Mohon tunggu...
Romadhon Arribath
Romadhon Arribath Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Al azhar Kairo

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

LGBT : Sejarah, Perkembangan, dan Pengaruhnya Terhadap Gaya Hidup Bermasyarakat

1 Maret 2016   07:33 Diperbarui: 1 Maret 2016   09:53 4583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="elhooda.net"][/caption]

Sejarah merupakan asas penting dalam membangun konsep struktur kehidupan di masa depan. Selain fungsinya sebagai pengingat sebuah memorial kejadian penting, juga berfungsi sebagai pelajaran di masa depan agar dapat membangun kehidupan yang lebih baik. Dengannya kita dapat hidup dengan menghindari masalah dan mencapai keberhasilan dan cita-cita serta semangat yang belum terealisasikan. Sejarah selalu mengajarkan kepada kita setiap saat bahwa : ada saja orang berkelakuan baik dan orang berkelakuan buruk, sudah seperti sunatullah adanya.

Dunia sedang di gemparkan oleh isu golongan berdisorientasi seksual,  yang berusaha untuk meluruskan kesalahan persepsi manusia secara umum terhadapnya. Berusaha untuk terus meminta hak dan kewajaran yang didapati oleh selain golongan mereka. Hubungan lawan jenis wanita dan pria merupakan hal yang lumrah untuk dirasakan oleh Bani Adam, akan tetapi bagaimana jadinya jika manusia sudah kehilangan kontrol dan menyimpang dari fitrah yang Allah ﷻ berikan, wanita mendatangi wanita dan pria mendatangi pria, dalam artian untuk menyalurkan hasrat seksual dan perasaan cinta yang tidak lumrah untuk diungkapkan.

Golongan ini menamai diri mereka dengan LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) meskipun masih belum jelas dengan penerimaan mereka dengan status biseksual dan transgender yang selalu dipinggirkan menjadi kasta terendah.  Fenomena LGBT sendiri berkembang pesat di negara barat yang mengasung ideologi Sekularisme-Kapitalisme, memisahkan agama dari kehidupan disebabkan masa lalu mereka yang kelam karena penindasan atas nama agama yang dilakukan oleh para raja maupun pastur dan petinggi agama mereka.

Berbagai macam cara digunakan untuk melegalkan perilaku ini (penyimpangan seksual, red). Mulai dari memperhalus penyebutan nama, yang dulunya bernama ” sodomites” dan “ homosexual ” yang mana perbuatan ini selalu dianggap tabu oleh tiap individu yang mengerti, menjadi “gay” atau “queer” yang mana adalah penyebutan baru bagi kaum ini.  LGBT sendiri hadir atas dasar kegagalan barat dalam menghadapi krisis moral dan perilaku, empat pilar kebebasan mereka (empat pilar kebebasan,  yaitu kebebasan beragama, kebebasan kepemilikan, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berperilaku) telah gagal dalam menghadapi kerasnya arus peradaban yang selalu ditawarkan oleh hawa nafsu, politik, dan revolusi teknologi industri.

LGBT memulai kiprahnya mulai dari tahun 1960-an di hampir seluruh daratan Eropa untuk menuntut persamaan dan hak legalitas tanpa memandang orientasi seksual mereka. Pada tahun 1960-an kaum “sodomites” dan “homosex” secara resmi mengganti nama dengan sebutan LGBT, dan pada tahun 1988 Amerika meresmikan LGBT, dan pada tahun 1990-an LGBT resmi berada di beberapa negara di Eropa. Denmark merupakan negara pertama yang melegalkan  perkawinan sejenis yaitu pada tahun 1988 dan di ikuti Nepal pada tahun 2008. Sedangkan model pernikahan sejenis di beberapa Negara Eropa yang menjunjung tinggi kebebasan telah lama ada, khususnya di Belanda. Pelegalan pernikahan sejenis kemudian diikuti oleh negara-negara lain yaitu Belgia, Kanada, Spanyol, Afrika Selatan, Norwegia, Swedia, Portugal, Islandia,  Argentina, negara bagian AS dari Massachusetts, California, Connecticut, Iowa, Vermont, Washington DC, New Hampshire, New York, dan di Meksiko City.

Al-qur’an sebenarnya sudah membahas perbuatan ini dan menamakannya dengan perbuatan yang keji. Sebagai Muslim kita pasti tahu tentang perbuatan kaum Nabi Luth, yaitu kaum sodom yang mendatani pasangan sejenisnya untuk mengeluarkan hasrat seksualnya, maka Allah ﷻ azab mereka akibat dari perbuatan hina dan keji yang mereka lakukan. Sebagaimana yang dituangkan dalam surat Asy –syu’aro ayat 160-166 :

 

Mengapa kamu tidak bertakwa?”– Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semeta alam.–Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia,– Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Asy Syu’ara: 160-166)

Umat manusia berbondong-bondong menyerukan dukungannya kepada kaum ini, yang mana membuat kerancuan masal dan kekhawatiran yang mendalam akan rusaknya generasi penerus bangsa dan negara. Para politikus, agamawan, aktivis dipaksa untuk menurut di bawah tekanan masyarakat yang membabi-buta dalam berekspresi, para orang tua dipaksa untuk terus mengawasi perkembangan anak-anaknya agar terhindar dari virus bahaya ini.

Efek dari doktrinisasi memang sangat membahayakan, sesuatu yang salah dapat dianggap sebagai kebenaran dan juga sebaliknya.Dan mirisnya lagi, umat Muslim pun tanpa sadar ikut-ikutan dalam mendukung dan mensupport atas nama kebebasan dan kesetaraan HAM. Generasi muda umat muslim sengaja dihancurkan oleh propaganda dan doktrinisasi yang terus menerus di gencarkan oleh Orientalis, di Indonesia sendiri banyak  dukungan dalam bentuk verbal dan tulisan yang dibuat oleh orang muslim sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun