Mohon tunggu...
Ahmad Munadi
Ahmad Munadi Mohon Tunggu... Salesman -

I am Realist Business Enthusiasm *wink

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salesman Introudction: Surga dan Neraka

28 Mei 2016   10:05 Diperbarui: 28 Mei 2016   10:20 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seluruh profesi kini sedang panik tidak karuan dihadapan Tuhan. Tuhan sedang menghakimi dan mangadili profesi masing-masing apakah masuk surga atau neraka. Kepanikan mereka tidak beralasan, pertama karena seorang dokter baru saja dijebloskan ke neraka karena Tuhan tau sang dokter bukannya menyelamatkan nyawa malah menjadikan profesinya untuk mengumpulkan uang. Tuhan baru saja menjebloskan bankir ganteng, rapi nan baik hati, tapi ya semua tau bankir makan bunga bank jadi wajar sih. Mereka semua berharap menjadi seorang guru yang baru saja masuk surga karena mengajar dengan tulus dan cinta.

---

Saya masih ingat masa pertama memulai jadi salesman, memulainya menjadi taskforce di Kalimantan sana. Mengikat 6 karton produk ke motor dan keliling berjualan menawarkan barang. 6 karton sudah terasa amatlah berat di motor, dan saya sudah mengeluh tambah sumpah serapah. Tidak terbayang ketika kadang melihat sepeda motor dengan muatan kerupuk hingga lebih diatas kepala. Belum lagi ketika pulang masih membawa barang sisa, ini berarti menambah beban untuk besok. Sial.

Singkat cerita, saya diminta bertanggung jawab pada hal lain dan mencari pengganti. Mencari salesman adalah hal yang sulit, sama seperti menemukan jarum dalam tumpukan jarum. Ini ada pekerjaan, banyak yang maju. Kerjanya jadi sales, lebih banyak lagi yang mundur. Tersisa beberapa orang dan sekarang terpaksa harus memilih yang terbaik. Semua memiliki keinginan keras bekerja, semua memiliki minimal ijazah SMA, syukurlah mungkin mereka semua bagus. Seorang teman memberikan saran untuk untuk mengetes mereka dengan matematika dasar perkalian pembagian sederhana. Kemudian semua kandidat gugur :/

Akhirnya terekrut dua kandidat setelah beberapa hari berlalu. Mereka tidak terbaik tapi setidaknya cukuplah untuk memenuhi syarat minimum komunikasi dan matematika dasar. Karena tau begitu susahnya mencari salesman saya memulai dengan pelan perlahan (kalo yang pengalaman langsung pecut :P). Satu hari berlalu keduanya tidak memenuhi target, oke baik-baikin masih awal pengenalan. Hari kedua yang satu sudah tidak hadir. Hari ketiga dua-duanya sudah tidak hadir :/

Beruntung saya, satu yang mundur masih dapat dihubungin dan mau ketemu untuk sekedar mencari tau penyebabnya. Ngobrol singkat dan saya mulai menjerumuskan ke pertanyaan kenapa kamu tidak kerja lagi. Panjang kali lebar dan segunung alasan dikeluarkan, tapi karena saya sudah mengalami dan merasakannya maka dua ombak samudra saya balaskan. Targetnya susah pak, dulu saya juga baru tapi bisa kok – capek pak sama takut sakit, semua emang capek dan kamu dapet jamkesmas - motornya masih pinjem punya saudara ga enak, saya pinjami motor. Saya betul-betul frustasi dan bagaimanapun caranya harus punya salesman taskforce. Hingga akhirnya dia bilang, maaf pak sebenarnya saya diterima kerja jadi kuli angkut di sana.

...

Dari situ saya sadar, bahwa pekerjaan salesman lebih rendah dibandingkan seorang kuli angkut.

...

Bekerja untuk Bersusah

Seorang teman pernah berkata seketika saya lulus kuliah dengan status pas-pasan, “Selamat menjadi pengangguran bung, selamat menghadapi cobaan hidup sebenarnya”. Tidak jelas apa maksudnya, tapi yang jelas memang saya menjadi status pengangguran terbuka dalam arti sebenarnya (sekarang juga nganggur XD). Saya sudah lulus SD, lulus SMP, lulus SMA, dan sekarang lulus kuliah. Jika diibaratkan dalam rantai makanan (uraian zat tanah – cacing – ayam – elang), saya adalah elang. Elang yang dengan gagahnya terbang menjadi seorang karnivora terbesar dalam rantai makanan. Elang bisa makan cacing ataupun ayam, ataupun daging lainnya. Lulus kuliah menjadikan saya sebagai karnivora terbesar dalam dunia pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun