Mohon tunggu...
Ankiq Taofiqurohman
Ankiq Taofiqurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Orang gunung penyuka laut dan penganut teori konspirasi. Mencoba menulis untuk terapi kegamangan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Corona dan Keserakahan Lingkungan

10 April 2020   14:21 Diperbarui: 10 April 2020   14:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memproduksi barang-barang sekunder dan tersier tersebut pasti membutuhkan sumber daya, yang tentunya diambil dari alam hingga terjadilah eksploitasi. Belum lagi polusi dan limbah dari barang-barang  tadi. Manusia seakan digiring untuk terus membeli dan memproduksi barang-barang sekunder dan tersier melalui paradigma gaya hidup. Padahal sekali lagi, manusia bisa hidup dari apa yang dia butuhkan bukan dari yang diinginkan.

Virus corona seolah menjadi agen ekologi yang bertugas untuk memperbaiki siklus hidup manusia dan alam. Masyarakat diingatkan kembali akan pentingnya kebersihan, dijaga jarak dan pergaulannya, hingga dianjurkan untuk menutup tubuhnya agar terjauh dari dampak corona. Kemunculan virus corona memberi juga waktu bagi lingkungan dan bumi untuk beristirahat dan meregenerasi kondisinya.

Di beberapa negara diberitakan bagaimana hewan-hewan memasuki kota, seperti di Italia mulai sering terlihat lumba-lumba berenang di kanal-kanal kota Venesia dimana sebelumnya hal ini sangat jarang terjadi. Begitu juga kenampakan Pegunungan Himalaya dari kota Punjab yang berjarak 240 km, yang mana kenampakan ini terakhir kali terjadi di 40 tahun yang lalu. Seperti itulah gambaran planet bumi seharusnya, tanpa adanya kebisingan, polusi, limbah dan manusia hidup bersinergi dengan alam.

Infrastruktur, industri berat atau  jasa perbankan yang dibangga-banggakan oleh para industrialis seakan tidak bisa memberikan jawaban menghadapi badai corona ini.

Gedung-gedung yang tinggi, jalan-jalan yang tak berujung, mall-mall yang megah, saat ini sudah bukan lagi solusi pembangunan. Hal yang dirasa paling penting menghadapi wabah ini adalah bagaimana kita bisa tetap makan dihari esok tanpa harus memohon bantuan dari orang lain. Pun setidaknya wabah corona bisa membukakan mata dan hati kita bahwa sebesar apapun keinginan manusia untuk mengeksploitasi alam tidak ada apa-apanya dibandingkan ciptaan Tuhan yang berukuran tak kasat mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun