Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sistem Zonasi 2019: Antara Tata Ruang, Regulasi, dan Label Sekolah

3 Juli 2019   00:16 Diperbarui: 14 Juli 2019   10:07 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:data referensi pendidikan

Di Sumbawa Besar,lain padang lain belalang. Beberapa tahun bertugas di sini, saya mendengar penuturan beberapa orang tua yang juga adalah nasabah saya di kantor, lebih suka menyekolahkan anaknya di SMAN di kota, meski tinggal di desa yang jaraknya tiga puluh atau lima puluh kilo dari pusat kota . Padahal di desa yang berdekatan dengan domisili mereka, berdiri sebuah SMAN negeri yang dibangun dengan dana rakyat. Status kota mengalahkan status desa atau status kecamatan kendati sama-sama menyandang sekolah negeri.

Bisa jadi keinginan dan harapan itu sama dengan sebagian besar orang tua di kota dan kabupaten lain di Indonesia, manakala lokasi tempat tinggal sesungguhnya tidak termasuk dalam coverage dari SMAN unggulan yang diminati. Saya juga ingat saat SMA dulu,sekolah saya yang  menjadi salah satu sekolah unggulan di Papua, terkadang menerima siswa dari Kabupaten lain (dari Wamena atau  kabupaten lain di luar Jayapura) karena image bahwa SMAN di kota 'lebih bergengsi dan lebih berkualitas'.

Pendirian SMAN 3 Jayapura di Buper Waena oleh pemerintah daerah Papua pada saat itu, di pertengahan 1990 an , diperuntukkan sebagian kursinya untuk para calon siswa terpilih dari kabupaten lain di luar Jayapura karena SMAN 1 dan SMAN 2 yang di Kota Jayapura,didominasi oleh lulusan dari SMP dalam kota. Kala itu Papua masih satu propinsi (belum ada papua barat) dan pemerintah daerah fokus meningkatkan dunia pendidikan, yang terus berlanjut hingga sekarang.

Salah satunya kini sudah ada tambahan dua SMAN di Kota Jayapura,yakni SMAN 4 di Kecamatan Jayapura Selatan dan SMAN 5 di Kecamatan Jayapura Utara. Luar biasanya, setelah dua puluh tahun kemudian sejak saya tamat, dari tiga SMAN naik jadi jadi lima SMAN. Diluar dari kompleksitas penyebabnya, apapun itu, ternyata lebih mudah mendirikan hotel ya  dibanding mendirikan sekolah negeri...hehe.  

Tata Ruang, Regulasi Dan Label Sekolah Di Mata Masyarakat

Dari apa yang dipaparkan di atas,boleh jadi menggambarkan persepsi dan kondisi yang ada di masyarakat terhadap SMAN --SMAN di tanah air, terutama di mata para orang tua. Denpasar,Jayapura dan Sumbawa Besar adalah tipologi kota dengan skala yang berbeda. Jayapura meski berstatus ibukota, namun tidak bisa disebut kota  besar seperti Denpasar yang sama --sama berstatus ibukota propinsi.

Sumbawa Besar adalah gambaran ibukota kabupaten, mewakili kota --kota kecil lainnya di tanah air dimana SMAN jumlahnya sedikit dan hanya berada di pusat kota, cenderung dibangun berdekatan dengan kantor kabupaten. Denpasar seperti halnya Surabaya,Semarang dan kota besar lainnya,yang jumlah SMAN nya banyak, berdekatan dan 'berbaur' dengan pusat perbelanjaan, perumahan elit, rumah sakit internasional, kursus-kursus pendidikan, perbankan dan fasilitas  penunjang khas  perkotaan yang menunjang aktifitas warganya. Jayapura mewakili kota kecil yang beranjak modern, namun topografi wilayahnya luas, berpencar aktifitas pemukiman dan aktifitas sosial, sehingga pembangunan dan pendirian SMAN nya juga mengikuti. Berjauhan, ngga tipe teletubies...berdekatan, tetangga dan berangkulan,hehe.

sumber:dokpri_sman berdekatan
sumber:dokpri_sman berdekatan
Regulasi pemerintah berkaitan dengan sonasi, hendaknya memperhatikan tata ruang wilayah dan pengembangan wilayah kota ke depan. Berbicara tentang kebijakan RTRW Kota ,tentunya akan berimbas pada  RTRW Kabupaten, RTRW Provinsi dan RTRW Nasional secara keseluruhan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum(PerMen-PU) nomor 17/PRT/M/2009 tentang pedoman penyusunan rencana tata ruang wilayah kota diharapkan menjadi acuan  bagi pemerintah daerah dan pemerintah kota serta  pemangku kepentingan lainnya, termasuk dinas pendidikan di daerah.

Ibarat pohon, kita sibuk memangkas daunnya yang terus tumbuh, padahal akarnya tidak kita cabut. Mengapa orang tua menginginkan anaknya masuk ke sekolah favorit? Benar bila motivasinya agar anaknya bisa mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih 'baik' dengan dididik oleh guru  yang berkualitas. Dengan harapan bisa diterima di PTN favorit.

Tetapi  akan menjadi pertanyaan yang sulit kita jawab bila kondisinya adalah sekolah favorit atau SMAN terbaik itu berada di lokasi yang terisolasi, miskin hiburan, miskin fasilitas pendukung dan jauh dari fasilitas publik. Masihkah mau orang tua menaruh anaknya untuk sekolah di sana? Masihkah anak itu berada  di lingkungan dengan 'fasilitas minim' dan saat keluar sekolah, tidak ada mall, tidak ada toko buku selengkap Gramedia, tidak ada  pusat bimbingan belajar yang keren, akses wifi  dan  internet yang tidak sekencang di kota, tidak ada warung MCD dan KFC seenak di kota, apa masih kuat anaknya sekolah di tempat seperti itu? Bagaimana  dengan orang tuanya? Relakah?

Pindahkan guru-guru terbaik ke SMAN di desa atau kecamatan yang jauh sekian puluh kilo dari kota. Kemudian kita bandingkan, seberapa antusias orang  tua yang tinggal di pusat kota akan memindahkan anaknya untuk sekolah di SMAN di sana bila tujuannya adalah agar anaknya diajar oleh guru-guru terbaik dan bisa mudah diterima di PTN unggulan. Bila mau jujur, bandingkan dengan kondisi sebelumnya, pasti tidak seantusiasnnya orang dari desa berusaha menyekolahkan anaknya ke SMAN yang berada di pusat  kota. Ada motivasi pendukung yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun