Mohon tunggu...
Zuraini Basyar
Zuraini Basyar Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

menulis untuk berbagi info dan pengalaman.\r\n\r\nmenulis juga di zurainibasyar.wordpress.com.\r\n\r\ntwitter: @zuraini_basyar

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Teman Baru dari Maluku

20 Oktober 2013   17:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Zuraini Basyar (No.279)

Dika mematut dirinya di depan cermin. Rambutnya yang setengah basah, disisirnya berulang kali dengan sedikit tekanan supaya tampak lurus. Oh, tetap terlihat melingkar-lingkar. Ya, rambutnya keriting. Papa dan mamanya memang berambut keriting, dan secara sempurna gen keriting tersebut diturunkan kepada Dika, putra mereka satu-satunya.

Dika merengut kesal. Ia merasa jengkel dengan rambutnya. Karena rambutnya, di sekolah ia sering diolok teman-temanya. Keriting, keriting, begitu teman-teman memanggilnya. Bahkan ada yang manggilnya Diker, singkatan dari Dika Keriting. Duh, sebalnya…

Dulu Dika pernah meminta Mama untuk mengantarnya ke salon untuk meluruskan rambutnya, tapi Mama menolak. Mama menasihatinya agar bersyukur dan menerima apa pun yang diberikan Allah. Kata Mama, semua yang diberikan Allah pada kita adalah yang terbaik. Dika sebenarnya mengerti maksud Mama, tapi kadang ia tak tahan dengan olokan teman-temannya.

*****

Pagi ini, Bu Tiwi wali kelas Dika di kelas 6, masuk kelas dengan seorang anak laki-laki. Tampaknya anak baru. Tubuhnya tinggi, mungkin sama tingginya dengan Dika. Dan tebak…, apa lagi kesamaannya dengan Dika? Keriting, ya…rambutnya keriting. Bahkan lebih keriting dari rambut Dika.

“Selamat Pagi, Anak-anak. Perkenalkan ini Akbar, teman baru kalian. Akbar dulu sekolah di Ambon, Maluku.Ia pindah ke Jakarta sini, karena orang tuanya pindah tugas,” Bu Tiwi memperkenalkan Akbar.

Kelas mulai terdengar bisik-bisik. Keriting, keriting, keriting, demikian bisikan itu mulai terdengar jelas.Tiba-tiba, dari sudut kelas, terdengar teriakan Bimo, “Keriting...,” yang disambut tawa riuh. Dika tidak tahu siapa saja yang tertawa, tapi yang jelas dia tidak ikut tertawa. Yang ia rasakan, adalah rasa malu yang membuatnya benar-benar tidak nyaman. Ia menundukkan muka.

Tapi, begitu Dika mengangkat muka, ia terkejut melihat ekspresi Akbar. Akbar tampak tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang putih cemerlang, sambil melambaikan tangannya pada Bimo. Tidak tampak bahwa Akbar malu karena diolok-olok terang-terangan seperti itu. Malah Bu Tiwi yang menegur Bimo agar jangan mengolok-olok.

Akbar kemudian diminta Bu Tiwi untuk menduduki bangku kosong di jajaran belakang di sebelah Akmal.

*****

Beberapa hari berlalu. Teman-teman sekelasnya, terutama Bimo dan Andi, masih sering mengolok-olok Dika, dan sekarang juga mengolok-olok Akbar dengan julukan keriting. Namun, berbeda dengan Dika yang setiap kali diolok selalu menundukkan mukanya, Akbar malah tersenyum sambil sesekali melambaikan tanganya.

Hari ini ada pelajaran olahraga. Guru olahraga mereka, Pak Tatang membawa mereka ke lapangan basket di belakang sekolah. Setelah mengajarkan beberapa teori permainan bola basket, Pak Tatang membentuk dua tim yang akan saling berhadapan. Setiap tim terdiri dari lima orang. Tim pertama terdiri dari Akmal, Akbar, Andi, Dika dan Dzaki. Tim kedua terdiri dari Bimo, Ibnu, Tio, Budi dan Ihsan.

Pertandingan berjalan seru. Akbar bermain penuh semangat, tubuhnya yang tinggi sangat membantu ia saat merebut bola dari lawan dan menghalangi lemparan bola lawan. Bahkan, beberapa kali Akbar berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Melihat permainan Akbar, Dika ikut bersemangat. Dika sebenarnya sangat menyukai permainan bola basket, apalagi didukung dengan tubuhnya yang juga tinggi. Tetapi ia sering tampil tidak semangat karena ia merasa tidak percaya diri kalau teringat rambutnya. Rambutnya yang keriting akan lepek dan lengket usai berolahraga, dan tampilannya pasti berantakan. Kali ini, Dika berusaha mengimbangi permainan Akbar. Ia berusaha mengeluarkan semua kemampuannya. “Lupakan saja soal rambut, kali ini timku akan menang,” demikian tekad Dika dalam hati.

Tim Bimo berusaha melakukan perlawanan dengan keras. Namun, Tim Akbar tidak dapat dibendung. Permainan berakhir dengan kemenangan Akbar cs dengan skor 41-37. Kedua tim saling bersalaman. Bimo cs dengan sportif mengakui kekalahan tim mereka, bahkan Bimo mengajak Akbar dan Dika untuk ikut latihan basket bersama di lapangan basket dekat rumahnya.

*****

“Akbar, terima kasih ya, karena kamu aku jadi semangat main basketnya,” Dika menghampiri Akbar usai pertandingan.

“Sama-sama, Dik. Kamu mainnya keren, berhasil masukin lima kali tadi ya?”Akbar tersenyum memuji Dika.

“Akbar, hmm, aku mau nanya nih…Kok kamu nggak pernah marah kalau diejek keriting?”

“Hahaha…nggak Dik, aku malah bangga punya rambut keriting begini. Kata Mamaku, aku ganteng karena keriting. Kalau rambutku lurus malah mungkin nggak ganteng.”

Dika ikut tertawa.

“Aku pernah dinasehati Mama agar jangan pernah terganggu kalau dinilai orang dari bentuk fisik kita. Yang penting, kita buat prestasi saja. Buktikan kalau kita mampu, nanti yang mengejek juga akan diam sendiri. Yang penting pede, begitu kata Mamaku,” Akbar menjelaskan panjang lebar.

Dika mengangguk. Dalam hati ia berjanji, mulai hari ini bila ada yang mengejek lagi, ia tak akan pedulikan ejekan itu. Dika memilih menunjukkan prestasi seperti yang dicontohkan Akbar, teman barunya dari Maluku.

NB: Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akunFiksiana Community

Silakan bergabung di groupFB Fiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun