Penelitian-penelitian tersebut mengarahkan kita bahwa pengakuan terhadap hak pribadi politik seseorang dapat membantu kita untuk melakukan diskusi politik yang lebih masuk akal. Saya lebih suka menggunakan kata "diskusi" daripada "adu argumen" atau malah "debat". Pengakuan bahwa seseorang memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat sesuatu secara otomatis mengarahkan pembicaraan politik menjadi lebih ringan, karena kita memposisikan diri bukan sebagai "misionaris" yang hendak mengubah pandangan politik lawan bicara kita.
Bagaimana Kita Memulainya?
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa persaudaraan dan persahabatan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Kita tahu bahwa setiap hari kita mendapatkan dukungan emosional dan rasa memiliki dari saudara dan beberapa teman. Dukungan tersebut secara langsung membuat kita sehat dan waras. Stephanie Pappas merangkumkan beberapa penelitian yang menunjkkan dampak pertemanan dan persaudaraan terhadap kesehatan fisik dalam salah satu tulisannya. Dia dapat menunjukkan bahwa sahabat dapat membantu seseorang untuk memodulasi rasa sakit dan tetap sehat secara fisik.
Modal tersebut seharusnya dapat kita gunakan untuk memberikan jaminan bagi kita, bahwa kita membutuhkan saudara dan teman bukan hanya saat ini tapi juga saat-saat yang akan datang. Sehingga harusnya kita memposisikan hubungan tersebut di atas keyakinan kita pribadi terhadap suatu hal, seperti politik.Â
Jika kita dapat menggunakan hal tersebut sebagai dasar, maka saat kita berada pada pilihan yang berbeda, kita sanggup untuk bertanya atau menjawab pertanyaan terkait perbedaan sebagai hal biasa. Tidak merubah dasar rasa aman (hubungan) hanya karena momen politik dan keyakinan kita akan masa depan. Karena politik adalah pembicaraan terkait masa depan. Tentang siapakah yang kita anggap layak dan mampu memimpin kita kedepan.
Setiap manusia memiliki perspektif yang bisa saja berbeda dengan orang lain, bahkan dengan orang paling dekat dalam kehidupannya. Hal tersebut misteri sekaligus menjadi keindahan dalam kekayaan penciptaan. Jika kita mampu berpegang teguh pada pandangan tersebut, saya rasa kita telah memberikan jaminan keamanan kepada siapapun yang hendak kita ajak berbicara. Jaminan tersebut juga sekaligus menjamin diri kita sendiri. Ibarat duduk, sesekali harusnya kita mengambil posisi yang sama untuk memandang hal yang sama, mendapatkan pancaran cahaya yang sama. Siapa tahu kita memang melewatkan pemandangan yang dapat diamati dari posisi lawan bicara kita. Â