Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tidak Ada Pemeriksaan Bagasi di Stasiun Gambir

23 Agustus 2017   12:36 Diperbarui: 24 Agustus 2017   12:51 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber website PT. KAI

Melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan kereta api sudah lama saya inginkan, dan baru terwujud awal Agustus tahun ini. Bersama dengan sembilan ibu-ibu lain, saya melakukan perjalanan Jakarta-Purwokerto dari stasiun Gambir.

Karena tanggal keberangkatan kami termasuk dalam promo event KAI Travel Fair, maka awalnya saya berencana untuk membeli tiket melalui event tersebut (lumayan khan selisih diskon bisa buat belanja*nyengir). Namun, mengingat jumlah kami bersepuluh dan maksimal satu orang hanya dapat membeli 4 tiket, maka rencana membeli pada saat event saya batalkan dan saya putuskan membeli sebelum event berlangsung agar kami dapat duduk satu gerbong berdekatan.

Pemesanan saya lakukan secara online melalui perusahaan yang bekerja sama dengan PT. KAI, saya memesan 10 tiket kereta eksekutif dengan jam keberangkatan pukul 08.00 pagi.

Kurang dari jam 7 saya sudah tiba di Stasiun Gambir, dan untuk pertama kalinya mencoba melakukan cetak mandiri boarding pass di mesin yang sudah disediakan di ruang tunggu.

Suasana di Stasiun Gambir cukup ramai, dan saya pun mencoba membayangkan suasananya di saat libur panjang atau saat musim mudik tiba, pasti akan sangat padat dan penuh sesak. Soal mengisi perut tidak perlu khawatir karena disana banyak pilihan tempat makan yang biasa kita temui di mall.

Karena khawatir tidak cocok dengan makanan yang dijual di dalam kereta api maka sebelum masuk ke pintu masuk keberangkatan kami membeli bekal untuk dibawa ke dalam kereta.

Tidak ada pemeriksaan bagasi di pintu masuk keberangkatan

Sebelum jarum panjang jam menuju angka 12, kami mulai beranjak dari kursi tunggu menuju pintu masuk keberangkatan dan membawa barang bawaan termasuk tas travel dengan ukuran yang sesuai dengan aturan di website PT. KAI.

Tidak seperti di Bandara, petugas di pintu masuk hanya memeriksa boarding pass dan KTP kami, tidak ada pemeriksaan metal detector dan tidak tersedia mesin untuk memeriksa barang bawaan kami seperti halnya di Bandara.

Tidak adanya pemeriksaan terhadap barang bawaan penumpang baik dipintu masuk stasiun ataupun di pintu masuk keberangkatan, cukup menjadi pertanyaan bagi saya, mengingat banyaknya jumlah jiwa yang ada dalam satu rangkaian kereta ataupun didalam stasiun yang bisa saja disusupi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat melakukan aksinya saat perjalanan kereta ataupun di stasiun.

Dalam peraturannya memang sudah tercantum dilarang membawa binatang, narkotika, bahan-bahan yang mudah meledak, senjata api, senjata tajam dan barang berbau menyengat, namun bila tidak ada prosedur pemeriksaan atas larangan tersebut, maka peraturan tersebut hanya akan menjadi sebuah catatan tertulis yang tidak berfungsi.

Meskipun cukup merepotkan, namun seharusnya standar keamanan yang dilakukan di stasiun sama dengan yang dilakukan di bandara, sehingga penumpang dan petugas akan merasa aman dan nyaman saat melakukan perjalanan.

Tidak Ada Petugas yang Mengatur Penyimpanan Bagasi

Setelah masuk, kami segera menuju gerbong kereta, ada petugas disana yang membantu mengarahkan kami untuk masuk, namun sayangnya petugas tersebut tidak kami temukan saat berada di dalam gerbong.

Meskipun tas yang kami gunakan adalah tas travel kecil, namun perjalanan 5 hari tentu akan membuat isinya juga berat, dan saat itu ibu-ibu yang berangkat bersama saya bukan hanya terdiri dari ibu-ibu muda namun juga ibu-ibu yang sudah menjadi oma dan agak kesulitan untuk mengangkat tas koper ke tempat bagasi yang letaknya di atas.

Dengan naik ke atas kursi (tentu setelah lepas sepatu), akhirnya saya membantu mengangkat tas-tas yang beratnya lumayan ke tempat bagasi, begitu juga saat turun, saya kembali naik ke atas kursi untuk menurunkannya.

Seandainya saat itu ada petugas tentu sebagai penumpang kami akan lebih nyaman karena kemungkinan untuk tertimpa tas dari atas tidak akan terjadi. Petugas kami temukan hanya saat memeriksa tiket setelah pemberhentian satu stasiun, petugas yang menjual makanan dan yang mengambil sampah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Perjalanan menggunakan kereta api jarak jauh bukan hanya pengalaman pertama saya, namun juga menjadi pengalaman pertama bagi sembilan ibu lainnya. Diluar dua hal yang menjadi catatan saya diatas, kesan mereka berkereta api cukup baik, karena nyaman, tersedia sandaran kaki meskipun tidak sesuai dengan ukuran kaki saya yang pendek dan tersedia colokan listrik untuk nge-charge hape, dan tersedia meja untuk makan meskipun baru saya ketahui setelah selesai makan *nyengir lagi.

kaki saya yang kependekan tidak pas untuk injakan kaki di kereta (dokpri)
kaki saya yang kependekan tidak pas untuk injakan kaki di kereta (dokpri)
Semoga catatan ini menjadi bahan untuk perbaikan pelayanan PT. KAI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun