Berdasarkan beberapa sumber di atas tampak sekali betapa Harun ini memang licin. Sekadar info latar belakang Harun adalah :
- Harun pernah mengikuti Program International Economic Law pada 1998 hingga 1999.
- Harun alumni Fakultas hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 1994. Kemudian, ia melanjutkan sekolah ke Inggris di University of Warwick United Kingdom.
- Harun pernah aktif di partai Demokrat pada 2009 menjadi Timses Pemenangan Pemilu dan Pilpres Partai Demokrat Sulawesi Tengah untuk memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Ia pernah maju sebagai caleg dari Demokrat.
- Setelah itu ia loncat ke PDIP. Harun pernah menjadi Tenaga Ahli Komisi III DPR pada 2011. Ia juga aktif sebagai Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia.
Melihat reputasi rekord di atas tampaklah Harun bukan tipe kaleng-kaleng. Ia banyak tahu dan tahu persis celah kelemahan seperti apa yang bisa dimanfaatkan untuk meloloskan dirinya dari berbagai kepentingan dan tujuan. Dia bukan politisi yang setengah paham tentang bagaimana seharusnya licik dan licin. Dia juga tahu bagaimana berkolaborasi untuk memuluskan gerilyanya.
Oleh karena itu jangan heran jika ternyata Harun lebih licik dan licin dari pada kisah pelarian "si Burung Nazar" Nazaruddin sang mesin ATM Demokrat pada masa itu juga lolos ke negeri Singa lalu terdampar di Kolombia.
Pada 13/8/2011 Novel Baswedan dkk mengawal kembalinya si burung Nazar ke tanah air dan tiba di Jakarta dijaga dengan pengawalan sangat ketat sekligus mengakhiri petualangan koruptor Hambalang yang kini jadi "teman" KPK.
Belakangan terungkap, aksi dan kisah pelarian Nazaruddin tidak terlepas dari kolaborasi dirinya dengan berbagai pihak karena tidak mungkin hal itu bisa terjadi sendiri. Beberapa fakta mengungkap saat itu bagaimana sebuah kartu ATM pun musti diantar ke Singapore oleh "kurir" salah satu politisi Demokrat yang sudah almarhum.
Juga terungkap peranan besar Duta Besar Republik Indonesia untuk Kolombiasaat itu Michael Manufandu menjemput Nazar di Cartagena, Kolombia. Akan tetapi nasib sang Dubes setelah itu tidak beruntung, tiga bulan setelah itu ia diberhentikan pada masa presiden SBY.
Melihat rekor Harun di atas tampaknya dia bisa lebih cerdik dari Nazaruddin. Tetapi dibalik kecerdikan itu diharapkan ia bersikap lebih bijaksana yaitu segeralah menyerahkan diri daripada menghabiskan waktu toh suatu saat juga musti kembali. Jika siburung Nazar kembali dengan pengaawalan ketat mestinya kembali Harun kembali seperi burung camar, musti pulang ke kandangnya (tanah air) secepatnya dan tak perlu pengawalan ketat.
abanggeutanyo