Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soal Radikalisme, PDI Perjuangan Jagonya

17 Mei 2012   11:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:10 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181927" align="alignright" width="259" caption="TB Hasanudin PDI P (rri.co.id)"][/caption] Follow Me : @assyarkhan

Peringatan yang dinyatakan Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDIP, TB Hasanudin kamis (17/5/2012) tentang sikap pemerintah yang meremehkan perkembangan paham radikalisme menurut Penulis hanya sedang memperingati Partainya sendiri. Sebagaimana diberitakan sebelumnya TB Hasanudin merilis pernyataanya kepada Kompas “Semakin toleran aparat pemerintah, terutama polisi, pada radikalisme maka semakin luas 'kondisi juang' yang terbentuk. Bukan tidak mustahil akan muncul daerah-daerah radikal tertentu. Penahapan menuju ke sana sudah berhasil terjadi di beberapa daerah di Indonesia sekarang," ujar Hasanuddin. (Kompas.com)

Penulis melihat pernyataan ini seharusnya bukan ditujukan kepada Gerakan Islam karena Islam tidak mengenal Istilah Radikal dan Liberal kecuali orang-orang yang sengaja ingin mengadu domba Ummat Islam. Penulis melihatnya peringatan ini sebaiknya ditujukan untuk Partai yang saat ini TB Hasanudin berda yaitu PDI Perjuangan. PDI Perjuangan sangat dikenal memiliki kader radikal dan bahkan bersikap arogan terhadap pesaing-pesaing politiknya.

Penulis mengkhawatirkan terorisme itu justru muncul dari kader-kader politik seperti ini karena doktrin marhaenisme, sosialisme dan sebagainya, sama parahnya dengan faham-faham sekulerisme dan liberalism yang ada.

Bukan rahasia umum lagi jika sikap-sikap supporter PDIP terkadang lebih suka melakukan hal-hal yang tidak rasional seperti Cap Stempel Darah atau Cap Jempol Darah untuk “memaksakan” dukungannya. Sikap arogan seperti inilah yang menurut Penulis membuat banyak orang tidak simpatik. Lihat saja bagaimana gagalnya Agum Gumelar pada kancah Pilkada Jabar 2008, Saat itu diusung oleh PDIP.

Setelah Pilkada jabar berlangsung dan KPU menyatakan HADE Pemenangnya, Saya mencoba menanyakan kepada beberapa tokoh agama di daerah Saya mengapa Agum Gumelar kalah telak di daerah pemilihan daerah dimana Saya tinggal, beberapa tokoh menjawab “Masalahnya PDI-P Sich, kalo Agumnya tokoh Nasional yang bagus Sayangnya di usung PDIP” kata para tokoh tersebut. Kemudian Penulis bertanya kepada mereka “Memang Kenapa dengan PDIP” semuanya memberikan jawaban serupa “Partainya arogan dan suka memaksakan kehendak, dukungan kadernya lebih banyak tidak rasional” Itu yang Penulis dengar dari mereka.

Penulis melihat gejala inipun terjadi pada dukungan terhadap Joko Widodo (Jokowi)pada Pilkada DKI Jakarta 2012 sekarang, dimana Sosok Jokowinya sangat bagus tetapi oleh karena di usung PDIP maka opini yang terbangunpun akan sama bahwa gara-gara PDI-P justru Jokowi tidak terpilih. Hal ini Penulis temukan di salah satu bunyi Tweep yang mengomentari Pasangan Jokowi-Ahok berikut ini :

13372514661520693665
13372514661520693665

Artinya, Radikalisme yang justru berbahaya adalah radikalisme yang dibangun oleh PDI P. Radikalisme yang dibungkus dengan “Nasionalisme” ini sangant tidak pas dengan kondisi Indonesia yang berlandaskan Pancasila ini.

Golongan yang fanatik radikal yang dibungkus “Suku” dan “Nasionalisme” palsu ini sangat membahayakan keamanan Negara. Kalau PDI tidak melakukan pendidikan Politik dengan benar maka dimasa mendatang Negara Indonesia tidak lebih dari sekumpulan Preman.

Salah satu bukti radikalisme di PDIP yang hingga hari ini membudaya adalah “Cap Stempel Darah” dan “Cap jempol Darah”. Hal ini sudah banyak yang tahu, Penulis melihat membangun Politik yang rasional tidak bisa seperti ini karena ini adlah bentuk perilaku Irrasional dan terkesan memaksaan kehendak. Anda masih ingat bagaimana pencalonan Megawati menjadi Presiden semua kader membubuhkan DARAHnya untuk Megawati, kemudian saat megawati diminta untuk datang ke KPK untuk memberikan kesaksian kembali kader PDI Perjuangan dengan radikalnya membuat Gerakan Stempel Darah untuk Tolak KPK Panggil Megawati, Jadi ingat pernyataan Tukul “Opooo Ikiiii”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun