Hari itu seperti hari-hari kuliah biasanya. Saya duduk di kelas Analisis Kebijakan, mendengarkan Bu Dara menjelaskan materi dengan penuh semangat. Dosenku yang satu ini memang dikenal hangat dan perhatian pada mahasiswanya.
Ketika waktu menunjukkan akhir sesi, Bu Dara mengumumkan bahwa akan ada dokumentasi kelas. Kamera mulai bersiap, dan kami semua bergerak untuk mengatur posisi. Suasana riuh dengan tawa dan percakapan ringan mahasiswa yang sedang mempersiapkan pose terbaik mereka.
Di tengah keramaian itu, entah bagaimana Bu Dara mendekat ke arah saya. Mungkin beliau melihat sesuatu di wajah saya---raut lelah, atau mungkin kerinduan yang tak bisa saya sembunyikan. Tanpa banyak kata, beliau merangkul saya dengan lembut.
Pelukan itu begitu hangat. Begitu tulus.
Pada saat itu juga, gelombang emosi menerjang dada saya. Sudah berapa lama saya tidak merasakan pelukan seperti ini? Sudah berapa lama saya merindukan pelukan ibu saya yang jauh di sana? Kehangatan Bu Dara seolah menjadi jembatan yang menghubungkan kerinduan saya dengan sosok ibu yang selalu saya dambakan.
Dalam sekejap, saya merasa seperti anak kecil yang sedang dipeluk ibunya sendiri. Bu Dara, dengan kebaikan hatinya yang tulus, tanpa disadari telah menghadirkan kembali perasaan aman dan dicintai yang sangat saya rindukan.
Kamera berkedip, menangkap momen itu. Tapi yang tertangkap dalam foto tentu tidak sebanding dengan kehangatan yang saya rasakan di hati. Pelukan sederhana itu membawa saya pulang sejenak, ke pelukan ibu yang selalu menjadi tempat ternyaman di dunia.
Ketika pelukan itu berakhir, saya tersenyum pada Bu Dara. Beliau mungkin tidak akan pernah tahu betapa berartinyamomen itu bagi saya. Bagaimana kebaikan kecilnya telah menjadi obat untuk kerinduan yang begitu mendalam.
Hari itu saya belajar bahwa terkadang, kehadiran orang-orang baik di sekitar kita bisa menjadi representasi cinta kasih yang kita rindukan. Dan Bu Dara, tanpa menyadarinya, telah menjadi malaikat kecil yang menghadirkan kehangatan ibu di tengah hari-hari kuliah yang penuh tantangan.
Terima kasih, Bu Dara. Untuk pelukan yang lebih dari sekadar pelukan.