Mohon tunggu...
Agit Pratomo
Agit Pratomo Mohon Tunggu... Aktor - www.airtiga.com

Berbagi mengenai Dunia Air Minum, juga bisa dilihat di www.airtiga.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kristisnya Kualitas Air Tanah di Jakarta

21 Juni 2017   11:26 Diperbarui: 21 Juni 2017   11:42 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini masyarakat Jakarta masih banyak yang mengambil air tanah sebagai air untuk mencukupi keperluan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi, menyiram tanaman dan lain-lain. Padahal secara kualitas air tersebut belum tentu memenuhi standar sesuai yang ditentukan pemerintah (Permenkes). Dalam hal ini boleh dikatakan Jakarta dalam kondisi kritis terkait kualitas air tanah. Adapun hal-hal yang menjadi isu antara lain sebagai berikut :

  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa air tanah di Jakarta, mengadung kadar NaCl yang melebih ambang batas standar, sampai Monas bahkan sampai daerah Kuningan, Jakarta. Hal ini menujukkan intrusi air laut telah mencapai daerah tersebut. Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan. Mengingat masyarakat baik rumah tangga maupun komersial masih banyak yang mengambil air tanah di daerah tersebut.
  • Rapatnya pemukiman di Jakarta, membuat jarak sumur dengan septic tank menjadi sangat dekat. Padahal idealnya jarak antara septic tank dan sumur paling tidak 10 meter. Dengan kondisi tersebut kondisinya relatif banyak sumur yang tercemar, kemungkinan sekitar 40% yang tercemar berdasarkan beberapa penelitian. Bahkan ada yang menyebutkan lebih besar angka 40% tersebut.
  • Mengamati banyaknya penyakit yang terjadi di masyarakat Jakarta seperti diare (muntaber) dan thypus, sangat mungkin karena mengkonsumsi air yang tidak sehat. Apalagi tingkat pelayanan air perpipaan baru sekitar 60%, sehingga 40% lainnya mengkonsumsi air sumur. Dengan banyaknya orang yang terkena penyakit akibat air, maka pengeluaran biaya oleh pemerintah menjadi besar.
  • Masyarakat beranggapan menggunakan air PAM (perpipaan) itu mahal, padahal kalau minum air tanah memang biaya operasional ringan (hanya membayar rekening listrik yang relatif murah) namun tanpa memperhitungkan biaya pengobatan penyakit yang ditimbulkan.
  • Masyarakat Jakarta tidak mementingkan kebutuhan primer (utama) terkait kesehatan, bahkan lebih mementingkan kebutuhan untuk membeli pulsa hp atau rokok. Padahal tagihan bulanan air yang berkisar antara Rp. 75.000,- sd Rp 150.000,- sangat terjangkau masyarakat Jakarta,
  • Kesadaran masyarakat bahwa mengkonsumsi air PAM (perpipaan) perlu dibangun sejak dini dengan edukasi di sekolah-sekolah mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA   sampai perguruan tinggi. Bisa juga melalui taklim atau pengajian di masjid, sehingga pentingnya air PAM semakin memasyarakat.
  • Perlunya adanya pelarangan penggunaan air tanah yang tegas dari pemerintah, bukan  saja untuk kepentingan komersial namun termasuk juga untuk rumah tangga (domestik). Oleh karena dampaknya bukan saja terkait kesehatan namun juga masalah lingkungan (penurunan muka tanah).

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun