Mohon tunggu...
Alrid Ramadhan
Alrid Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030071 UIN Sunan kalijaga

gabut

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Perang Ketupat: Mengulik Meriahnya Idul Fitri di Pulau Bangka

16 April 2024   22:14 Diperbarui: 16 April 2024   22:25 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat banyak jenazah bertebaran, beliau ini (Mak Mia) memberikan sumpah serapah terhadap jenazah-jenazah agar menjadi batu, hal ini terwujud. Alasannya, karena jumlah banyak dan tak bisa dimakamkan.

Sedangkan kapal-kapal lanun dan Belanda telah meninggalkan Desa Tempilang, kabur usai menjarah dan membantai warga sekitar.

Kapal mereka ini telah kabur, hanya terlihat kecil di tengah laut. Beliau kembali mengeluarkan sumpah serapah agar kapal mereka karam, tak lama kapal ini karam. Kemudian kapal yang tersisa disumpah menjadi batu, batu itu membentuk pulau namanya Pulau Semumbung.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Persiapan untuk Perang Ketupat dimulai jauh-jauh hari sebelum Idul Fitri. Masyarakat mulai membuat ketupat, makanan yang terbuat dari nasi yang dikukus dalam anyaman daun kelapa. Ketupat ini memiliki bentuk segi empat dan menjadi simbol kemakmuran dan berkah. Ketupat-ketupat ini akan digunakan dalam pertarungan saat Perang Ketupat.

"Dimulai saat malam hari, yang biasanya disebut dengan Penimbongan. Ritual yang dilakukan oleh tiga orang petuah di kampung setempat. Ketiga petuah akan memanggil roh atau arwah orang-orang terdahulu. Kemudian roh atau arwah tersebut diberi nakan berupa sesaji yang sudah diletakkan pada rumah-rumahan dari kayu sebagai tanda penghormatan", ujar H. Abu Mansyur.

Pada hari perayaan Idul Fitri, masyarakat berkumpul di lapangan atau tempat yang telah disiapkan khusus untuk Perang Ketupat. Mereka membawa ketupat-ketupat yang telah mereka buat sebelumnya. Ketupat-ketupat tersebut akan dilemparkan satu sama lain dengan penuh semangat. Pertarungan ini dilakukan dengan keceriaan dan kegembiraan, diiringi dengan tawa dan sorak-sorai.

Maksud dari perang ketupat ni bukan ge untuk ngenyakit atau ngelukain orang lain. Tujuan e ni sebagai simbol, simbol seneng kek persaudaraan, sesuai kek semboyan kita "Serumpun Sebalai", ujar H. Abu Mansyur.

Beliau menjelaskan bahwa Perang Ketupat bukanlah sebagai pertarungan yang berarti melukai atau menyakiti satu sama lain. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk saling melempar ketupat sebagai simbol kegembiraan dan persaudaraan dalam menyambut hari kemenangan. Ketupat yang dilemparkan akan saling ditangkap dan dikembalikan dengan senyuman dan tawa.

Tradisi Perang Ketupat memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Bangka Belitung. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Allah setelah menjalani ibadah puasa, tradisi ini juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan. Perang Ketupat mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, dan mempererat tali persaudaraan di antara masyarakat.

Selain menjadi momen kegembiraan dan persaudaraan, Perang Ketupat juga menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi pengunjung. Wisatawan dapat menyaksikan langsung semaraknya perayaan ini, melihat keceriaan masyarakat yang terlibat dalam pertarungan ketupat, dan merasakan kehangatan dan keramahan masyarakat setempat.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
H. Abu Mansyur mengatakan bahwa pemerintah dan komunitas setempat telah berupaya untuk mempromosikan dan melestarikan tradisi Perang Ketupat. Mereka mengadakan festival dan acara budaya yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan menghidupkan kembali tradisi ini. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa tradisi Perang Ketupat tetap hidup dan diteruskan kepada generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun