Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anjing Masuk Masjid, Mulai Hilangkah Etika Menghargai Tempat Ibadah?

1 Juli 2019   07:26 Diperbarui: 1 Juli 2019   07:30 1426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang perempuan yang tengah emosi membawa masuk anjing masuk ke masjid (Sumber gambar : https://news.detik.com)

Peristiwa ini hendaknya menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua, karena kejadian serupa tidak menutup kemungkinan akan kembali lagi terjadi di masa-masa mendatang. 

Menciptakan keharmonisan dan kerukunan umat beragama, khususnya mereka yang hidup di sekitar lokasi tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Vihara, dan lain sebagainya adalah sebuah keharusan. 

Bukan masanya lagi bagi kita membeda-bedakan pergaulan antar umat beragama, karena kita hidup bersama-sama sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar yaitu masyarakat. Sehingga harmoni bisa terjalin satu sama lain. 

Kita bisa hidup berdampingan selama menjunjung tinggi rasa saling menghormati kepercayaan masing-masing, salah satu diantaranya adalah mengenal hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh umat bergama tertentu. 

Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam memiliki aturan-aturan penghormatan tetentu, begitu juga dengan Gereja dan tempat-tempat ibadah agama lain. Dengan saling mengetahui satu sama lain maka tindakan kita akan lebih terkendali.

Terkait dengan ibu SM yang telah memunculkan kontroversi di ruang publik ini, mestinya kita bisa belajar dari tindakannya. Emosi yang memuncak ternyata telah mengikis habis kesantunan kita sebagai manusia. 


Dalam situasi normal, SM bisa jadi adalah sosok yang santun dan baik hati. Namun karena situasi dan kondisi tertentu ia berubah menjadi sosok yang berbeda dari biasanya. 

Pembajakan emosi sangatlah berbahaya, karena pada saat hal itu terjadi seakan-akan kita kehilangan diri kita sendiri. Ketika emosi itu mereda, dan kemarahan padam maka hanya penyesalanlah yang kemudian muncul. Sehingga menjadi penting bagi kita untuk memiliki kemampuan menguasai diri dan tetap terkendali dalam situasi dan kondisi apapun.

Semoga kita tetap rukun sebagai sesama bagian dari Bangsa Indonesia yang kita cintai ini.


Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun