Mohon tunggu...
Arrizal Tegar Al Azhar
Arrizal Tegar Al Azhar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

mahasiswa biasa yang suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ancaman Penjajahan Modern Negara Berkembang! Indonesia Termasuk?

17 April 2024   22:52 Diperbarui: 17 April 2024   22:59 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New York Times/Xinmei Liu

Jika kita berpikir di zaman sekarang sudah tidak mungkin lagi terjadi penjajahan. Bisa jadi kita salah. Beberapa fenomena yang terjadi, ternyata telah menunjukkan suatu bentuk penjajahan yang halus, dan mungkin belum disadari sepenuhnya. Fenomena tersebut adalah "Brain Drain".

Brain drain merupakan sebuah istilah yang menggambarkan migrasi individu secara substansial. Brain drain bisa terjadi antarnegara dan kota, dimana mereka yang melakukan hal ini memiliki tujuan untuk menemukan peluang hidup yang lebih baik.

Belum lama ini, sebuah tren perpindahan status warga negara Indonesia (WNI) menjadi warga negara Singapura terus bertambah dari tahun ke tahun. Jika melihat dalam lima tahun terakhir, angka perpindahan status kewarganegaraan ini paling banyak terjadi pada tahun 2022, sebanyak 1091 orang Indonesia.

Dan di tahun 2023, per bulan April, jumlah warga negara Indonesia yang telah mengganti status kewarganegaraannya menjadi warga negara Singapura telah mencapai 329 orang. Bukan angka yang kecil, untuk empat bulan pertama di tahun 2023.

Faktor-Faktor Brain Drain

Ada banyak faktor yang mengakibatkan brain drain ini terjadi. Seperti gejolak atau ketidakstabilan politik dalam suatu negara, adanya peluang profesional yang lebih menguntungkan di negara lain, keinginan untuk mendapatkan standar hidup yang lebih tinggi dan terjamin, atau adanya pengalaman negatif yang pernah dirasakan, seperti penganiayaan atau kekerasan.

Selain terjadi secara geografis, brain drain juga dapat terjadi pada tingkat perusahaan atau industri, dimana para pekerja memiliki keinginan untuk mendapatkan gaji, tunjangan, dan mobilitas yang lebih baik dari perusahaan lain di negara lain.

Dampak Brain Drain

Istilah brain drain sendiri sebenarnya lebih akrab digunakan untuk menggambarkan kepergian seorang ahli tertentu, misalnya dokter spesialis, ilmuwan, profesor, dan ahli-ahli lainnya dari berbagai bidang. Sehingga, ketika mereka meninggalkan posisinya tersebut, maka akan ada tempat kosong yang mereka tinggalkan di negara asal. Kehilangan ahli inilah yang dapat menyebabkan kekurangan pasokan ahli dalam suatu bidang tertentu.

Misalnya, seorang dokter spesialis yang ahli di suatu negara pindah ke negara lain dengan alasan, misalnya untuk mendapatkan peluang kerja yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, memiliki akses ke fasilitas riset yang lebih baik, dan lingkungan kerja yang lebih stabil. Akibatnya, negara yang ditinggalkan akan kekurangan pasokan terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.

Pixabay/ernestoeslava
Pixabay/ernestoeslava

Jika hal seperti ini terjadi di negara-negara berkembang, maka ini bisa menjadi dampak serius bagi perkembangan negara tersebut. Misalnya, dalam contoh dokter spesialis yang migrasi tersebut, jika hal seperti itu terjadi di negara berkembang, maka akan sulit bagi negara tersebut untuk mendapatkan pengganti yang setara atau setidaknya yang memenuhi kompetensi seperti mereka yang bermigrasi. Akibatnya, kualitas layanan kesehatan mereka menjadi terganggu dan menurun.

Jika contoh tersebut juga terjadi di bidang krusial yang lain, misalnya pendidikan, maka hal-hal negatif seperti menurunnya kualitas pendidikan dan kualitas sumber daya manusia di negara tersebut, juga tidak dapat dihindarkan. Untuk menghindari hal-hal semacam itu, maka salah satu langkah yang mungkin akan dilakukan adalah mendatangkan pekerja dari negara maju.

Impor Pekerja Asing Terampil

Salah satu solusi yang mungkin akan dilakukan oleh negara berkembang untuk menutupi lubang oleh ahli-ahli yang berpindah kewarganegaraan adalah dengan mendatangkan ahli dari negara lain. Solusi ini lah yang bisa menjadi awal dari penjajahan halus di era modern. Sebab, kedatangan mereka bisa saja tidak sekadar untuk melaksanakan tugas profesi tertentu.

Perpindahan yang mereka lakukan dapat menjadi awal dalam menanamkan budaya-budaya mereka yang tidak sesuai dengan budaya luhur di negara tempat mereka pindah. Hal ini bisa mengakibatkan dominasi yang mereka lakukan dalam hal budaya, ekonomi, atau bahkan ideologi.

Selain itu, brain drain juga dapat dilihat sebagai bentuk penjajahan halus, dimana ketika negara-negara maju menarik kembali individu-individunya yang berkualitas dan berkompetensi dari negara-negara berkembang kembali ke negaranya masing-masing.

Hal ini dapat menimbulkan sebuah siklus yang merugikan bagi negara berkembang. Mereka mendatangkan ahli dari negara maju, namun negara maju juga menarik ahli lainnya dari negara berkembang untuk kembali ke negaranya. 

Mengatasi Brain Drain

Mengatasi brain drain memerlukan pendekatan komprehensif. Misalnya dengan meningkatkan investasi dalam bidang ekonomi. Dengan melakukan investasi dibidang ekonomi, maka secara perlahan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut juga akan mengalami tren naik.

Secara tidak langsung, hal itu bisa menjadi penghalang bagi ahli-ahli di suatu negara untuk melakukan perpindahan. Sebab mereka bisa mendapatkan insentif yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat juga bisa menjadi tanda bahwa akses terhadap sumber daya juga menjadi lebih baik dan menjadi jalan peningkatan kualitas pelayanan dalam berbagai bidang.

Pixabay/nattanan23
Pixabay/nattanan23

Dengan begitu, kemakmuran ekonomi akan mulai terlihat dan potensi standar hidup yang lebih tinggi dan terjamin juga dapat terbentuk. Sehingga, hal ini bisa menjadi peluang penghalang bagi masyarakat negara berkembang yang ingin berpindah kewarganegaraan.

Selain dalam bidang ekonomi, negara-negara berkembang juga perlu meningkatkan investasi dalam pendidikan dan penelitian, menciptakan regulasi yang seimbang di lingkungan kerja, dan memperbaiki kondisi sosial dan politik.

Brain drain merupakan ancaman serius bagi kemajuan negara-negara berkembang. Sementara individu memiliki hak untuk mencari kesempatan terbaik bagi diri mereka sendiri, solusi jangka panjang harus dicari untuk mencegah kebocoran sumber daya manusia yang berharga dari negara-negara ini. Hanya dengan tindakan bersama, baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat secara keseluruhan, kita dapat mengatasi ancaman penjajahan modern ini melalui pemahaman dan penanganan yang tepat terhadap fenomena brain drain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun