin tetapi tidak sekuat karakter Fatin dalam melagukan sebuah lirik.

Tak sampai di sana keluguan yang dihadirkan Fatin. Setelah juri meloloskannya masuk ke babak selanjutnya, Fatin hanya berdiri tegang. Baru setelah mamanya datang rasa tegang itu hilang. Masih saja Dani menganggu, dimintanya Fatin berdiri di sudut ruangan itu.

Ada-ada saja.

Grenadenya Fatin sudah menggema di mana-mana sekarang. Jumlah penonton di jejaring sosial semakin hari semakin bertambah banyak.

Granat bernama Grenade itu begitu marah membuat Fatin ditonton ramai-ramai saban waktu. Menjadi pembicaraan di mana-mana. Granat yang sudah dilempar ini tidak dipaksa meledak namun meledak secara pelan-pelan. Karena Fatin tidak sedang merakit bom namun sedang membuat bom yang sudah ada menjadi ledakan dahsyat!

Jadi Rebutan

Sesuatu yang “enak” pasti akan menjadi rebutan. Semua orang mau tidak mau akan menyukai yang rasanya enak itu. Enak bisa didefinisikan secara luas. Memang, enak tidak hanya pada rasa makanan, enak bisa juga diartikan pada enak mendengar, enak melihat, dan enak yang lain. Asal tidak dipikir negatif, ya! Lalu apa hubungannya rasa enak itu dengan si Fatin yang telah tampil memukau di tahap audisi ini? Tentu saja ada. Bukan penampilannya yang enak dilihat lantaran baju sekolah dan jilbab putih itu. Tetapi karena suaranya yang renyah bagai kerupuk yang langsung mematahkan hati setiap pendengar. Meleleh. Ingin terus menerkam. Memaksa untuk memilikinya!

Dan berhasil! Yang enak ini jadi rebutan antara Dani dan Rossa. Awalnya Dani menawarkan masuk ke kelompok binaannya, tapi Rossa malah memaksa harus ke kelompok dia. Mereka tidak akan berebut seandainya tidak mempunyai sudut pandang jauh ke depan. Mereka sudah memprediksi bahwa si Foya ini bisa “dipermak” menjadi penyanyi hebat kelak. Modal suara sudah ada walau teknik nol besar. Itu tidak penting. Teknik bisa dipelajari seiring waktu berjalan. Sedangkan karakter vocal yang dimilikinya? Mahal sekali!

Setelah perdebatan panjang itu, akhirnya Fatin sendiri yang memilih Rossa. Bisa jadi karena sama-sama perempuan. Bisa karena Rossa mampu membimbing Fatin dari bawah. Bisa karena aura Rossa mampu mengimbangi Fatin. Bisa karena macam-macam. Terpenting, Fatin sudah memilih.

Rossa menang!

“Kita akan memenangkan ini, Fatin!” begitu ujar Rossa sebelum mempersilahkan Fatin meninggalkan ruang audisi maha megah itu.

Fatin yang meninggalkan ruangan kerlap-kerlip itu bersama mamanya langsung menghubungi seseorang. Entah ayahnya. Entah orang lain; yang istimewa di hatinya. Dia mengabarkan telah diperebutkan oleh dua orang hebat yang baru saja menilai penampilannya. Dari rasa tidak percaya telah lolos audisi itu, Fatin menutup babak ini dengan raut senang dan berniat belajar. Belajar bukan menjadi pemenang!

Pesona Fatin telah membuat seorang Ahmad Dani berbunga-bunga dan terpana. Belum pernah melihat sosok penuh teka-teki ini begitu berambisi terhadap sesuatu. Jiwa bisnis memang tak jauh berlari, pengalaman telah mengajarkan Dani banyak hal. Termasuk menilai penyanyi berkualitas dan laku di pasaran.

Seandainya Fatin berhasil takluk pada genggamannya, pasti akan banyak lagu-lagu roman picisan yang diciptakan untuk gadis belia ini. Sudah tidak diragukan lagi kemampuan Dani dalam menelurkan lagu-lagu hits. Banyak penyanyi yang menjadi sangat terkenal berkat managemen Dani. Kekuatan laki-laki suka bercanda ini tidak bisa dianggap enteng. Penyanyi seperti Ari Lasso dan Once adalah teman dekat Dani yang kemudian bersolo karir dan tak pelak, meledak di pasaran.

Sekali lagi berandai, jika Fatin di pihak Dani, laki-laki ini pasti akan mempermak Fatin menjadi seseorang yang lebih hebat dari sekarang. Mungkin saja benar. Mungkin juga salah. Sisi lain Fatin ternyata lebih peka dalam memilih. Merasa perempuan dan mungkin mengetahui bagaimana kehidupan Dani, akhirnya memilih Rossa. Sama-sama perempuan yang akan jauh dari berita tak sedap.

Tidak juga menyalahkan Dani, rasa Fatin telah memilih Rossa lantaran Dani penuh “keindahan” hidupnya dan dikelilingi banyak perempuan cantik. Tak perlu berprasangka memang, tapi keputusan Fatin terbukti tepat setelah kita melihat babak demi babak yang telah dilalui.

Pilihan hati tidak akan meleset dari keinginan. Rossa begitu menyayangi Fatin, apapun tentang gadis belia ini dibanggakan dan digali potensi habis-habisan sampai keluar aura bintang gemerlap di malam buta!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun