Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Almh Prof. Jajah Koswara: Dosen Inspiratif Sepanjang Zaman

3 Februari 2012   00:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:08 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13282287331726491196

[caption id="attachment_159955" align="alignright" width="300" caption="Almh Prof. Jajah Koswara (Sumber : FB Jajah Koswara)"][/caption]

Saat mendengar berita wafatnya Prof. Dr. Ir. Jajah Koswara, M.Sc, Kamis 17 Maret 2011 pukul 04.00. dari teman saya, saya kaget. Sayangnya, teman saya tidak tahu dimana beliau saat meninggal, di Bogor, di Bandung atau dimana. Saya pun sempat merasa menyesal tidak tahu kemana saya harus melayat. Padahal sebelum meninggal saya masih sempat berkirim pesan singkat via Handphone pada  beliau, ingin menjenguk dan bershilaturahim bersama teman-teman sekelas dari Kelas Kuliah Falsafah Sains Program S3 Tahun 2009 Sekoah Pascasarjana Instutut Pertanian Bogor (SPs IPB).

Banyak kenangan manis dan berkesan ketika beliau mengajar kami. Saya beruntung berada di kelas yang diajar beliau. Saya bersyukur ditempatkan Allah di saat beliau masih bersemangat mengajar mahasiswa. Setelah kelas saya berakhir, kondisi kesehatan beliau semakin menurun. Namun beliau masih melayani ‘chating’ dan ‘sms’ dengan saya dan mahasiswa lain. Beliau juga rajin membuat catatan tentang kehidupan indah bersama cucu-cucunya di Facebook (FB)

Satu hal yang membedakan Almh Prof. Jajah Koswara, Pakar Jagung Hibrida, dengan dosen lain adalah beliau selalu menyisipkan materi “Pelajaran Hidup” dalam setiap kuliahnya. Tak pernah terlewat satu pertemuan pun tanpa oleh-oleh Pelajaran Hidup yang berharga dari pertemuan kuliah dengan beliau. Bahkan kami diberi tugas membuat tulisan tentang “Pelajaran Hidup yang Paling Berharga” sebagi bagian dari tugas kuliah Mata Kuliah Falsafah Sains (PPS 702) Dari materi pelajaran hidup tersebut, banyak inspirasi hidup yang saya dan teman-teman peroleh.

Sejak beliau menanamkan “Pelajaran Hidup”  melalui kuliahnya, saya mendapat energi baru untuk selalu bisa mengambil inspirasi hidup dari setiap ilmu dan pengalaman yang saya alami. Energi baru itu kemudian salurkan melalui aktifitas menulis kisah inspirasi. Kisah inspirasi itu saya ‘posting’ di Grup Facebook yang saya buat, POHON INSPIRASI (PI)dan ‘Page’ “Komunitas Pohon Inspirasi”. Grup dan “Page” dunia maya ini kini telah tumbuh dan berkembang dan anggotanya mencapai 5000-an dan telah membuat sebuah Buku “KETIKA POHON BERSUJUD. PI  kini menjadi sebuah gerakan moral berbagi dan menginspirasi untuk perbaikan alam. Semoga ini karena keberkahan ilmu beliau yang saya amalkan.

Satu waktu di pertemuan kuliah, seperti biasa, sebelum mengakhiri kuliah, beliau menutup dengan tayangan ‘slide’ pelajaran hidup”. Saat itu judul presentasinya berupa kisah dari Irandia yang menceritakan seorang ibu yang menyia-nyiakan anaknya yang bernama Eric. Judul kisahnya adalah “Jangan Benci Aku Mama”. Kami menyimak slide demi slide dengan khusyu’ sambil mendengar suara Bu Jajah, begitu kami memanggil beliau, membacakan kisah tersebut. Menjelang akhir kisah, saya tak sengaja memandangi wajah teman-teman yang semuanya matanya berkaca-kaca. Akhirnya tanpa saya sadari, saat klimaks kisah yang begitu menyedihkan itu, saya pun tak kuasa menahan air mata. Benar di luar dugaan. Saya tidak percaya saya juga ikut menangis di kelas kuliah bersama teman-teman. Ternyata ada yang lebih dramatis. Teman yang duduk di depan saya, seorang Ibu, menangis tersedu-sedu. Saya yakin beliau terbayang wajah anaknya yang saat ini ditinggalkannnya di rumah, jauh di seberang pulau.

Luar biasa pengalaman belajar bersama beliau. Kisah Mahasiswa S3 menangis “berjamaah” sangat langka terjadi di IPB bahkan di dunia. Belajar Pelajaran Hidup, itulah ilmu penting yang saya dapatkan dari seorang Pakar Jagung Hibrida dan juga seorang guru kehidupan bagi kami yang sekarang telah menghadap Yang Maha Kuasa. Jasad beliau boleh pergi, namun ilmu beliau takkan terhapus oleh zaman dan saya saksi hidupnya yang akan ikut menyebarkan “setitik” ilmu yang telah menetes ke dalam jiwa saya yang terdalam.

Semoga Almh. Prof Jajah mendapat ampunan dari Allah, mendapat limpahan rahmat-Nya dan ilmunya terus mengalir tak henti yang menjadi rezeki bagi beliau di akhirat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun