Mohon tunggu...
Ira Muliati
Ira Muliati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - MAHASISWA IAIN SAMARINDA

Peerbedaan tak lagi dihargai, persatuan kian memudar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbedaan Tak Lagi Dihargai, Persatuan Kian Memudar

25 Oktober 2019   18:22 Diperbarui: 25 Oktober 2019   18:24 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konflik suku, agama, ras dan antar golongan (SARA ) merupakah hal yang sudah biasa menggema ditelinga masyarakat luas, apalagi diberbagai media terutama di media sosial hal ini sudah sangat viral, pertanyaannya adalah apa sih itu konflik SARA ? konflik SARA merupakan permasalahan atau pertikaian yang terjadi pada suatu Suku, Agama, Ras dan Antar golongan atau Budaya.

Yang menjadi pertanyaan masyarakat luas saat ini termasuk saya sendiri adalah apa yang menjadi penyebab munculnya konflik SARA di Indonesia ? ya,, pertanyaan ini lah yang selalu menjadi PR di setiap kalangan masyarakat luas.

Menurut pendapat saya konflik SARA tersebut terjadi karena adanya faktor ekonomi dan faktor ketidak adilan sosial maupun politik yang menyebabkan kecemburuan etnis satu dengan etnis yang lainnya. Sebagai mana yang telah dikemukakan oleh Usman Pelly (1999) Ia berkesimpulan bahwa "akar permasalahan yang menyulut kerusuhan etnis diberbagai kota di indonesia tidak jauh berbeda Yaitu kesenjangan sosial-ekonomi yang kronis dan akumulatif yang dikemas kedalam fakor-faktor etnis dan agama".

Yang lebih mirisnya lagi saat ini banyak sekali para ognum yang menggunakan sosial media untuk mengadu domba antar suku dengan menyebarkan berita yang sebenarnya hal tersebut bukanlah yang terjadi atau biasa di sebut dengan kata HOAX. Seperti yang baru-baru ini terjadi di indonesia tepatnya dicalon Ibu kota baru Indonesia yaitu di Penajam.

Berdasarkan informasi yang saya dapat dan informasi itupun memang tersebar di media sosial yang mengatakan bahwa penyebab konflik tersebut karena adanya penikaman terhadap seorang anak dari ketua adat di penajam sehingga menimbulkan pertikaian antara suku Dayak dengan suku bugis.

Saat itu saya sudah sangat percaya terhadap hal tersebut, karena ketika saya membacanya saya benar-benar terhipnotis dengan kata-kata berita yang terpampang tersebut. Namun ketika hari berikutnya saya mendengar dari salah seorang dosen pancasila saya yang saat konflik tersebut terjadi.

Beliau kebetulan sedang berada di tempat itu, dengan telinga terbuka dan tajam saya mendengar kesaksian beliau bahwa konflik tersebut tidak membawa-bawa suku di dalamnya, beliau berkata keluarga korban hanya bermasalah dengan keluarga pelaku untuk meminta tanggung jawab,

Setelah banyaknya berita kebohongan yang tersebar dan merambat ke masyarakat saya berfikir kalau permasalahan ini adalah makanan terlezat para ognum yang ingin mengadu domba suku, agama, ras dan antar golongan( SARA) di Indonesia, dengan membuat-buat berita kebohongan tentang apa yang terjadi untuk membuat panas para masyarakat yang membaca dan akhirnya terpengaruh untuk terlibat di dalam konflik tersebut.

Konflik antar etnis, dan agama atau SARA yang hingga saat ini terjadi digolongan masyarakat memberikan indikasi bahwa pemahaman masyarakat tentang pluralitas atau kemajemukan budaya masih sangat terbatas. Sehingga menurut saya masyarkat perlu mendapatkan pendidikan yang dapat mencerahkan tentang makna pluralitas kultural, terutama kepada generasi muda atau generasi penerus bangsa ini, agar tidak adanya lagi konflik SARA.

Meskipun ada setidaknya tidak sebanyak yang sekarang, salah satu pendidikan yang patut di diberikan atau yang lebih diperkuat adalah tentang pendidikan Pancasila, di mana didalam setiap sila tersebut terdapat nilai-nilai yang patut di terapkan oleh bangsa indonesia dalam kehidupan sehari-hari, seperti contohnya nilai yang terkandung di  dalam sila pertama yaitu menghormati/menghargai agama lain.

Pendidikan pancasila juga sangat bagus dalam membentuk suatu karakter individu karena salah satu penyebab lahirnya konflik SARA adalah karakter dimana dalam hal ini adanya tindakan kriminal, pelecehan seksual dan lain-lain seperti yang pernah terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 18 Februari 2001 lalu.

Berdasarkan informasi yang saya baca dari surat kabar konflik yang terjadi bermula dari empat orang anggota dari keluarga etnis Madura yang terbunuh. Diduga pelakunya adalah orang Dayak, kemudian ratusan etnis madura menyerang satu keluarga etnis Dayak. Ribuan etnis dayak bahkan dari pedalaman memasuki kota dan melakukan pembersihan etnis Madura.

Itulah salah satu contoh yang terjadi, jika bangsa ini perlu meningkatkan dan menanamkan nilai-nilai pancasila agar terbentuknya sebuah karakter yang lebih baik bukan hanya kecerdasan yang dibutuhkan negeri ini untuk maju tetapi juga perlu adanya karakter atau akhlak. Seperti sebuah kalimat yang tidak asing di telinga para pembaca yaitu bahwasanya akhlak itu lebih tinggi dari pada ilmu.

Artinya akhlak atau karakter seseorang kedudukannya lebih tinggi dari pada ilmu, Mengapa ??? kalau menurut pendapat saya ilmu yang didapat tentu membuat seseorang menjadi pintar dan cerdas. Namun belum tentu kepintaran dan kecerdasannya itu di pergunakan untuk menghargai etnis lain tetapi jika seseorang yang lebih meninggikan akhlaknya tentu ia dapat menghormati dan menghargai etnis lain sehingga tidak adanya konflik yang melibatkan kultural di indonesia.

Menurut saya lagi, pertikaian atau konflik yang terjadi di indonesia ini juga banyak mengatas namakan pluralitas kultural sehingga munculnya konflik suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)meskipun sebenarnya faktor konflik tersebut seperti yang telah saya katakan diparagraf ke dua bahwa faktor yang sesungguhnya yaitu di sebabkan karena persoalan-persoalan Ekonomi, ketidak adilan sosial dan politik.

Mungkin kalian juga masih ingat secercah pidato dari presiden pertama kita yaitu Ir. Soekarno dalam memperingati proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang mengingatkan kita akan pentingnya memahami kemajemukan budaya yang dimiliki masyarakat indonesia.

" Ingat kita ini bukan dari satu adat istiadat. Ingat, kita ini bukan dari satu agama. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu, demikianlah tertulis di lambang negara kita, dan tekanan kataku sekarang ini kuletakkan kepada kaa bhinna, yaitu berbeda-beda. Ingat kita ini bhinna, kita ini berbeda-beda..."

Itulah yang di sampaikan  dalam pidato Presiden Soekarno, artinya kita sebagai bangsa indonesia harus saling menghormati antar suku, ras, agama dan budaya agar terciptanya persatuan seperti yang terdapat pada selogan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, karena sebuah negeri tidak akan maju jika tidak adanya persatuan.

Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman ataupun para pembaca untuk tetap bersatu setelah sekian banyak konflik yang terjadi di Negeri ini, ingatlah...!! kita ini bangsa indonesia, bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang rukun dan damai jangan sampai karena konflik dan pertikaian yang terjadi di Negeri ini membuat kita untuk melupakan persatuan, sudah... cukuplah sampai disini kalian ognum yang mengadu domba saudara kalian di Negri ini. Berhenti menyebarkan HOAX yang dapat menyelimuti bangsa ini dengan embun-embun kebencian terhadap etnis lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun