Mohon tunggu...
Anton DH Nugrahanto
Anton DH Nugrahanto Mohon Tunggu... Administrasi - "Untung Ada Saya"

Sukarnois

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Art Deco ke Jengki

16 Juni 2012   07:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:55 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah teduh bergaya Kebayoran Baru yang simple (Sumber Photo : Jakarta.go.id)

Pernahkah anda iseng-iseng memperhatikan perbedaan gaya arsitektur Menteng dan gaya arsitektur Kebayoran?, kalau anda jalan-jalan sore di akhir minggu pada dua wilayah ini anda akan melihat perbedaan signifikan dua gaya bangunan lama yang bercokol di Menteng dan Kebayoran, di Menteng bangunan bergaya besar-besar, memiliki bentuk lengkungan seperti gaya hotel Savoy Homann di Bandung dan berjendela besar-besar dengan ornamen dinding yang banyak, sementara di Kebayoran gaya-nya sederhana, memiliki atap seperti pelana, berjendela kecil-kecil tapi panjang dan tidak memiliki gaya ornamen yang rumit seperti yang ada di Menteng,  walaupun di Kebayoran Baru ada juga rumah dengan ukuran besar seperti di Menteng, terutama di cluster yang jalannya bernama kerajaan-kerajaan seperti : Jalan Sriwijaya, Jalan Adityawarman, Jalan Galuh, atau Jalan Kartanegara, namun ada rumah ukuran kecil yang memang rata-rata sekarang sudah dihancurkan, seperti deretan rumah di Jalan Sinabung,  saya masih ingat dulu model-model rumah di Jalan Sinabung di pertengahan 80-an yang masih beratap pelana, atau di Blok P depan SMA Pangudi Luhur (PL) masih ada rumah ukuran kecil berderet-deret yang bagi saya amat menarik karena sampai sekarang masih ada -dan bila saya ingin berjalan dari Kemang ke jalan Wijaya hal yang saya perhatikan selalu deretan rumah ini.

Saya ingat sekali dulu jamannya Pak Abubakar yang punya dagangan steak Abuba masih dagang gerobakan di dekat Hotel Kemang sekitar tahun 80-an, sampai Abuba punya restoran besar dan megah di Cipete tak jauh dari tempat dia dulu dagang steak-nya di rumah kontrak berwarna putih yang amat legend banget bagi anak-anak muda Jakarta di tahun 90-an - rumah deret kecil depan SMA PL itu masih berdiri dan semoga tidak punah.   -Waktu Pak Abubakar masih dagang dengan gerobak saya inget di Kemang masih banyak bangunan bermodel atap pelana  kalau tak salah di Kompleks AURI, dekat kompleks perumahan Dinas Pajak rumah bergaya amat mirip dengan rumah yang di depan SMA PL itu. -Setelah saya mengamati ternyata rumah-rumah kecil, beratap pelana dengan bangunan sederhana namun teduh itu ternyata berbentuk arsitektur Yankee, atau lidah orang Jakarta bilangnya Jengki.

Yankee- asal usulnya dari kata Jan atau Yan, -Yan adalah nama umum orang Belanda, dulu orang Belanda adalah orang yang pertama kali tinggal di New York, atau sering disebut Amerika bagian utara, orang-orang selatan memberikan julukan sinis ke orang Amerika Utara sebagai Jan atau Yan, dan Kee adalah nama pelengkap jadi Yankee, atau Jengki. -

13398318291022663231
13398318291022663231

Deretan rumah bergaya Jengki tahun 1955, di Jalan Pakubuwono VI (Sumber Photo : Kebayoran Baru Tempo Doeloe)

Lebih menarik lagi ketika membaca beberapa majalah arsitektur dan buku-buku soal sejarah arsitektur tentang gagasan rumah bergaya Jengki ini, saya sendiri sewaktu sekolah sering menganggap rumah bergaya Jengki sebagai 'rumah jawatan' atau 'rumah pegawai' karena kalau saya jalan-jalan ke kompleks Jawatan Kereta Api atau Kompleks Bank Indonesia baik di Rasamala, Tebet atau di daerah Kebayoran Baru, Prapanca-Kemang  saya melihat rumah-rumah dinas pegawai modelnya beratap pelana, berukuran kecil dan memiliki lobang angin yang unik.  -Ternyata rumah bergaya Jengki itu adalah gaya bangunan yang menghancurkan arsitektur berbau kolonial dan merupakan sebuah nafas kebangkitan jaman baru Indonesia yang merdeka, jauh dari unsur penindasan. -Bisa dikatakan arsitektur Rumah Jengki, adalah arsitektur Rumah Rakyat hal ini mirip dengan Hitler saat membuat mobil rakyat -Volkswagen.

Pembangunan Kebayoran Baru berbeda cerita dengan pembangunan Menteng, waktu Menteng dibangun dengan meniru kesuksesan pengembangan perumahan Nieuw Gondangdia yang ada tahun 1890-an, wilayah Menteng yang berada di selatang Niew Gondangdia dikembangkan lagi dengan model kota taman mengikuti gaya kota taman bernuansa ekologis yang sedang tren di Inggris. - Boss pengembangan Menteng dulu bernama PAJ Moijen, saat itu Hindia Belanda sedang menuju puncak kemakmurannya, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat Menteng mulai dibangun Van Heutz ingin Batavia dijadikan kota Kolonial yang bertumpu pada dua hal : Kota Pelabuhan dan Kota Perdagangan serta jasa - Sementara seluruh kegiatan administratif  pemerintahan serta Pusat Pangkalan Militer akan dipindah ke Bandung secara bertahap-. Dalam masa itu berkembang arsitektur yang amat beragam mulai dari  bauhaus, De Stijl, Dutch Ekspresionisme, International Style, Rationalism, Skandinavian, Romantik sampai Jugendstijl. Namun yang paling berkembang kemudian adalah pola bangunan bergaya Art Deco.

Pusar pembangunan rumah bergaya Art Deco yang paling monumental adalah pembangunan rumah konglomerat muda yang kaya raya Willem Berrety, gaya bangunan Villa Isola ini diikuti oleh tren pembangunan rumah baru di seputaran Menteng dengan tipe yang agak kecil. Di tahun 1942 ketika Jepang masuk, seluruh rumah-rumah Belanda dirampas, sebagian diserahkan kepada pemimpin Indonesia yang bersedia bekerjasama dengan Jepang, termasuk yang dapat jatah rumah di jaman itu adalah Bung Hatta yang dapet rumah di Jalan Diponegoro, rumah besar yang cantik. Sementara Bung Karno sendiri mendapat rumah justru di wilayah paling luar Menteng di Jalan Pegangsaan, namun rumah Bung Karno berukuran amat luas, dan bentuknya indah . Rumah ini ternyata juga merupakan rumah jaminan politik kemerdekaan Republik Indonesia karena dari rumah ini Proklamasi Republik dibacakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun