Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Meneropong Nasib OVO Setelah Dilego Lippo

30 November 2019   10:09 Diperbarui: 30 November 2019   18:31 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
strategi bakar uang yang umumnya dilakukan perusahaan startup (sumber: https://fortune.com)

Sebetulnya strategi ini cukup efektif menjaring pengguna, tetapi, sayangnya, belum mampu menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang solid untuk memperpanjang "napas" bisnis OVO beberapa tahun ke depan.

Padahal, pendapatan dan keuntungan adalah elemen penting yang menentukan kelanjutan suatu bisnis. Tanpa adanya pendapatan dan keuntungan, jangan harap suatu bisnis akan bertahan lama.

Hal itulah yang mungkin ditakutkan Mochtar Riady sewaktu melihat strategi "bakar uang" yang dilakukan manajemen OVO. Ketakutan tadi cukup beralasan.

Suatu saat, kalau modal investor sudah tipis, sementara pendapatan belum kunjung bertambah, bisnis yang dijalankan OVO bisa saja "kolaps" dan "tumbang". Kalau "skenario terburuk" itu terjadi, investor tentu saja akan dirugikan, baik dari segi modal maupun waktu.

strategi bakar uang yang umumnya dilakukan perusahaan startup (sumber: https://fortune.com)
strategi bakar uang yang umumnya dilakukan perusahaan startup (sumber: https://fortune.com)
Saya pribadi sepakat dengan pemikiran Mochtar Riady bahwa "bakar uang" bukanlah strategi yang tepat untuk menjalankan bisnis. Untuk promosi di tahap awal, strategi ini masih layak dilakukan, tetapi tidak untuk selanjutnya.

Ibarat seorang anak yang bertumbuh, startup yang mulai berkembang mesti belajar mandiri tanpa terlalu banyak meminta suntikan modal dari para investornya. Jangan melulu minta "disuapi". Suatu saat, startup mesti mau cari makan sendiri.

Makanya, manajemen startup mesti berhenti menggunakan strategi "bakar uang", dan mulai mencari cara lain agar bisa mendatangkan pendapatan yang mantap. 

Semua itu dilakukan supaya startup bisa terus bertahan di tengah persaingan bisnis yang keras.

Namun, di sisi lain, kekhawatiran Mochtar tentang nasib OVO juga mesti dilihat dari "kacamata" yang berbeda. Sebab, pada saat ini, OVO adalah pemimpin pasar untuk kategori dompet elektronik. Ovo bisa mengungguli rival-rivalnya dalam hal valuasi dan jumlah pengguna.

Hal itu bisa terjadi karena beberapa waktu lalu, OVO mendapat "durian runtuh". Ingat regulasi tentang dompet elektronik yang ditetapkan pemerintah? Dari situlah keberuntungan OVO bermula.

Pada tahun 2018, untuk memastikan keamanan bertransaksi di masyarakat, Bank Indonesia merevisi regulasi tentang dompet elektronik. Segala macam dompet elektronik yang sudah dipakai masyarakat kemudian dibekukan dan diaudit oleh Bank Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun