Mohon tunggu...
Adam Aflahridho
Adam Aflahridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga NIM 23107030124

haloo gess

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menyambut Lebaran dengan Tradisi Berbagi THR

17 April 2024   15:59 Diperbarui: 17 April 2024   16:02 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran, merupakan suatu momen yang sangat penting dalam kalender keagamaan dan menjadi budaya bagi para kaum Muslim, tidak hanya menandai akhir bulan suci Ramadan tetapi juga kesempatan untuk bisa saling bersilaturahmi, pulang ke kampung halaman, saling memaafkan antar keluarga dan juga umat muslim lainnya, dan mempererat hubungan sosial. Dalam momen hari perayaan ini ada tradisi atau budaya yang tak terpisahkan tradisi ini adalah memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada orang-orang terdekat atau yang membutuhkan. Fenomena bagi-bagi THR ini tidak hanya memiliki makna yang religius, tetapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi.


Makna Tradisi Bagi-bagi THR


Tradisi berbagi THR memiliki suatu makna yang cukup berarti bagi para umat Muslim, dan telah menjadi bagian dari budaya yang sudah dilakukan turun temurun selama berabad-abad. THR sendiri memiliki arti sebagai bentuk penghargaan kepada individu-individu tertentu, seperti para pekerja atau orang-orang yang kurang mampu, untuk membantu mereka menikmati momen bahagia Lebaran dengan lebih layak.


Dalam perspektif agama Islam, memberikan THR dianggap sebagai bagian dari zakat atau sedekah, yang merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama pada momen-momen penting seperti hari Lebaran. Hal ini juga mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial yang dianjurkan dalam ajaran Islam.


Tradisi bagi-bagi THR telah menjadi fenomena sosial yang penting dalam masyarakat Muslim di Indonesia bahkan di berbagai belahan dunia. Di Indonesia misalnya, tradisi berbagi ini tidak hanya dilakukan oleh individu-individu tertentu saja, tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja karyawan mereka selama setahun. Berbagai jenis usaha, mulai dari perusahaan besar hingga pedagang kecil, turut serta dalam tradisi ini dengan memberikan bonus atau paket THR kepada karyawan ataupun juga kepada para pelanggannya.


Dampak ekonomi dari tradisi bagi-bagi THR juga signifikan. Sebelum Lebaran, penjualan meningkat secara signifikan karena orang-orang membeli berbagai macam barang dan makanan untuk disiapkan sebagai THR. Hal ini menciptakan lonjakan aktivitas ekonomi yang cukup berdampak terhadap berbagai sektor, termasuk perdagangan, sembako, dan jasa.


Namun, di sisi lain, tradisi THR ini juga dapat menimbulkan tekanan finansial bagi beberapa individu atau keluarga. Terutama bagi keluarga mereka yang memiliki keterbatasan finansial, kewajiban memberikan THR bisa menjadi beban tambahan untuk mereka karena dalam berbagi THR memerlukan perencanaan keuangan yang matang.


Tradisi Bagi-bagi THR tidak harus berbentuk uang


Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, tradisi bagi-bagi THR juga mengalami evolusi. Beberapa perubahan dalam tradisi ini mencakup :
1.Pergeseran dari Uang Tunai ke Bentuk-bentuk Lain: Meskipun uang tunai masih dijadikan sebagai pilihan utama bagi banyak orang, tetapi ada kecenderungan bagi sebagian orang untuk memberikan THR dalam bentuk hadiah, voucher belanja, ataupun bentuk-bentuk lainnya. Hal ini mencerminkan dorongan untuk memberikan sesuatu yang lebih berarti atau bermanfaat bagi penerimanya.
2.Peningkatan Kreativitas dalam memberikan Hadiah: Di zaman sekarang orang-orang mulai mencari cara yang lebih kreatif untuk memberikan THR, seperti memberikan paket perjalanan atau pengalaman belajar, inovasi-inovasi baru Ini dapat menambah dimensi dan referensi baru dalam tradisi berbagi THR dan dapat meningkatkan nilai-nilai yang positif dari pemberian tersebut.
3.Pemberian THR di Lingkungan Kerja: Di berbagai perusahaan, pemberian THR telah menjadi suatu hal yang sangat di nanti-nantikan oleh para karyawan nya. Namun, tantangan muncul ketika perusahaan menghadapi tekanan ekonomi atau krisis pada usahanya, yang dapat mempengaruhi besaran dan keberlanjutan pemberian THR.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Pendapat Masyarakat terhadap tradisi berbagi THR

Pada fenomena ini saya juga sempat melakukan wawancara langsung kepada salah satu saudara saya tentang pendapat dia terhadap adanya tradisi bagi-bagi THR di Indonesia.

"kenapa ada tradisi  THR di Indonesia itu pertama biar bisa nyenengin anak-anak kecil, yang biasanya uang jajan mereka tuh cuman seribu dua ribu sehari, kalo pas hari lebaran kayak begini kan uang jajan mereka jadi nambah tuh lumayan, ada yang dapet sepuluh ribu, lima puluh ribu, kadang malah ada yang sampe seratus dua ratus ribu juga kan ? padahal mah ya buat apa juga bocah-bocah kecil segitu di kasih duit banyak-banyak, yang ada nanti malah di simpen ama emaknya terus di pake kan. Itu kan bocah dapet dari om nya, tante nya, emak bapak nya juga kan, dari nenek nya juga, nah itu, itu yang pertama, terus kedua itu mungkin bisa di katakan sebagai reward, maksudnya reward tuh kan kita abis melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh tuh, nah setelah itu kita dapet hadiah berupa THR dari sodara-sodara kita, abis itu kalo namanya kita orang indonesia kan pasti pas lebaran tuh kumpul-kumpul, makan-makan, kan pasti lumayan banyak juga tuh kebutuhan buat beli kayak kue-kue nya atau cemilan gitu, nah dari duit THR yang kita dapet tadi bisa tuh di pake buat tambah-tambah beli apalah gitu buat acara lebaran ini, atau bisa juga buat biaya transportasi pas pulang dari liburan nya itu. Terus juga kalo di Perusahaan-perusahaan gitu kan kalo misalkan mereka mau ngasih kayak bonus-bonus buat para karyawan nya itu kan bisa tuh di kasih lewat atau berupa THR atau reward gitu lah ya mungkin buat pekerja-pekerja nya itu, mungkin itu aja sih kalo kata saya tentang THR lah kira-kira."
 -- Wahyulisah (saudara sepupu saya).

Wawancara saya di atas di lakukan sesaat beberapa hari setelah hari lebaran berlangsung. Yang saya lihat langsung dari tradisi ini biasanya THR di bagi-bagikan ketika ada tamu yang sedang berkunjung dari rumah ke rumah lalu para orang dewasa memberikan THR yang biasanya di bungkus di dalam amplop yang berupa macam-macam amplop nya. Tetapi tidak selalu tamu yang di berikan THR, terkadang jika rumah yang di kunjungi ada anak-anak kecil atau remaja yang masih di bawah umur, biasanya para tamu juga yang memberikan THR kepada orang rumah yang di kunjungi. 

Dalam tradisi berbagi THR ini juga terkadang ada pembagian THR tambahan berupa uang atau barang tetapi cara mendapatkan THR nya yang berbeda, dalam suatu keluarga biasanya ada orang dewasa yang secara ikhlas memberikan Sebagian uang nya untuk THR tambahan, THR tambahan ini biasanya di lakukan dengan cara di buat seperti games ataupun permainan, di mana para anak-anak harus berusaha untuk mendapatkan uang THR sesuai ketentuan dalam permainan tersebut.

dokumen pribadi
dokumen pribadi


Kesimpulan


Tradisi bagi-bagi THR adalah bagian yang penting dari perayaan Lebaran bagi umat Muslim di seluruh dunia. Lebih dari sekadar tindakan pemberian materi, tradisi ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas, kepedulian sosial, dan kebahagiaan Bersama. Sebagai sebuah tradisi yang menggabungkan nilai-nilai agama, budaya, dan ekonomi, bagi-bagi THR tidak hanya merayakan momen kebahagiaan Lebaran, tetapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi, empati, dan kepedulian terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun