Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Puisi dari Balik Awan Mambulilling

29 Maret 2018   13:46 Diperbarui: 30 Maret 2018   17:29 3887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis itu menjawab sambil meringis, lututnya terkilir dan sudah dibalut. Namun wajah bulat dan hidung pesek seksinya tetap menarik.

"Puisinya."

"Jatuh bang."

Prio keliatan kaget, ia ingat. Dirinya mengejar Ariani begitu kencang, saat gadis itu berteriak dan jatuh, iapun menabraknya. Keduanya bergulingan, tapi hanya sesaat, Ariani mengerang sakit sambil memegangi lututnya. Saat itu pria lepaskan pegangannya di pinggang gadis itu.

"Sudahlah, pasti dibawah angin."

//

"Abang. Apakah isi puisi itu."

Ariani bertanya. Prio diam. Gadis itu menatapnya dalam-dalam. Ia mencoba menerka apa yang ada dalam benak pria di depannya itu.

"Abang. Jangan pulang ke Jogja kalau aku tidak tahu apa isi puisinya."

"Telah hilang dibawah angin saat awan Mambulilling lenyap."

Tiba-tiba terdengar dari pengeras suara.Penumpang tujuan Surabaya segera naik, kapal akan segera berangkat. Riuh rendah suara manusia bergeges menuju kapal Pelni di Pelabuhan Soekarno - Hatta, Makassar itu. Ariani memegang tangan Prio dengan erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun