Mohon tunggu...
Airin Rachmi Diany
Airin Rachmi Diany Mohon Tunggu... -

Airin Rachmi Diany SH., MH. (Ibu dari dua orang anak) TWITTER\r\nhttp://twitter.com/airinrachmi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sancaya Rini; Populerkan Batik dengan Pewarna Alami

27 Juli 2010   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:34 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pamulang— Siapa sangka, di pojok Pamulang Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terdapat sosok yang menunjukkan kecintaan pada seni dan budaya dengan tetap memperhatikan lingkungan. Dialah Sancaya Rini, pemenang KEHATI Award 2009 lewat kreasi batik dengan pewarna alami.

Untuk mewarnai batik, Sancaya Rini memanfaatkan kulit kayu, kulit buah, dan biji untuk menghasilkan warna alami. Di antaranya kulit kayu pohon salam, akasia, pinus, secang, indigo, kulit buah manggis, rambutan, jengkol, bixang, daun tin, daun pohon jati, buah alpukat, buah kenari, buah klengkeng dan sebagainya. Selain dengan mendapat dari alam, Sancaya mendapatkan bahan pewarna alami dari limbah buah atau menanam tanaman sendiri.

Dalam proses pewarnaan alaminya, Sancaya Rini menggunakan bahan-bahan alami yang telah direbus dengan 10 liter air. Sampai ¾ air rebusan, diangkat lalu diendapkan semalam dan disaring. Endapan rebusan yang tersaring dan serat-serat yang tersisa juga masih bisa direbus dan diendapkan lagi untuk mendapatkan warna yang sama. Terakhir kalinya, serat-serat yang tersisa bisa bermanfaat sebagai bahan pupuk kompos.

Sancaya yang menyadari betul arti penting alam dan lingkungan hidup, berupaya untuk meminimalkan limbah batik dan menghindari bahan-bahan kimia. Dalam membatik, penerima Kehati Award 2009 ini menggunakan kain dari alam, juga seperti serat nanas, sutra, cotton dan rami. Selain itu juga menggunakan lilin alami dari bahan rumah lebah.

Untuk menghasilkan warna yang maksimal dalam membatik, setelah kain diberi pola dengan menggambarnya menggunakan pensil, lalu menorehkan lilin yang dipanaskan di atas api kompor kecil di pola gambar yang dimaksud, kain tersebut dicelupkan beberapa saat ke dalam warna alami sebanyak lima kali. Yaitu setelah direndam dalam warna alami beberapa saat sampai warna melekat, kain ditiriskan atau dikeringkan dengan diangin-anginkan saja (tidak di atas matahari langsung). Setelah itu dicelupkan lagi. Hal ini dilakukan sebanyak lima kali.

Pencelupan warna ini bisa dilakukan dengan menggunakan bermacam warna bila ingin mendapatkan kolaborasi warna khas dan unik yang berbeda dari warna aslinya. Setelah itu kain dikeringkan dan dicelupkan ke dalam air panas sebentar sampai lilin mengelupas dari kain. Bagian kain yang tertutup lilin nantinya akan berwarna putih atau tidak berwarna seperti pewarna alami yang dicelup kain, sedangkan bagian kain yang tidak tertutup lilin akan berwarna. Batik ini pun dibilas di air bersih biasa lalu dikeringkan di tempat teduh.

Untuk menjaga batik warna alami ini harus dijauhkan dari sabun bahan kimia, zat-zat asam seperti jeruk nipis. Batik warna alami biasanya mempunyai warna yang lembut (soft) dan akan memudar bila terkena zat-zat asam seperti jeruk nipis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun