Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Blogger - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Berjuta Alasan untuk Tidak Membeli Mobil Pribadi di Jakarta

27 Februari 2020   09:22 Diperbarui: 27 Februari 2020   14:37 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumentasi pribadi

Pasalnya masyarakat Jawa menganggap tempat tinggal adalah kebutuhan utama sementara mobil hanyalah kebutuhan tambahan. Orang yang punya mobil tapi tak punya rumah artinya lebih mementingkan gengsi ketimbang kebutuhan. 

Tapi di Jakarta, hal seperti ini sudah dianggap lumrah. Harga tempat tinggal di Jakarta diluar nalar dan bila dibandingkan dengan harga mobil tentulah berbeda jauh. 

Mobil di Jakarta sudah bukan lagi barang mewah. Jadi maklum saja kalau orang mudah beli mobil tapi belum tentu punya tempat tinggal sendiri alias masih ngontrak atau punya rumah tapi di daerah lain (kampung halaman).

Nah, masalahnya adalah banyak dari mereka yang memiliki mobil pribadi tinggal di area pemukiman yang tidak bisa dilalui mobil alias masuk ke gang kecil. 

Itulah salah satu pemicu munculnya sewa lahan parkir di Jakarta. Harganya bisa bermacam-macam, kalau di dekat tempat saya sekitar 300 hingga 400 ribuan per bulan. Jadi jika punya mobil, kami harus menyisihkan dana untuk sewa lahan parkir sejumlah itu. 

Belum berhenti disitu, memiliki mobil juga harus memikirkan biaya tambahan lain-lain seperti, biaya parkir yang hitungannya perjam dan biaya tol.


Di Jakarta tak ada yang gratis. Sekadar parkir motor di Indomaret saja kita harus bayar 2000, apalagi ke mall, rumah sakit atau gedung-gedung tertentu yang hitungan parkirnya perjam. Bisa-bisa kita menghabiskan jutaan rupiah per bulan hanya untuk parkir. 

Selain itu masih ada biaya operasional lain. Contohnya saja ketika kita bepergian pastilah butuh bahan bakar. Kita juga harus menyediakan dana cadangan jika sewayah-wayah terjadi kerusakan atau mogok di tengah jalan.

Sejauh ini saya sendiri lebih terbiasa dan nyaman menggunakan transportasi umum. Jakarta memang gudangnya transportasi umum, ada bus trans Jakarta, bajai, Commuterline, LRT, MRT, taksi konvensional hingga ojek online yang jumlahnya sudah mencapai ratusan ribu. 

LRT / doc.pri @irerosan
LRT / doc.pri @irerosan

commuterline/dokpri @irerosana
commuterline/dokpri @irerosana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun