Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Transkrip “Perbincangan” Cheryl Tanzil (Metro TV) dan Rizal Ramli: “Susah Payah......”

31 Agustus 2013   21:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:33 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cheryl Tanzil, pembawa acara Prime-Time News di MetroTV, saat melakukan diskusi live menhadirkan Rizal Ramli selaku ekonom senior bersama dua narasumber lainnya

[caption id="" align="aligncenter" width="557" caption="Cheryl Tanzil, pembawa acara Prime-Time News di MetroTV, saat melakukan diskusi live menghadirkan Rizal Ramli selaku ekonom senior bersama dua narasumber lainnya, di sekitar Bundaran HI, Jakarta, Kamis (28/8)."][/caption] SIAPA bilang ekonomi di negeri ini baik-baik saja? Saat ini nilai Rupiah bahkan loyo dan jatuh, seakan tak bisa bangkit. Pemerintah malah seakan tak bisa berbuat banyak menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu seperti saat ini. Sehingga, tak salah jika banyak pihak mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Dan, ini pula yang membuat MetroTV merasa perlu untuk menghadirkan ekonom senior DR. Rizal Ramli sebagai salah satu narasumber dalam acara Prime-time News. Acara yang dipandu oleh penyiar Metro TV Cheryl Tanzil ini disiarkan secara live, mengangkat tema:  “Susah Payah Mendongkrak Rupiah”, digelar di Bundaran HI Jakarta, Rabu malam (28/8/2013). Berikut ini adalah transkrip yang memuat pernyataan dan pandangan-pandangan khusus dari DR. Rizal Ramli (RR) : MetroTV: Saat ini saya bersama tiga narasumber di sekitar bundaran HI Jakarta, dari paling kiri ada wakil ketua Komisi XI DPR Harry Ahar Aziz, ekonom senior pak Rizal Ramli dan ekonom lain pak Agustinus Prasetyantoko. MetroTV: Bagaimana pandangan pak Rizal yang berada di luar legislatif dan eksekutif mendengar paparan pak Harry? RR: Sebetulnya ekonomi Indonesia sekarang sudah lampu kuning karena terjadi empat defisit atau Quattro deficit. Satu, defisit neraca perdagangan yang biasanya surplus 30 Milyar Dolar, dua puluh sekian Milyar Dolar, tahun ini minus 6 sampai 7 Milyar Dolar. Yang kedua yang lebih berbahaya, adalah defisit transaksi berjalan atau current account. Yang ini minus sembilan koma delapan Milyar Dolar. Selain itu ada jatuh tempo utang swasta bulan September sebesar 27 Milyar Dolar. Kemudian ada defisit neraca pembayaran dan defisit anggaran yang mungkin lebih besar. Quattro deficit ini terutama transaksi berjalan, saya mohon maaf, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kecil hubungannya dengan pengurangan current account. Sebagai akibat ini maka tekanan terhadap Rupiah akan berlanjut. Saya pikir mudah sekali buat Rupiah anjlok ke 12.000 atau 13.000. On top daripada ini ada yang jauh lebih berbahaya yaitu krisis kepercayaan atau deficit in trust and credibility, defisit di kepercayaan dan kredibilitas karena pemerintah nggak dianggap mampu melihat antisipasi masalah dan menyelesaikan masalah. MetroTV:  Pak Rizal bagaimana, ada yang ingin ditambahkan? RR: Jadi yang dikatakan lebih bagus, adalah pertumbuhan ekonomi GDP. Tapi semua indikator finansial itu negatif. Dan seperti dikatakan mas Pras tadi, tahun 2008 ada gejolak besar, ekonomi Amerika anjlok tapi indikator perekonomian kita positif. Sekarang semuanya negatif. Pertanyaannya, ini kan tidak terjadi dalam waktu semalam atau satu minggu. Ini pelan-pelan menggerogori terus selama dua tahun terakhir. Pertanyaan saya, kemana presiden? Kemana menteri-menteri ekonomi? Kok tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan? Kita sudah mendekati lampu merah karena ada factor terhadap defisit kepercayaan dan kredibilitas. Menurut saya paket-paket inipun tidak menyentuh persoalan. Jangan lupa rakyat kita sudah kena kenaikan harga ronde pertama : kenaikan BBM dan lebaran. Sekarang rakyat kita kena ronde dua, karena Rupiahnya anjlok 15-20 persen, maka pangan, kedelai, jagung, semua akan ikut naik 15-20 persen. Kasihan rakyat kita dua kali kena gebuk sementara pemerintah tidak fokus. Saya berikan contoh, tiga bulan yang lalu saya datangi kepala Bulog, datangi menteri perdagangan,  minta dihapuskan sistem kartel agar harga-harga pangan turun karena harga kedelai di Indonesia lebih mahal dari luar negeri. Harga gula dua kali. Agar harga pangan turun rakyat bisa lebih tenang karena kalau nilai tukar yang kena yang gede-gede, orang bisnis. Tapi langkah inipun tidak ada dalam paket yang dilakukan pemerintah. MetroTV: Pak Rizal, Gerakan Cinta Rupiah, anda setuju ini bisa mendongkrak sentimen positif? RR: Saya setuju tapi harus dimulai dari istana, dari keluarga istana mulai tukarkan Rupiah nya. Jadi kasih contoh pada elit yang lain. Tapi yang paling penting sampai Desember Current account deficit itu harus berkurang setengahnya. Kalau sekarang minus 9,8 Milyar Dolar, akhir tahun bisa menjadi 5 Milyar Dolar defisitnya, baru orang percaya ini kredibel. Tolong baca pernyataan pejabat selama ini, “Impor nggak apa-apa karena kapital kuat”. Saya mohon maaf para pejabat ini kurang teliti, karena yang dimaksud impor capital good itu impor barang-barang spare part otomotif. Kebanyakan buat mobil sedan. Jadi mereka sendiri dibutakan karena tidak teliti menganggap capital good impor itu betul-betul barang modal. Padahal sebagian besar tidak. Harus ada perubahan besar tarif dan kebijakan di dalam impor barang-barang konsumtif termasuk komponen spare part mobil. Yang kedua tentu harus ada kebijakan di dalam repatriasi dari penerimaan ekspor. MetroTV: Pak Rizal, apa ide anda supaya dalam kurun waktu singkat Rupiah kembali ke level yang secara psikologis aman? RR: Sebetulnya kalau berani itu partial capital control seperti yang dilakukan Mahathir pada waktu krisis 98 sehingga Malaysia nggak kena krisis sama sekali. Aliran modal keluar itu dikontrol. Tetapi apa yang disarankan pak Harry itu bagus sekali, artinya export revenue harus masuk kedalam sistem perbankan kita. Yang kedua harus ada kebijakan impor yang lebih agresif untuk mengurangi impor. Dan menurut saya itu bisa dilakukan sehingga defisit transaksi berjalan bisa kurang setengahnya menjadi hanya minus 5 Milyar Dolar. Yang ketiga dan yang paling penting, karena yang kena rakyat biasa yang nggak ngerti apa-apa, kartel di dalam bidang pangan harus dihapuskan, diganti dengan system tarif sehingga harga pangan malah turun bukannya naik dengan Dolar. Yang kedua, saya juga memang nggak paham, SBY mendapat gelar doktor dari IPB dalam bidang pertanian, tetapi malah pertaniannya paling hancur, budget ke sektor pertanian berkurang, kita memang harus meningkatkan produksi di dalam negeri di dalam bidang pangan. MetroTV: Pak Rizal, wajar tidak kalau eksekutif ditanya asumsi-asumsi seperti ini tidak bisa menjawab? RR: Saya memang kuatir nggak banyak yang pintar menghitung. Kalau ada yang mengaku ekonom tidak bisa menghitung dan tidak bisa meramalkan apa yang terjadi satu tahun kedepan, nggak usah mengaku ekonom. Salah satu ciri ekonom adalah harus bisa meramalkan apa yang terjadi. Makanya saya kaget, ini quattro deficit sudah terjadi selama dua tahun terakhir, kok tidak ada antisipasi, tidak diambil langkah-langkah, kok telmi kita. Cuma kalau pemerintahnya telmi, kasihan rakyatnya yang nggak mengerti apa-apa tiba-tiba perusahaan tahu tempe harus bangkrut, rakyat biasa harus menganggur. Telmi itu telat mikir MetroTV: Kemaren ada nota keuangan dan diprediksi Dolar masih 9.700. Ini sudah jauh sekali RR: Begitu pidato, besoknya di pasar modal panik karena angka-angka itu nggak dipercaya. Indeks jatuh, Rupiah malah mendekati 11.000 Ini berbahaya sekali, kelihatan di pemerintah sendiri presiden punya angka, menteri keuangan punya angka. Itu malah bikin bingung kalangan pengusaha, kalangan orang yang dikuasa uang, pasar modal, apa-apaan ini! MetroTV: Dari pasar modal sendiri ada beberapa statemen dari analis sekuritas yang menyatakan “Pernyataan gubernur BI dan menteri keuangan justru membuat resah pasar”. Anda setuju? RR: Saya kira karena itu tadi, tidak ada konsistensi dari angka, tidak ada the big plan roadmap bagaimana cara mengurangi current account. Tidak aneh Rupiah anjlok 12.000-13.000 itu hanya soal waktu. MetroTV: Hari ini di pasar spot sudah sampai 11.350, pak Rizal? RR: Saya kira itu hanya soal waktu karena fundamental ini nggak kelihatan. Kalau pemerintah ambil agresif perubahan di dalam import policy, orang tahu karena current account akan berkurang. Pemerintah ambil langkah repatriasi akan berkurang. Dan kalau pemerintah bubarkan sistem kartel, diganti sistem tarif, ini harga-harga bakal turun lagi. Selama rakyat happy, walaupun terjadi gejolak financial, nggak ada masalah. Tapi kalau ada gejolak finansial dan rakyat nggak suka, harga pangan naik, ya bisa terjadi perubahan. Saya ingat tahun 1998 diwawancara nggak habis-habis oleh puluhan TV internasional di atas hotel Mandarin, nilai Rupiah sudah mendekati 16.000 – 17.000. Saat Harry Ahar Aziz usai menjawab pertanyaan Metro tentang seberapa sulit kita mendorong pemerintah menjalankan kebijakan tepat guna dalam jangka pendek ini untuk menyelamatkan sentimen? RR menambahkan: RR: Jadi dilemanya di Indonesia begini, orang yang mengerti makro disuruh mengurusi mikro. Orang yang mengerti mikro disuruh mengurusi makro. Sehingga dia tidak bisa baca ada perubahan fundamental, apa yang harus diambil karena terbalik-balik Metro  Baik terima kasih bapak-bapak sudah hadir di “Prime Time News”, semoga aspirasi kita juga didengar oleh para pemangku kebijakan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun