Mohon tunggu...
Angga Lesmana
Angga Lesmana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Televisi Terhadap Pada Pelajar

10 Juni 2013   16:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14 3729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Televisi menjadi sarana komunikasi utama di sebagian besar masyarakat kita. Hampir di setiap rumah tak mengenal dari kalangan atas atau bawah sekalipun terdapat benda berbentuk segi empat yang menyajikan tayangan berupa hiburan maupun informasi. Sayangnya pada saat ini televisi sering menyajikan nilai kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Penyajiannya seperti hanya sebagai hiburan atau informasi dengan gaya yang indah dan dikemas menjadi berseni, menarik. Namun, di dalamnya baik secara terselubung maupun terang-terangan terdapat nilai-nilai kekerasan. Nilai-nilai itu dapat mempengaruhi penontonnya tanpa disadari. Tayangan Televisi harus diatur karena mempengaruhi sikap dan perilaku penontonya khususnya bagi yang belum memiliki referensi yang kuat yakni pelajar yang masih dibawah umur. Di era globalisasi sekarang ini media cukup andil dalam perkembangan kepribadian masyarakat terutama kalangan pelajar.

Media yang cukup dekat dengan pelajar saat ini adalah media televisi. Hampir setiap hari para pelajar menyaksikan televisi. Di dalam televisi tentunya terdapat beberapa stasiun televisi. Stasiun-stasiun televisi tersebut tentunya menyediakan tayangan-tayangan untuk menarik perhatian para penonton. Tayangan-tayangan televisi tersebut membawa dampak pada psikis penontonnya. Khususnya pada kalangan pelajar cukup membawa pengaruh baik positif maupun negatif. Akhir-akhir ini cukup marak tayangan televisi yang tidak patut untuk di saksikan oleh pelajar khususnya pelajar yang masih di bawah usia pubertas. Banyak tayangan-tayangan di televisi yang menyajikan kekerasan yang dapat merangsang penontonnya untuk melakukan tindakan serupa.

Kesalahan masa lalu

beberapa tahun lalu ada suatu acara gulat di stasiun televisi swasta yang mampu merangsang penonton khususnya pelajar untuk melakukan tindakan serupa. Kita mungkin masih ingat ketika itu banyak anak menjadi korban luka atau bahkan sampai meninggal akibat mempraktikan adegan kekerasan dalam acara tersebut. Haruskah dunia pertelevisian kita yang seharusnya memberikan informasi kepada masyarakat malah menjadi malapetaka ? walaupun tayangan gulat tersebut sudah tidak boleh tayang lagi, masih banyak tayangan-tayangan kekerasan lain yang terselip dalam adegan sinetron, acara reality show, dan bahkan acara lawak di televisi. Kita sering melihat juga mungkin disekitar lingkungan kita tinggal atau sekolah, adanya tindak bullying yang dilakukan oleh pelajar mengikuti gaya-gaya candaan yang di sajikan oleh acara-acara di televisi. Mereka melakukan bullying terhadap temannya padahal belum tentu temannya tersebut dapat menerima. Jelas-jelas ini akan menimbulkan dampak psikologis kepada yang menjadi korban bullying tersebut. Tentunya kita tidak mau hal serupa seperti efek dari tayangan gulat beberapa tahun lalu terulang kembali harus ada tindakan untuk menangani masalah ini.

Psikolog Universitas Andalas (Unand) Padang Kuswardani Susari Putri, M.Si. ( dikutip dari hanura.com ) menilai saat ini masih sedikit stasiun televisi yang menayangkan program yang berpihak kepada anak. Siaran televisi masih dipenuhi adegan kekerasan dan masih sedikit menghadirkan program yang mendidik dan mencerdaskan anak. Menurut dia, siaran televisi masih didominasi oleh adegan kekerasan, baik secara fisik maupun kejiwaan yang dapat merusak aspek kejiwaan anak. ini bisa dilihat dari beberapa stasiun televisi swasta yang menyajikan acara lawak yang sarat akan nilai kekerasan seperti seorang pemain dipukul oleh suatu benda lunak, memasukan benda ke dalam mulut seorang pemain, dan bahkan yang lebih parah mengolok-olok seorang pemainnya berdasarkan kekurangan fisiknya

Menurut peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 03 tahun 2007 tentang standar program siaran pasal 1 ayat 13 adalah program yang dalam penyajiannya memunculkan efek suara berupa hujatan, kemarahan yang berlebihan, pertengkaran dengan suara seolah-olah membanting atau memukul sesuatu, dan atau visualisasi gambar yang nyata-nyata menampilkan tindakan seperti pemukulan, pengerusakan secara eksplisit dan vulgar adalah merupakan program yang mengandung muatan kekerasan. Hal ini dapat kita lihat di acara-acara televisi kita seperti sinetron, reality show, dan acara lainnya yang masih sarat akan nilai kekerasan berdasarkan indikator peraturan komisi penyiaran Indonesia tersebut.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa tayangan kekerasan di televisi memicu tindakan kekerasan pelajar. Untuk masalah ini sebaiknya orang tua menemani dan mengawasi anak mereka yang masih di usia sekolah ketika menonton televisi. Apabila tidak bisa menemani setidaknya mewanti-wanti anak-anaknya untuk tidak meniru adegan yang tidak baik dalam tayangan televisi yang disaksikannya. Dari pihak stasiun televisi juga agar bisa menyaring tayangan-tayangan yang mengandung kekerasan didalamnya kalaupun itu bukan tayangan untuk anak-anak setidaknya pihak stasiun televisi memindahkan jam tayang tayangan atau acara tersebut. Komisi Penyiaran Indonesia juga diharapkan bisa memperingati acara-acara yang sarat dengan adegan atau tayangan kekerasan yang tidak baik di tonton untuk pelajar khususnya yang masih dibawah umur. Memang cukup sulit untuk mengatasi pengaruh negatif dari televisi di era globalisasi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun