Mohon tunggu...
Adi Supriadi
Adi Supriadi Mohon Tunggu... Lainnya - Berarti Dengan Berbagi, Sekali Berarti Sesudah Itu Mati. Success by helping other people

Activist, Journalist, Professional Life Coach, Personal and Business Coach, Author, Counselor, Dai Motivator, Hypnotherapist, Neo NLP Trainer, Human Capital Consultant & Practitioner, Lecturer and Researcher of Islamic Economics

Selanjutnya

Tutup

Money

Bukan Bagaimana Memulai Tetapi Bagaimana Mengakhiri

12 Maret 2012   03:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:12 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1331521309690094112

[caption id="attachment_167946" align="alignright" width="323" caption="Bukan Bagaimana Memulai Tetapi Bagaimana Mengakhiri"][/caption]

Suatu ketika saat Saya membuat materi Training, Saya menemukan sebuah Ayat dalam Al-Qur’an yang sangat menarik untuk direnungkan oleh kita semua. Sebenarnya saya ingin mengupas Ayat ini utuh dalam satu Surat yaitu AD-DHUHA, karena dalam Surat Ad-Dhuha terdapat tuntunan untuk ummat manusia tentang bagaimana menyikapi hidup dari bangun tidur hingga tidur kembali.

Tapi kali ini Saya hanya ingin mengupas Satu Ayat Saja yang menarik buat Saya, yaitu ayat ke-4 dari QS. Ad-Dhuha ini. Allah berfirman “ Sesungguhnya Akhir Itu Lebih Baik Bagimu Daripada Permulaan” , banyak tafsir mengungkap kata “AKHIR” itu merujuk pada Akhirat dan “PERMULAAN” merujuk pada kehidupan dunia.

Saya tidak akan mengkaji soal tafsirnya melainkan hakikat makna “Awal dan Akhir”. Dalam kehidupan kita memang selalu kebingungan dalam “mengawali” padahal kata Allah tidak penting soal Awal itu tetapi yang terpenting adalah bagaimana Anda mengakhirinya.

Ada orang berkata “Mengapa Saya dilahirkan dari rahim seorang buruh cuci bukan seorang anak presiden? Mengapa Saya dilahirkan dari orang tua yang tukang kebun bukan dari si pemilik kebun? Begitu banyak orang menyesali kelahirannya. Padahal tidak penting dia dilahirkan dari rahim siapa, tidak penting dia dilahirkan sebagai anak siapa tetapi yang terpenting bagaimana kondisi dia saat maut menjemputnya, ringkasnya begini “Tidak Penting Bagaimana Anda Dilahirkan Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kondisi Anda saat datang kematian”, dalam kondisi ta’at beribadahkah atau dalam kondisi bermaksiat kepada Tuhan.

Ada juga orang kebingungan, minder bahkan seakan-akan tidak punya masa depan ketika dia hanya bersekolah di sebuah SD Swasta, atau SMP yang tidak terkenal atau bersekolah di SMU yang diisi oleh anak-anak nakal. Padahal seharusnya bukan bagaimana sekolah Anda, bukan bagaimana Anda memulai pendidikan, melainkan Anda jadi apa disekolah itu, Apa yang sudah Anda persembahkan untuk almamater Anda.

Ada pula seorang Profesional banyak beralasan ketika ditanya “Mengapa Omzet tidak tercapai?”, dia menjawab “Saya sudah melakukan ini dan itu, Saya sudah Promosi, Saya sudah memasang Iklan dan sebagainya”, Woooiiii…Bangun, Ga penting Anda menyatakan bahwa Anda sudah begini dan begitu tetapi yang terpenting adalah APA HASILNYA. Itulah beberapa makna “Sesungguhnya Akhir Itu Lebih Baik Bagimu Daripada Permulaan”, Bukan Bagaimana Anda memulai tetapi bagaimana Anda mengakhiri.

Banyak orang berputus asa bahwa dia tidak akan memiliki kesempatan untuk menjadi wakil rakyat hanya karena dia bukan “tukang demonstrasi”, banyak orang berputus asa tidak akan memiliki kesempatan menjadi Pengusha hanya karena dia merasa saat ini pekerjaanya sebagai “pegawai rendahan”

Seharusnya kita berdiri tegak dan mempersiapkan tongkat kebangkitan dan temuilah orang-orang serta katakan kepada mereka yang telah menghinakan Anda “Saya baru memulainya setengah langkah kawan dan ini belumlah cukup.Suatu Saat Anda akan melihat sesuatu yang berbeda dari kondisi Saya saat ini”

Anda harus pahami bahwa memulai suatu perjalanan itu kondisinya seperti biji kelapa yang terseret arus air pada sungai yang mengalir, di persinggahan selalu saja ada batu, seringkali dia terjerambab masuk merasai dalamnya arus yang berpusar. Demikianlah dia yang pergi itu, terus bertahan. Kini ia ada di ujung muara. Dan kelapa itu mulai bertunas. Maka dari itulah kawan, Saya tidak akan pernah terpengaruh oleh sikap orang lain pada Saya.

Anda harus menjadi kaum yang meyakini tentang apa yang ada dalam diri Anda yaitu : “Apapun yang terjadi dalam hidup Saya, apapun itu. Kezaliman mereka, penghinaan mereka, caci maki mereka adalah kekuatan baru dalam diri Saya”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun