Dari pengalaman saya menulis cerpen, artikel menulis, dan tulisan lainnya. Semakin banyak menulis (khususnya cerpen), semakin merasa tak berbakat. Itulah yang saya rasakan selama ini.
Kenapa saya merasa tak berbakat? Saat menulis, sulit merangkai kata yang mengalir dengan alur yang enak dibaca. Sulit menemukan dan menggunakan kosa kata terpilih (diksi) yang pas untuk mewakilkan ide dalam pikiran. Sulit mengembangkan cerita sehingga hasilnya cerita yang singkat (kurang panjang). Dan seterusnya.
Karena merasa tidak berbakat, maka saya selalu penasaran bagaimana menulis yang baik, baik fiksi maupun nonfiksi. Saya terus menulis sampai hari ini. Menulis cerpen, tips menulis, dan sebagainya.
Karena merasa tidak berbakat, maka jalan yang ditempuh terasa panjang, terjal, dan berliku. Jalan untuk menjadi seorang penulis (cerpenis). Haus, lelah, kehabisan bekal terkadang mengiringi perjalanan panjang ini. Saat kondisi psikologis itu menimpa, ingin rasanya berhenti, mencari tempat yang teduh, istirahat untuk beberapa saat sambil mencari mata air. Meneguk kesegarannya, menghilangkan dahaga.
Semakin banyak menulis, semakin merasa tak berbakat. Itu mungkin yang saya rasakan sampai saat ini. Banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa menulis yang disukai pembacanya. Butuh ratusan buku yang dibaca. Butuh praktek menulis yang lebih lama lagi. Dan seterusnya.
Mari terus menulis!