Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencintai Itu Mudah, yang Sulit adalah...

8 Maret 2020   08:28 Diperbarui: 11 Maret 2020   03:49 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah dan ibu saya (kandung ataupun mertua), dengan segala (banyak) kekurangan dan (mungkin sedikit) kelebihannya menjadi acuan sekaligus koreksi saya.

Saya belajar banyak, dalam membangun dan membina rumah tangga. Dua pasang suami istri ini setidaknya telah membuktikan, sanggup bersama hingga maut menjemput salah satunya.

Dan saya (bersama kakak adik) adalah saksi hidup, bahwa mereka tidak selalu baik-baik saja, diam-diam menyimpan luka memendam duka.

Almarhum ayah (kandung) saya, berpulang hampir limabelas tahun silam. Beberapa bulan, setelah anak mbarep saya lahir ke dunia ini. Ayah dan ibu, telah menjalani biduk rumah tangga selama 47 tahun.

Bayangkan Kompasianer, ayah meninggal di usia 70 tahun, artinya nyaris duapertiga perjalanan hidupnya dilewati bersama ibu.

sedangkan ibu mertua, belum genap duabelas bulan (ketika tulisan ini dibuat) menghembuskan nafas terakhir. Selang beberapa bulan, setelah merayakan 50 tahun usia pernikahan. Sebagian besar hidup ibu mertua, adalah mendampingi sang suami.

Pada kedua pasangan ini saya cukup mengenal, bagaimana kelebihan dan kekurangannya. Siapa yang keras kepala dan suka memaksakan kehendak. Siapa yang telmi (telat mikir), dan susah menerima pendapat orang lain.

ayah dan ibu, foto tahun 2005= dokpri
ayah dan ibu, foto tahun 2005= dokpri
Apakah mereka saling mencintai? Ya, sebelum menikah mereka tentu saling mencintai.

Apakah tetap mencintai sepanjang perjalanan pernikahan? Oo, tunggu dulu.

Beberapa kali saya mendapati gelagat kurang pas, baik disampaikan dengan kalimat tersirat, tersurat atau bahkan terang-terangan. Salah satu diantara mereka goyah, seperti berada di ujung kelelahan.

Tetapi buktinya, mereka bertahan hingga maut memisahkan. Menurut saya itu lain soal, ada banyak faktor yang membuat seseorang bertahan dan meneruskan langkah.

Maka mencintai dengan setia adalah mencintai dengan penuh rasa tanggung jawab. Kita tahu tanggung jawab adalah terpenuhinya hak dan kewajiban, bukan ? Jika kita merasa berhak menerima cinta dan kasih sayang seseorang. Kita wajib menerima seseorang apa adanya--- Hal 16, Buku Cerita Sebelum Bercerai (CBS) , Fahd Pahdepie

Saya sepakat yang dikatakan penulis buku CBS, bahwa selain cinta adalah sikap setia menjadi kunci bertahannya perkawinan mereka (ayah dan ibu -- kandung & mertua-- saya).

Mencintai Itu Mudah yang Sulit adalah Setia

Saya yakin, setiap pasangan suami istri pernah terpikirkan. Entah hanya selintas pasti pernah terbersit keraguan, apakah telah menikah dengan orang yang tepat.

Hal ini terjadi biasanya (saya juga mengalami), ketika menemukan kelemahan, kekurangan atau hal yang bertolak belakang terjadi pada pasangan.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Ya, "keburukan" itu muncul seiring bertambahnya usia pernikahan. Hal-hal yang mengesalkan, perilaku yang meyebalkan atau tidak menyenangkan itu tampak, setelah keduanya saling mengenal lebih dalam.

Ternyata perasaan cinta saja sangat tidak cukup, untuk menghadapi sikap atau perilaku pasangan yang "makan" hati dan pikiran itu.  

Maka yang dibutuhkan adalah sikap SETIA, dan hal itu tidak mudah. Kesetiaan adalah sebuah keberanian, untuk mempertanggungjawabkan perasaan perasaan yang dimiliki.

Untuk hal-hal yang baik seperti setia, biasanya bisikan bisikan setan dari dalam diri terus terdengar di gendang telinga. Menyusup di pikiran dan perasaan, benar-benar menguji yang namanya kesetiaan.

-----

Kompasianer, mungkin pernah mendapati ibu kita yang disakiti perasaannya oleh ayah kita (atau sebaliknya). Mungkin Kompasianer juga pernah mendapati, bahwa satu diantara orangtua berada di titik ambang menyerah.

Kehidupan dengan segala peristiwa terjadi di dalamnya, telah mengantarkan beragam kejadian yang bahkan tidak terprediksi sebelumnya.

Bahwa ada pasangan artis yang terlihat (dari luar) sangat cocok, suami ganteng dan istri cantik ternyata perkawinannya hanya seumur jagung. Ada pasangan yang berlimpah harta benda, di kemudian hari didapati bersanding di meja hijau.

Cinta atau jatuh cinta atau mencintai, lazimnya yang tampak dan terbayang adalah selalu hal hal indah dan manis-manisnya saja.

Ketika jatuh cinta menguasai benak, yang terbayang adalah dagunya yang lancip, kakinya yang jenjang, alisnya yang tebal, giginya yang bersih dan tersusun rapi, suaranya yang merdu dan segala hal yang menarik hati.

Seiring berjalannya waktu pasangan akan diuji, semua yang serba fisik dan menyebabkan jatuh cinta perlahan-lahan akan memudar.  

dokpri
dokpri
Sikap asli itu dengan sendirinya tampak, muncul sikap keras kepala dan suka ngeyelan, pemalas dan tidak peka perasaan, suka ngibul dan ngomong ngelantur, jaim di luar rumah tapi begitu masuk di dalam rumah tega menista sama pasangan dan seterusnya

Nah, ayah dan ibu saya (kandung atau mertua) juga mengalami hal itu. Bahkan satu diantara mereka pasrah, apabila perkawinan (yang dibina puluhan tahun) berakhir.

Tetapi nyatanya mereka bertahan, meskipun lika dan duka itu disandang, mereka akhirnya terpisahkan oleh maut.

Ayah dan ibu saya (kandung ataupun mertua), dengan segala (banyak) kekurangan dan (mungkin sedikit) kelebihannya menjadi acuan sekaligus koreksi saya.

Saya belajar banyak, dalam membangun dan membina rumah tangga. Dan menemukan kunci SETIA, agar sanggup bertahan dalam segala cuaca.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun