Mohon tunggu...
zunairaas
zunairaas Mohon Tunggu... Lainnya - SMK Telkom Malang

Zunaira Silma

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sosial, Kawan atau Lawan bagi Demokrasi?

27 Agustus 2020   12:46 Diperbarui: 27 Agustus 2020   12:46 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi. Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasi terpimpin, ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin. Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Dan keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi. 

Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga bagi kita. Demokrasi liberal ternyata pada saat itu belum bisa memberikan perubahan yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian, berbagai kabinet yang jatuh-bangun pada masa itu telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya. Sementara demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat terlalu lamanya konstituante mengeluarkan undang-undang dasar baru) telah memperkuat posisi Soekarno secara absolut. 

Nah pada masa demokrasi transisi sekarang ini, media sosial sangat berpegaruh penting bagi kehidupan, dengan media sosial kita dengan mudah mengakses berita atau hal lain yang kita inginkan. Negara Indonesia merupakan Negara Demokrasi yang artinya negara yang di bentuk pemerintah dimana semua warga negaranya memiliki  hak setara dalam mengambil keputusan yang dapat mengubah hidup mereka, rakyat bebas mengemukakan pendapatnya. Banyak rakyat Indonesia yang mengemukakan pendapat mereka melewati media social  yang mereka gunakan tetapi kita tetap harus waspada terhadap media sosial, itu yang dapat menjadi kawan atau lawan bagi kita. 

Mari kita ambil contoh dari kejadian kerusuhan perusakan bendera merah putih yang ada di Surabaya yang terjadi pada bulan Agustus setahun yang lalu (2019). Dari video yang beredar di sosial media, menunjukkan adanya adu mulut yang terjadi. Terdapat kata- kata rasial yang kurang pantas untuk diucapkan kepada warga papua yang ada di tempat kejadian. Dari kasus tersebut muncul adanya perdebatan yang tak kunjung selesai, ada satu sisi yang menentang hal tersebut namun ada juga yang ikut melontarkan komentar yang tak pantas. (penjelasan lengkapnya pada video). 


Menurut penjelasan pada video di atas dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh menerima berita yang belum jelas kebenerannya. Hal itu yang membuat media sosial bisa menjadi lawan bagi demokrasi karena mudahnya meluas informasi yang belum jelas. Media sosial itu bisa jadi kawan maupun lawan bagi demokrasi, hal tersebut tergantung pada penggunanya sendiri yang memanfaatkan media sosial secara positif atau negatif. Demokrasi bukan berarti kita bisa bebas melontarkan komentar-komentas negatif dengan mudahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun