Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Viral Ahok "Kelas Glodok", Berikut 3 Fakta tentang Glodok yang Perlu Kita Ketahui

21 November 2019   08:05 Diperbarui: 21 November 2019   08:07 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Petak Sembilan di Kawasan Glodok | Sumber gambar: www.tionghoa.info

Belakangan pemberitaan di media masa banyak sekali yang mengulas perihal pernyataan Rizal Ramli (RR) yang mengatakan bahwa Ahok berkelas Glodok. Pernyataan ini diberikan RR seiring kontroversi rencana pengangkatan mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjadi salah satu bos di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Banyak yang menafsiri perkataan RR itu sebagai sebuah pernyataan yang berbasu rasis dan merendahkan Ahok. Meskipun tidak sedikit pula yang menilai hal itu sebagai suatu analogi semata.

Terlepas dari motif apapun yang melaterbelakangi munculnya pernyataan "Kelas Glodok" itu, mungkin selama ini kita tidak terlalu memperhtikan salah satu kawasan yang sempat begitu populer di kalangan warga Jakarta pada masanya itu. Glodok adalah salah satu kawasan yang memiliki rekam jejak sejarah cukup panjang dan menjadi saksi bisu perjalanan bangsa ini. Berikut adalah 3 cerita yang tersemat dibalik keberadaan kawasan Glodok sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.

  • Eks Sentra Ekonomi Jakarta yang Semakin Tersisih

Dahulu, pasar Glodok begitu terkenal di Jakarta. Disana merupakan salah satu sentra ekonomi Jakarta dan terkenal sebagai pusat barang elektronik. Jika bertanya berbelanja barang elektronik dimana, maka Pasar Glodok lah jawabannya. Pasar ini menjadi sasaran kunjungan berbelanja barang elektronik tidak hanya oleh warga di sekitar kawasan itu saja, akan tetapi mereka yang berasal dari daerah jauh pun rela menuju ke tempat itu.

Namun, Pasar Glodok yang sekarang bukanlah pasar yang sama dengan yang dulu. Sudah banyak kios yang ditinggalkan penghuninya alias tidak aktif lagi. Bahkan sebagian kios-kios tersebut telah dialihkan fungsikan oleh pemiliknya sebagai gudang. Pamor Pasar Glodok pun perlahan semakin meredup.

Ada cukup banyak faktor yang menjadikan Pasar Glodok begitu jatuh bangun mempertahankan eksistensinya sebagai eks sentra ekonomi di Jakarta. Kepungan bisnis e-commerce, pernah porak poranda akibat rusuh 1998, hingga tertinggal oleh tren teknologi. Banyak pedagang disana yang menjalankan bisnis secara konvensional mengikuti cara turun-temurun dari masa lalu. Sehingga ketika "badai" belanja online melanda, para pedagang di Pasar Glodok pun hanya bisa pasrah. Dengan perkembangan teknologi dan bisnis e-commerce yang semakin masif, entah sampai kapan eksistensi Pasar Glodok akan mampu bertahan.

  • Jejak Kelam Kerusuhan 1998

Indonesia pernah memiliki sejarah masa lalu yang kelam ketika dilanda periode krisis parah pada tahun 1998. Sebagai salah satu sentra ekonomi pada masanya, Pasar Glodok yang banyak diisi oleh orang dengan status ekonomi mapan kala itu pun tak pelak iktu menjadi sasaran kerusuhan. Aksi penjarahan dan perusakan terjadi hampir di setiap sudut Pasar Glodok sehingga membuat para pedagang yang ada disana menderita kerugian tidak terkira.

Entah karena sentimen ras atau apa, Pasar Glodok yang memang banyak ditempati kaum keturunan Tionghoa dijadikan sasaran amuk massa yang frustasi terhadap kondisi waktu itu. Bahkan dikabarkan banyak wanita Tionghoa yang menjadi korban perkosaan manusia-manusia tidak beradab. Meski fakta sebanrnya dibalik cerita itu masih kelabu hingga kini.

Rusuh 1998 bisa dikatakan sebagai salah satu kerusahan terbesar dalam sejarah negeri ini. Sejak saat itu pula popularitas Pasar Glodok pun mulai meredup. Banyaknya kerugian yang diderita membuat banyak pedagang tidak mampu untuk menjalankan lagi roda bisnisnya di Pasar Glodok. Ditambah arus zaman yang terus berubah, hal itu seakan menjadi ujian bertubi-tubi bagi segenap penghuni Pasar Glodok ini.

  • Identik dengan Etnis Tionghoa

Berbicara tentang Pasar Glodok, maka tidak bisa dipisahkan dari etnis Tionghoa yang memang tidak bisa dipungkiri menjadi mayoritas penghuni disana. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan menilik rekaman sejarah yang mengatakan bahwa kawasan Glodok telah menjadi tempat berkumpul warga Tionghoa sejak zaman pendudukan Belanda dengan kongsi dagangnya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Beberapa sumber menyatakan bahwa kawasan ini juga merupakan tempat pengisolasian warga Tionghoa pada masa pemerintahan Hindia-Belanda.

Pasar Glodok memang identik dengan warga keturunan Tionghoa atau kawasan Pecinan. Di area itu terdapat hal-hal yang merepresentasikan eksistensi etnis itu seperti keberadaan Vihara atau Kelenteng Tanda Bhakti yang diakui pemerintah sebagai salah satu warisan sejarah tanah air yang berharga. Selain itu ada juga Pasar Petak Sembilan yang mana disana menjual beragam pernak pernik terkait kebutuhan ibadah umat Budha dan Konghucu.

Kawasan ini semakin ramai ketika memasuki momen tahun baru Imlek. Sebenarnya masih ada cukup banyak hal menarik lain terkait Glodok yang bisa kita nikmati. Mungkin jika ada waktu kita bisa menyempatkan diri berkunjung ke sana untuk melihat serba-serbi tentang Glodok beserta jejak sejarahnya.

Pasar Glodok tetap akan menjadi bagian dari sejarah negeri ini terlepas kisah pilu atau manis yang menyertainya. Ketika RR mengaitkan Ahok dengan Glodok, mungkin disatu sisi hal itu dianggap sebagai bentuk peremehan. Akan tetapi disisi lain kita masyarakat umum menjadi sedikit lebih peduli tentang apa itu Glodok.

Minimal kita ingin mengetahui lebih jauh tentang Glodok yang ramai dibicarakan itu. Dengan mengetahui cerita-cerita dibalik Glodok, bisa jadi hal itu menjadikan kawasan ini happening lagi pada beberapa waktu ke depan. Eksistensi Glodok yang semakin memudar setidaknya memiliki harapan untuk kembali dikenal publik.

Mungkin berat bagi kawasan Glodok untuk kembali seperti pada masa jayanya dahulu. Kini yang bisa dilakukannya hanyalah sebatas bertahan hidup. Glodok menunggu sentuhan kreatif generasi masa kini untuk membuatnya terlahir kembali sebagai suatu kawasan yang tercatat pernah menjadi motor ekonomi Jakarta dan Indoesia.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi

[1] ; [2] ; [3] ; [4] ; [5]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun