Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Masih Anggota DPR, Dewan Pengajian Rutin

29 November 2019   12:53 Diperbarui: 29 November 2019   16:23 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuzuar Datuk Marajo.foto: arya wiraraja

Yang lebih membahagiakan Datuk, sejumlah instansi pemerintah dan swasta di Surabaya sering pesan nasi kotak. Bahkan DPRD Surabaya, tempat dia pernah bertugas, juga menjadi langganannya. 

"Makanya, saya masih sering keluar-masuk gedung dewan. Bukan ikut rapat komisi, lho,  tapi nganter makanan dan mencairkan tagihan, hehe..," tutur Datuk.

Meningkatnya kesibukan Datuk menjadi penjual nasi Padang membawa berkah tersendiri. Paling tidak, kebutuhan periuk nasi keluarganya tak terganggu. Dia juga bisa menyekolahkan anak semata wayang, Afkar Jauhara Albar, hingga lulus dari perguruan tinggi. Selain itu, ia juga bisa merekrut dua orang untuk membantu.

***

Selain melakoni bisnis kuliner, Yuzuar Datuk Marajo juga menikmati menjadi mubaligh Muhammadiyah. Yang dia yakini punya tanggung jawab tak kalah besar seperti saat dia menjadi legislator dulu.

Sebagai mubaligh, Datuk juga tak lelah menyeru dan mengajak mencegah kemungkuran dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan. Berfastabiqul khairat.    

Datuk ingat betul, saat masih di Komisi D DPRD Surabaya, dia aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang pelik di masyarakat. Seperti kasus perburuhan, peredaran minuman keras, narkoba, prostitisi, dan masih banyak lagi.

Ketika menjadi legislator, Datuk yakin perubahan bisa dilakukan. Sebab, perubahan butuh kekuasaan. Tak bisa cuma berkoar-koar di jalanan. Tanpa kekuasaan, mustahil mampu melakukan perubahan kebijakan maupun regulasi.

Tapi realitasnya, diakui dia, tidak seperti membalik tempe goreng. Karena di legislatif, suara mayoritas sangat menentukan. Sehingga, tak sedikit kebijakan maupu  regulasi ujungnya tidak seiring dengan harapannya.

"Karena kita kalah suara. Itu kenyataan yang sering bertentangan dengan batin," ucap Datuk.

Datuk lalu menyebutkan kasus penutupan Lokalisasi Dolly yang resmi ditutup pada 18 Juni 2014. Jauh sebelumnya, dia dan beberapa legislator sudah menyuarakannya. Intinya, Pemerintah Kota Surabaya harus menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara tersebut. Hanya, tuntutan itu seperti angin lalu. Hilang tanpa pesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun