Mohon tunggu...
zulyanti wulandari
zulyanti wulandari Mohon Tunggu... -

..:)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Vigotsky dan Penerapannya

5 Mei 2014   04:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Baiklah,, ketika kita membahas tentang perkembangan kognitif ada baiknya kita melihat atu merujuk dari teori-teori para ahli. Saat ini akan saya bahas tentang teori yang disampaikan oleh Vigotsky.

Dalam teorinya, Vigotsky mengacu pada kontruksivisme, beliau menekankan pada pembelajaran sosiokoultural karena dalam analisisnya perkembangan kognitif tidak ditentukan oleh diri pribadi seseorang melainkan ditentukan pula oleh lingkungan sosialnya secara aktif.  Teori milik Vygotsky ini berkutat di:

1.Hukum genetik tentang perkembangan.

Di sini dijelaskan bahwa seseorang akan tumbuh berkembang melalui dua aturan, yakni tataran social dari lingkungnnya dan tataran psikologis dari dalam dirinya

2.Zona perkembangan proksimal

Dijelaskan bahwa kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat, yakni perkembangan aktual yang terlihat ketika menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah sendiri, dan tingkat perkembangan potensial yang terlihat dariseseorang ketika menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah di bawah bimbingan orang lain yang lebih dewasa.

3.Mediasi

Penyelesaian berbagai proses social dan psikologis yang menggunakan mediator dan diperankan melalui tanda dimana tanda ini  merupakan kunci utamanya. Vigotsky pun menemukan dua jenis mediasi, yakni media metakognitif yang artinya adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan regulation (pengaturan diri) yang mencakup: self planning, self monitoring, self checking dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.

Yang kedua media kognitif yaitu penggunaan alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu, media ini berhubungan dengan konsep spontandan konsep ilmiah.

Salah satu penerapan dari teori ini dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan Peer Tutoring (Tutor Sebaya). Peer Tutoring atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya, ada beberapa  ahli ada yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan  pengertian tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang  dimunculkan pertukaran usia pengajar.

Pembelajaran dengan tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya. Dengan adanya tutor sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan  antara para tutor dengan siswa-siswanya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya. Pembelajaran dengan tutor sebaya tampaknya memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran  dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga  pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa.

Jadi, pembelajaran dengan tutor  sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat  pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.

Kelebihan pembelajaran dengan tutor sebaya dapat meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya rendah dengan siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam suatu kelas. Selanjutnya siswa termotivasi dalam menyelesaikan tugas dan motivasi itu diharapkan tumbuh dari terciptanya hubungan yang saling menentukan dan membutuhkan antara guru, siswa yang prestasinya tergolong tinggi dan siswa yang prestasinya rendah. Dampak semuanya ini, seorang guru dituntut untuk mempersiapkan, memaksimalkan kemampuannya tanpa harus menjadi informatory (pemberi informasi) saja tetapi guru juga berfungsi sebagai mediator, komunikator, dan fasilitator sehingga guru mampu memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa yang pada akhirnya dapat memotivasi siswa dalam peningkatan prestasi belajar. (contoh penerapan disadur dari http://matematika-sip.blogspot.com/2013/06/penerapan-teori-belajar-vygotsky-dalam.html oleh Kang Guru)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun