Jika dampak kenaikan permukaan air laut tidak diantisipasi secara serius maka bukan tidak mungkin hal ini akan berdampak luas menyasar aset-aset yang dimiliki SMKN 1 Galang seperti bangunan dan lain-lain.
Perubahan iklim global tentu tidak hanya berdampak pada penyusutan lahan akibat abrasi, tetapi juga mencakup soal perubahan curah hujan, kelembaban udara, kualitas tanah, suhu yang pada gilirannya berdampak pada kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman.
Semua masalah-masalah aktual seperti disebutkan di atas sangat baik menjadi acuan dalam merancang pembelajaran. Hal tersebut dapat membuka peluang melahirkan inovasi-inovasi teknologi di bidang pertanian.Â
Misalnya tantangan kualitas udara dan iklim, jika mengacu pada masalah itu maka tujuan pembelajaran pertanian akan diorientasikan pada upaya menciptakan atau mengelola kegiatan pertanian yang tahan cuaca ekstrim. Penyediaan bibit unggul yang tahan cuaca, waktu produksi yang relatif cepat, dengan kualitas hasil panen yang baik.Â
Tantangan lainnya adalah soal penyempitan luas lahan yang terus terjadi baik karena pertumbuhan kota-kota baru untuk pemukiman maupun karena pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat.
Memang beberapa negara seperti Cina yang memiliki populasi terbesar di dunia telah berhasil mengendalikan jumlah penduduknya. Pada tahun 2024 penduduk Cina tercatat 1.426.178.782 Â menurut wordometer.info.
Kenyataannya, menurunnya trend kelahiran tidak otomatis menurunkan jumlah penyusutan lahan pertanian. Lahan pertanian terus saja mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas. Hebatnya Cina dengan etos kerjanya yang luar biasa terus saja mengembangkan teknologi terbaiknya, seperti membuat sawah di atas air laut sebagaimana yang mereka kembangkan di Arab.
Lalu bagaimana SMK menghadapi fenomena dunia pertanian yang demikian?Â
Hal ini antara lain dapat dihadapi dengan memberikan pengalaman belajar menerapkan teknik urban farming dan smart farming. Tujuannya agar siswa memperoleh pengalaman menghadapi tantangan keterbatasan lahan yang sangat mungkin mereka hadapi dikemudian hari.Â
Pembelajaran dengan melakukan percobaan, ekperimen, berbasis penelitian, nyatanya dapat membantu siswa memahami fenomena yang terjadi di lingkungannya dan akhirnya mengerti cara menyelesaikan (solutif). Bandingkan jika siswa hanya diberi pengalaman belajar teori dan mempraktikkan teknik pertanian konvensional.
Cukuplah sawah Cina menjadi pelajaran bagi kita.