Mohon tunggu...
Widyanarto Wibowo
Widyanarto Wibowo Mohon Tunggu... Gigolo -

Saya menyukai forensik data makroekonomi, spekulan mata uang, belajar banyak dari manajer investasi lulusan MIT, para bankir Goldman Sachs NY, turing motor, dan penyuka parfum Armani. Saya ingin menjelaskan tren makroekonomi dengan data historis serta bahasa yang sederhana dan semoga mudah dipahami pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Money

Rapor Merah Makroekonomi Akan Terus Berlanjut Hingga Krisis Terjadi

12 Agustus 2017   17:31 Diperbarui: 12 Agustus 2017   17:58 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Adegan di atas menggambarkan komik bagaimana kondisi makroekonomi Indonesia ring 1( manufaktur, ritel, kredit, perumahan dan konsumsi) kuartal 2 yang akan terus memburuk untuk kelanjutannya, karena dalam rilis data jika didapati anomali pada semua unsur makroekonomi maka dapat dipastikan hal itu terus akan berkelanjutan baik itu uptrend maupun downtrend, penyebab terbesarnya adalah likuiditas yang ada untuk menopang pertumbuhan ekonomi sudah gagal melampui segala stress test yang dilakukan oleh pemerintah yang juga memburu likuiditas untuk menopang ambisi pembangunan dan gali lubang tutup lubang  utang jatuh tempo melalui berbagai usaha austerity halus seperti, pencabutan subsidi, penaikkan pajak, dsb. 

Lihat rapor merah kuartal 2,

http://www.kompasiana.com/altitudeextreme/59859c594d11b74b490bf4c2/ring-satu-ekonomi-manufaktur-dan-kredit-juni-rontok-ritel-pasca-lebaran

http://www.kompasiana.com/altitudeextreme/598b255fc2b9f948101e8705/ritel-meroket-ke-bawah-negatif-yoy-menyusul-manufaktur-dan-kredit

http://www.kompasiana.com/altitudeextreme/598c76521774da6dee204303/penjualan-rumah-capai-titik-terendah-di-tiga-tahun-terakhir

Sedang di satu sisi masyarakat dengan pendapatan menengah yang merupakan penopang growth juga tertekan karena pendapatan "tersandera" dengan kredit sistem yang mungkin memberi stimulus "semu" di awalnya seperti dp ringan, kartu kredit, dsb mendapati bahwa rising living cost sudah tidak memberi ruang untuk konsumsi lebih lanjut terutama karena tidak adanya kenaikan gaji yang signifikan juga dikarenakan sektor ini tergantung dari manufaktur yang terus menurun dari waktu ke waktu. 

Dan tiba saat hal itu mendapati titik deleveragingdimana beban over leverageddari kredit sistem tersebut kolaps baik disisi pemerintah maupun di sisi masyarakat, hingga growth kembali ke enol bahkan negatif yang disebut dengan momen minskyhttp://www.kompasiana.com/altitudeextreme/indonesia-dan-momen-minsky_597f58ac914a351b887d7072, atau kerennya krisis ekonomi. Dan tanda itu pun semakin terlihat jika penerimaan pajak juga makin terengah mengejar likuiditas yang sudah semakin terbatas di masyarakat, dari Kontanhttp://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-diramal-pangkas-belanja-lagi-q4 belum lagi ditahun 2018 dan 2019 pembayaran utang jatuh tempo cukup besar menghadang,http://www.kompasiana.com/altitudeextreme/5981a73c9341925e922592d2/awas-810-triliun-total-likuiditas-akan-di-ambil-di-2018-dan-2019, dan saya berani katakan selamat datang krisis ekonomi di 2018 dan 2019.

Salam hangat dari para spekulan. Have a great weekend folks!.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun