Kepa yang sepi, jauh dari kebisingan menghadirkan eksotisme tersendiri, tempat yang tepat untuk mensauhkan kelegaan dari kesibukan kita.
Sisi menarik menjadi instruktur Latihan Kerja (ILK) itu adalah mengunjungi tempat baru dan menikmati keindahan alam di tempat bertugas. Jikalau boleh meminjam motto salah satu perusahaan komunikasi maka saya menyebut kehidupan ILK dengan Share and Travelling.
Share itu mewakili tugas untuk berbagi ilmu ketrampilan kepada masyarakat sedangkan Travelling itu mewakili perjalanan ke tempat wisata baru di tempat tugas.
“Saya mau ke Pulau Kepa,” pinta saya ke beberapa teman yang kebetulan berdomisili di Alor. “Ayoo..” jawab mereka. Sudah seminggu saya di Kabupaten Alor untuk melatih, tapi keindahan pulau ini belum kujamah.
Pulau Kepa pertama kali dipromosikan seorang saudara yang pernah mengadakan penelitian di sana. “Ayo Arnold, harus ke Kepa, Pantainya cantik,” kata saudara tersebut. “Pastilah…” jawab saya melalui WA sesudah saya mendarat di Bandara Mali, bandara udara satu-satunya di Pulau Alor.
Singkat cerita, di tengah hari minggu, lajuan sepeda motor membawa kami ke Kepa. Jika dari Kalabahi, maka perlu waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke desa bernama Alor Kecil. Di desa yang berada di pinggir laut ini terdapat dermaga di mana tersedia perahu untuk membawa saya ke pulau Kepa.
Pulau Kepa, adalah pulau kecil yang jauh dari modernitas. Tak ada warung yang menjual makanan sehingga saya sarankan sebelum menyeberang kita dapat menyiapkan atau dapat membeli makanan kecil di warung-warung yang tersedia di Kalabahi atau di Desa Alor Kecil.
“Tenang saja…nanti saya menelepon kaka dorang yang biasa masak di homestay kaka Arnold,” janji Hery menjanjikan pelayanan maksimal di Kepa nanti.
Homestay itu bernama La Pettite Kepa Homestay, milik orang Perancis yang dibangun di tebing-tebing pantai Pulau Kepa. Sebenarnya, di sisi yang lain kelihatan juga dibangun homestay milik pemerintah tetapi menurut saya posisinya masih kurang strategis dibandingkan dengan yang dipunyai bule Perancis itu. “Terlambat…” gumam saya dalam hati sedikit kecewa karena pemerintah masih kurang sigap karena hal-hal yang begini.