Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Di Balik Diorama "Krismon 98" Museum Bank Indonesia

28 Oktober 2019   09:01 Diperbarui: 28 Oktober 2019   11:26 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam Acara Kursor, hadir pula dari kiri ke kanan: Junanto Herdiawan (Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia), Adhi Nugroho (Analys Team Bank Indonesia), dan Nurulloh (COO Kompasiana) (sumber: dokumentasi Adica)

Setelah melihat diorama krismon 1998 tadi, saya jadi lebih paham bahwa persoalan ekonomi ternyata bisa merembet ke semua bidang. Dampaknya sangat luas karena itu menyangkut hajat hidup orang banyak.

Makanya, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di tanah air perlu dijaga sebaik mungkin agar krisis ekonomi yang pernah menghantam Indonesia bisa diantisipasi dan diminimalkan.

Menjaga SSK adalah salah satu tugas yang diemban Bank Indonesia. Tugas ini memang tidak mudah dilaksanakan, sebab lingkup sistem keuangan begitu luas, seperti perbankan, pasar keuangan, dan rumah tangga.

Makanya, dalam menjalankan tugasnya, Bank Indonesia mesti bekerja sama dengan lembaga lain, seperti Lembaga Penjamin Simpanan, Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan. Bersama lembaga-lembaga tersebut, Bank Indonesia berupaya menjaga SSK semaksimal mungkin.

Meskipun penting, konsep SSK belum tentu dipahami banyak orang. Maklum, selain cakupannya luas, konsep ini begitu teknis, karena kerap dijelaskan dengan menggunakan istilah-istilah ekonomi yang "kurang akrab" di telinga.

Hal itu pun sempat disinggung oleh Retno Ponco Windarti dalam acara Kumpul Rame Sore-Sore (Kursor) bersama Kompasiana pada tanggal 25 Oktober kemarin. 

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia tersebut menerangkan bahwa konsep Stabilitas Sistem Keuangan memang agak sulit dibahasakan. Diperlukan sarana dan kerja sama dengan pihak lain agar konsep itu dapat dimengerti oleh masyarakat.

Retno Ponco Windarti, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (sumber: dokumentasi Adica)
Retno Ponco Windarti, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (sumber: dokumentasi Adica)

Dalam Acara Kursor, hadir pula dari kiri ke kanan: Junanto Herdiawan (Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia), Adhi Nugroho (Analys Team Bank Indonesia), dan Nurulloh (COO Kompasiana) (sumber: dokumentasi Adica)
Dalam Acara Kursor, hadir pula dari kiri ke kanan: Junanto Herdiawan (Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia), Adhi Nugroho (Analys Team Bank Indonesia), dan Nurulloh (COO Kompasiana) (sumber: dokumentasi Adica)

Jadi, jangan heran, Bank Indonesia kemudian menggandeng Kompasiana dalam menyosialisasikan konsep tersebut kepada masyarakat. Dengan menyelenggarakan blog competition bertema Stabilitas Sistem Keuangan, masyarakat diharapkan lebih mengenal, memahami, atau bahkan menerapkan semua hal untuk mendukung terwujudnya SSK.  

Sewaktu mengikuti blog competition itu pun, saya sempat bingung. Sebab, latar belakang pendidikan saya bukanlah ekonomi. Saat saya membaca informasi seputar SSK, saya menjumpai beragam istilah ekonomi yang belum saya pahami dengan baik. Istilah-istilah tadi begitu abstrak dan jlimet. Saya perlu membaca berulang-ulang untuk menangkap esensi SSK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun