Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesantren Kopi: Sebuah Kisah Tentang Tekad, Piutang dan Kopi

24 Juli 2017   11:48 Diperbarui: 24 Juli 2017   13:18 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari https://cdn.shutterstock.com/shutterstock/videos/22981744/thumb/1.jpg

"Pak ustad, hari ini kami ingin mengucapkan terimakasih atas segala bantuan pak Ustad beberapa tahun ini" laki-laki tersebut memegang dan mencium erat tangan ustad muda di hadapannya. Perempuan yang mendampinginya meletakkan segebok uang di atas meja. Senyum simpulnya terlihat di balik wajahnya yang tertunduk.

Terkaget, pak ustad mencoba memutar kembali ingatannya. Ustad muda tersebut menemukan kepingan memorinya. Hampir tengah malam lima tahun yang lalu, di tempat duduk yang sama.

***

Seorang lelaki dan perempuan datang dihadapan pak ustad dengan napas tersengal-sengal.

"Pak ustad, kami ingin meminta bantuan" laki-laki tersebut langsung menguraikan maksud kedatangannya tanpa berbasa-basi sesaat setelah dipersilahkan masuk oleh pak ustad.

"Tenang dulu, sampean minum dulu" jawab pak ustad sembari mempersilahkan kedua orang tersebut menikmati air putih kemasan yang kebetulan tersisa dua saja. "Sampean dari mana dan mau kemana kok terlihat tergesa-gesa" wajah pak ustad melihat ke arah jarum jam dan dua tas besar yang dibawa dua orang tersebut. Terang saja pak ustad terkejut dengan kedatangan sepasang suami-istri yang merupakan tetangga desanya, karena saat itu jarum jam tepat menginjak angka 11. Selama mengasuh pondok, baru kali ini pak ustad menerima tamu suami-istri larut malam seperti ini. Kalau tamu laki-laki wajar saja, bahkan sampai mendekati dini hari, la ini adalah sepasang suami-istri.

Hening sempat menyelimuti ruangan tersebut diselimuti tatapan tajam si istri kepada suami, seolah-olah terdapat hal yang belum mereka sepakati dari rumah.

"Nganu pak ustad, kami ingin meminta tiga hal kepada anda. Karena hanya pak ustad yang kami yakini mampu membantu kami" kali ini sang istri yang tampil dengan lebih lugas setelah terlihat menatap wajah suami yang tak kunjung mengeluarkan sepotong kata.

"Jika Allah menghendaki, saya siap memberikan bantuan kepada siapapun" jawab pak ustad sambil tersenyum.

"Ada tiga hal yang ingin kami mohonkan kepada pak ustad" kembali sang istri dengan suara dalam namun lugas memulai inti permohonannya. "Yang pertama, kami ingin menitipkan kedua anak kami di pondok; yang kedua kami ingin menyerahkan semua ini kepada pak ustad" sambil menjawil tangan suaminya untuk menaruh seberkas map di meja.

"Apa ini?" pak ustad mengangkat lehernya memastikan tumpukan kertas dlam map di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun