Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Padang Rumput Bromo, Manusia, Kehidupan, dan Kebakaran

21 Oktober 2019   11:21 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:15 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencari rumput yang motornya mogok sedang diajak bicara dengan Mas Rahab Ganendra. Dokpri

Ban bocor, mesin mogok, rantai putus karena kurang perawatan, kehabisan BBM karena ketelodoran, terjatuh karena pasir lembut terurai saat musim kemarau, atau terjebak dalam dalam kubangan pasir lembut yang menjadi bubur di kala musim hujan adalah hal kadang terjadi. 

Bertemu dengan sesama warga setempat yang saling peduli dan membantu sungguh meringankan. Jika bertemu dengan wisatawan tentu hanya menjadi sebuah momen langka yang patut diabadikan walau tak semua demikian.

Hal yang paling menakutkan di kala musim hujan adalah sambaran petir melalui sabit yang ditaruh di sela keranjang berisi rerumputan hasil sabitan. Maka perhitungan berdasarkan 'ilmu titen' arah angin dan turunnya kabut kala pagi selalu menjadi pertanda untuk mencari rumput atau tidak.

Kala musim hujan bagi pencari rumput dari Ranu Pani dan Ngadas memang tak terlalu berat, karena mereka bisa menyisir tepi hutan lebat yang masih membentang luas di sekitarnya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Siapa pembakarnya? Dokumen pribadi
Siapa pembakarnya? Dokumen pribadi

Pada musim kemarau, bagi pencari rumput dari Ngadisari, Cemoro Lawang dan sekitarnya jarak yang ditempuh semakin jauh ke barat di daerah Jemplang yang merupakan wilayah Ngadas, Malang. Daerah ini merupakan tebing dan lembah yang curam yang subur dengan hutan pinus dan akasia serta ilalang. 

Sebaliknya bagi masyarakat Ranu Pani dan Ngadas jarak tempuh semakin pendek atau berkurang sekitar 3 sampai 5 km. Tetapi lembah yang curam dan tebing yang tinggi tentu lebih banyak menguras tenaga dan harus lebih hati-hati. Lengah sedikit dan terpeleset adalah petaka yang sulit dielakkan.

Keringnya rerumputan di kaldera dan tebing-tebing yang menyebabkan mudah terbakar hampir setiap tahun di musim kemarau, sempat menyeruak dari petinggi di kementerian pada 2008 bahwa warga setempat sengaja membakar lahan rerumputan untuk segera menumbuhkan rumput yang telah terbakar permukaannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun