"Hah, menghilang bagaimana, maksudnya? Kayak kartun itu, dapat menghilang tiba-tiba, atau punya kesaktian khusus, jurus menghilang, Mbak?" tanyaku antusias ingin segera mendapat jawaban.
"Maksudku, suaminya itu main gila dengan perempuan lain. Untung saja suaminya masih kembali lagi."
"Oh, begitu."
Ada sedikit rasa kecewa di hatiku, ketika mendengar jawabannya.
Aku ingin melanjutkan pertanyaanku, tapi seakan mulut ini terkunci. Anganku pun membayangkan percekcokan dan ketidakharmonisan di dalam rumah tangganya, sehingga berbuntut suaminya lari ke perempuan lain. Aku menghela napas panjang, ikut prihatin terhadap kondisinya.
"Kasihan, ya, Mbak. Perempuan sering menjadi korban."
"Untunglah, dia kuat agamanya. Jadi meskipun suaminya main gila dengan perempuan lain, dia tabah, sabar, dan sekarang sudah kembali normal rumah tangganya."
Terlihat perempuan itu sudah dipanggil petugas untuk mengambil berkas-berkas yang sudah jadi. Bergegas dia keluar ruangan karena suaminya terlihat kurang sabar menunggu antrean yang cukup padat. Dengan langkah dipercepat segera dia menemui suaminya yang ada di seberang jalan.
Kasihan, kamu Mbak, semoga tetap sabar, dan menjadi seorang istri yang baik, batinku penuh harap.