Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Relevansi Konsep "Niteni, Nemoekan, dan Nirukan" dalam Pendidikan Global

8 Mei 2024   05:51 Diperbarui: 10 Mei 2024   13:31 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pendopo Agung Tamansiswa(Doc. Tamansiswa Pusat via kompas.com) 

Relevansi Konsep 'Niteni, Nemoake, dan Niruake' dalam Pendidikan Global: Landasan untuk Menghadapi Tantangan Era Globalisasi 

Siapa tidak kenal Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922 di Jogja, Indonesia. Gerakan ini bertujuan untuk menyediakan pendidikan yang inklusif dan demokratis bagi anak-anak Indonesia pada masa kolonial Belanda. 

Ki Hadjar Dewantara memiliki visi pendidikan yang merangkul semua golongan dan menghargai kebudayaan lokal. Yang menarik bagi saya, bermula dari tawaran Ki Hajar Terhadap Full Day School (FDS); Solusi yang ditawarkan oleh Ki Hajar Dewantara masih relevan sampai sekarang, apalagi dengan kondisi pendidikan yang saat ini sama sekali tidak sesuai lapangan (baca: FDS). 

Ada tiga "ajian/pusaka" ajaran peninggalan dari Ki Hadjar mengenai tuntunan bagi pendidikan. Mungkin, kita semua sudah tahu, saya hanya mengingatkan, yaitu; niteni, nemoake, dan niruake. 

Saya kira merupakan rahasiah atau resep yang diterapkan dalam pendidikan sistem Asrama Taman Siswa. Selanjutnya saya sebut, tiga jimat itu adalah konsep yang ditawarkan Ki Hajar, jika kita bedah mempunyai dimensi sangat luas. 

Dalam konteks globalisasi yang terus berkembang, konsep "niteni, nemoake, dan niruake" dari Ki Hajar Dewantara masih memiliki relevansi yang signifikan. 

Sumber gambar via https://darilebong.blogspot.com
Sumber gambar via https://darilebong.blogspot.com
Konsep ini tidak hanya berlaku dalam lingkup lokal atau nasional, tetapi juga dapat diterapkan secara luas dalam pendidikan di era globalisasi. Berikut ini adalah pembahasan mengenai ketiga poin tersebut dalam konteks globalisasi:

Pertama: Niteni (Mengamati); artinya mengamati; dalam proses belajar ini kita diharapkan mampu untuk mengamati berbagai fenomena yang terjadi, dimulai dari sosial, kebudayaan, dan politik. Sederhananya, mengamati lingkungan, kebiasaan, alam, dan diri kita sendiri.

Dalam era globalisasi, mengamati menjadi keterampilan yang krusial. Mahasiswa dan pendidik perlu mampu mengamati perubahan-perubahan dalam dinamika global, baik dalam hal sosial, politik, ekonomi, maupun teknologi. 

Misalnya, mereka perlu memahami bagaimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memengaruhi interaksi sosial dan bisnis di seluruh dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun