Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Saat Investor Menebeng Kereta "Kakek Santa"

18 Desember 2019   09:01 Diperbarui: 18 Desember 2019   11:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Santa Claus Rally (sumber: timingandyou.com)

Kalau saya amati, fenomena "Santa Claus Rally" di bursa saham tanah air sebetulnya sudah terlihat sejak tanggal 2 Desember lalu. Hal itu ditandai kenaikan IHSG sekitar 1%, setelah beberapa pekan sebelumnya mengalami penurunan.

Tentu saja kenaikan tadi berlangsung secara bertahap. Maklum, pada waktu itu, investor masih ragu membeli saham lantaran negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok berjalan alot.

Namun, ketegangan itu kemudian berlalu setelah kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu akhirnya mencapai kata "sepakat" pada tanggal 13 Desember lalu. IHSG pun kemudian melaju kencang, dan hingga tulisan ini dibuat, IHSG berada pada posisi 6.200-an.

Strategi Investasi
Investor yang ingin memanfaatkan momentum "Santa Claus Rally" bisa memilih saham-saham bluechip di sektor perbankan. Biarpun sempat digoyang oleh persoalan ekonomi sepanjang tahun 2019, saham-saham di sektor perbankan masih menunjukkan kinerja yang baik.

Memang valuasi harga yang sudah terlampau tinggi bisa menjadi salah satu persoalan. Bagi investor yang menganut strategi "value investing", saham-saham yang harganya sudah mahal umumnya enggan dibeli. Sebab, saham-saham ini tidak menyediakan "margin of safety" yang cukup untuk mengamankan dana investor dan memberi imbal hasil yang besar.

Sementara, bagi investor yang menerapkan strategi "growth investing", harga yang mahal bukan masalah. Asalkan manajemen perusahaan masih rajin melakukan ekspansi, investor biasanya berani membeli sahamnya di harga yang premium.

Ekspansi menjadi jaminan bagi pertumbuhan perusahaan dan kalau terus bertumbuh, harga sahamnya akan meningkat dari waktu ke waktu.

Sektor konsumer juga bisa dipilih. Meskipun termasuk sektor andalan, investor mesti mewaspadai saham-saham tertentu, terutama di subsektor rokok. Maklum, saham-saham di subsektor tersebut sedang "dibayangi" nasib buruk. Sebut saja saham HMSP dan GGRM yang harganya terjun bebas sekitar 50% sejak bulan Mei lalu.

Hal itu bisa terjadi karena pemerintah menaikkan cukai rokok. Meskipun sekarang belum terasa efeknya, beberapa bulan ke depan, kebijakan itu dikhawatirkan akan mengganggu kinerja perusahaan. Makanya, jangan heran, investor kemudian beramai-ramai menjual saham emiten rokok, hingga harganya jatuh sangat dalam.

Memang penurunan harga itu tampak menarik. Valuasi sahamnya jadi lebih murah. Namun, investor juga mesti mempertimbangkan hal lain. Sebab, kalau harganya sudah jatuh sedalam itu, alih-alih naik, boleh jadi, harganya akan semakin terperosok.

Walaupun demikian, saham-saham lain di sektor konsumsi bisa dilirik. Saham-saham, seperti ICBP, SIDO, dan HOKI, memang mempunyai valuasi yang mahal, yakni di atas 20 x, tetapi kalau dilihat dari kinerjanya, sepertinya valuasi tersebut terasa sepadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun