Mohon tunggu...
Andika Pratama
Andika Pratama Mohon Tunggu... -

Saya hanya orang yang sedang belajar menulis. itu saja.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Langit Mendung

29 April 2013   15:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:25 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1367226964829563504

"aku sangat membenci hujan, hujan selalu saja membuatku tidak nyaman." Yandri bergumam sendiri, mata hitamnya itu terus saja menatap keluar rumah,  langit seperti tidak berpihak padanya hari itu, awan mendung diliputi guyuran deras hujan yang seakan berdansa dengan kilatan - kilatan petir  itu seperti  sedang mentertawakan dirinya, ditambah dengan bunyi guruh yang dapat menciutkan nyali. "Ini hari terburuk sepanjang hidupku."pikirnya biasanya ketika sore tiba, dia dapat melihat anak - anak kecil sebayanya sedang asik bermain diluar jendela kamarnya atau dia dapat melihat burung - burung kecil yang berterbangan untuk kembali ke Sarang mereka atau hanya sekedar melihat indahnya Senja didesa itu. "saat hujan dunia itu seperti membosankan, sampai kapan aku haru menunggu hujan ini untuk berhenti." sejak tak diperbolehkan keluar rumah, satu - satunya hiburan yang paling ditunggunya adalah melihat keluar jendela, dari kamar yang terletak di lantai dua itu dia dapat melihat seisi kampung dan pemandangan gunung karang yang hijau dengan langit biru yang menjadi kanvasnya bagai lukisan Alam . Sebuah karya terbaik Illahi. tapi hari ini hatinya kesal bukan main, Hujan telah membuat alam menjadi Gelap, dan Yandri tak menyukai itu. Hujan telah merenggut semua keindahan itu. memikirkannya saja bisa membuat dadanya sesak ,padahal ayah dan ibunya selalu melarangnya untuk terlalu banyak berpikir hal - halyang dapat membuatnya stress. tapi kali ini dia sudah tak tahan lagi, Yandri sangat kesal sekali. kepalanya yang sudah mulai botak  karena rontok terlihat berurat, mulutnya terus saja mengutuk kearah langit "kenapa hujan ini tak mau berhenti,". setelah tak mendapatkan tanggapan apa - apa, mulutnya yang sedari tadi tak ada henti untuk terus mengutuk berhenti, matanya berubah berair, hidungnya basah karena lendir , dia menangis. sekarang ia berubah merengek "aku mohon tuhan hentikan hujan ini, sekali ini saja aku memohon." semenjak divonis hidupnya tinggal beberapa bulan Yandri tak pernah menangis, ketika rambutnya rontok dia tidak menangis, ketika mengikuti pengobatan - pengobatan yang sangat - sangat menyakitkan itu juga ia tidak menangis, tapi kali ini dirinya seperti tak bisa menahan diri lagi. ia menangis sejadi - jadinya, seluruh isi hatinya tertumpah keluar , semua pertanyaan tentang hidupnya muncul , bagaimana nanti jika ia mati, bagaimana nasib orang tuanya ketika dia tiada, bagaimana , bagaimana ????? semua pertanyaan yang selalu terendap jauh didasar hatinya sekarang seperti tertumpah keluar. setelah beberapa menit ia menangis, Langit sudah tak lagi mendung, matahari telah bersinar kembali gunung karang hijau terlihat keemasaan.dan ketika ia berhenti menangis, hatinya berubah ringan, tak ada lagi rasa penyesalan , semua pertanyaan yang dulu takut ia ungkapkan seakan terjawab sudah ketika ia melihat keluar jendela. "setelah gelap, pasti ada terang ." jawabnya sambil tersenyum. Foto from : alanhendrawan.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun