Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Polisi: Baik Dicibir, Buruk Diumpat

20 Juli 2011   04:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 5250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311138540479759455

[caption id="attachment_123879" align="aligncenter" width="508" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Begitu buruk citra polisi Indonesia, jiwa nan rapuh. Aneka julukan miring tertuju padanya. Rawan lalu lintas penyuapan, amplopisme, pemberian, hadiah, gratifikasi, ucapan terima kasih, upeti, setoran, sogokan bahkan sampai extortion act (pemerasan).

Kabar teraktual, tergadangnya pembesar polisi, Ito Sumardi Vs Nazaruddin -yang sedang bernyanyi merdu di televisi kita- dalam kasus penyuapan yang memerkokoh lilitan problematika internal Demokrat yang kian menyeruak dus seolah tak bertepi itu.

Entah kurikulum sejenis apa yang diajarkan saat mereka pendidikan. Benarkah kurikulum 501 masih diterapkan di sana?. 50 juta, 1 calon siswa. Kurikulum 501 telah melahirkan alumni-alumni kompetensi BELOK KIRI alias doyan neko-neko, ambil jalan yang keliru karena ia meniru polisi lain dan membuat pelayanan masyarakat jadi pilu.

* * *

Namun polisi yang satu ini beda. Ia tak pernah mau terima pemberian atau ucapan terima kasih. "Jangan...! Saya punya gaji kok". Ia berpangkat AKP, rumahnya di pinggir pagar Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Alumni SECAPA Sukabumi, Jawa Barat.

Dia pengagum Pak Hoegeng, tiga dari polisi jujur Indonesia versi Gus Dur -Limpahan Rahmat Padamu Guru Bangsa- plus patung polisi dan polisi tidur.

Karena ia keseringan menolak, iapun dicerca masyarakatnya. "Susah berurusan dengan bapak polisi itu. Tidak mau menerima apa-apa. Kita jadi tidak enak", begitu celotehan seorang warga.

Polisi seperti ini memang tak lazim, tidak umum, tidak lumrah. Perilakunya 'menyimpang' dari polisi-polisi 'normal' lainnya. Harga diri polisi ini tidak tertera di raut wajah dan cara bertuturnya. Saya tidak mengada-ada. Saya bertemu beberapa kali di kediamannya untuk beberapa urusan.

Bahkan pernah seorang keluarga ingin masuk Sekolah Polisi Negara (SPN) di Batua, Makassar dengan cara menyogok. Ia malah bilang, langsung saja ke SPN Batua POLDA Sulawesi Selatan. Beliaupun memberi jurus: "Kalau memang cerdas, pasti lolos".

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun