Mohon tunggu...
Zulfikar Peluw
Zulfikar Peluw Mohon Tunggu... Dosen Poltekkes Kemenkes Maluku

"Jangan malu untuk memulai sesuatu, terlambat sedikit it's OK, dari pada DOING NOTHING"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mindfullness Meditation: Solusi Holistik Mengatasi Stress Kerja dan Burnout pada Perawat

27 Oktober 2024   19:41 Diperbarui: 28 Januari 2025   11:46 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.nursing.arizona.edu/

Oleh : Rony A. Latumenasse, S.Pd., M.Kes.

(Dosen Prodi Keperawatan Ambon Poltekkes Kemenkes Maluku)

Pendahuluan

Burnout dan stres kerja merupakan dua tantangan besar yang dialami oleh perawat di seluruh dunia. Sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan perawatan berkualitas kepada pasien, perawat kerap dihadapkan pada tekanan kerja yang intens, baik secara fisik maupun emosional. Burnout sendiri adalah kondisi kelelahan mental, emosional, dan fisik yang disebabkan oleh stres yang berlangsung lama dan tidak tertangani. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan burnout sebagai "fenomena terkait pekerjaan" yang memengaruhi kesejahteraan pekerja di banyak sektor, terutama dalam dunia kesehatan yang penuh tekanan.

Perawat sering harus menghadapi beban kerja berat, jam kerja panjang, perubahan jadwal shift, dan tuntutan fisik seperti berdiri atau berjalan dalam waktu lama. Tekanan ini semakin meningkat dengan tanggung jawab merawat pasien dalam kondisi serius, yang kerap melibatkan keputusan yang menentukan hidup dan mati. Akibatnya, banyak perawat mengalami kelelahan fisik, sinisme terhadap pekerjaan, dan menurunnya efektivitas di lingkungan kerja.

Situasi ini semakin parah dengan adanya pandemi COVID-19. Lonjakan jumlah pasien dan kekurangan tenaga medis telah memaksa perawat bekerja dalam tekanan yang sangat tinggi, sering kali tanpa dukungan memadai. Kondisi ini memperbesar risiko burnout yang tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental perawat tetapi juga menurunkan kualitas perawatan pasien.

Burnout dan stres kerja pada perawat tidak hanya menjadi persoalan individual, tetapi berdampak luas pada sistem kesehatan. Tingginya tingkat burnout berdampak pada tingginya tingkat pergantian staf, absensi, serta peningkatan risiko kesalahan medis yang merugikan rumah sakit dan pasien. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan holistik dan berbasis bukti untuk membantu perawat mengelola stres dan burnout. Salah satu metode yang terbukti efektif dalam penelitian adalah meditasi mindfulness, yang dapat menjadi alat penting untuk mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan memperkuat ketahanan perawat dalam menghadapi tekanan kerja.

Fenomena Burnout pada Perawat dan Faktor Penyebabnya

Burnout pada perawat adalah kondisi serius yang semakin umum terjadi di berbagai institusi kesehatan. World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan burnout sebagai "fenomena terkait pekerjaan" yang ditandai oleh kelelahan fisik dan mental, jarak emosional terhadap pekerjaan, sinisme, serta menurunnya efektivitas kerja. 

Pada perawat, kondisi ini sering kali muncul sebagai akibat dari tekanan fisik dan emosional yang tinggi di tempat kerja. Berdasarkan studi tahun 2020, hampir dua pertiga perawat (62%) mengalami burnout, terutama di kalangan perawat muda, di mana 69% dari mereka yang berusia di bawah 25 tahun melaporkan kelelahan yang parah.

Beberapa faktor turut berkontribusi pada meningkatnya fenomena burnout ini, mulai dari jam kerja yang panjang, perubahan shift yang konstan, hingga tuntutan fisik yang mengharuskan perawat berdiri atau berjalan untuk waktu yang lama. Beban kerja berat ini diperparah dengan tanggung jawab merawat pasien yang kondisinya serius dan terkadang membutuhkan keputusan yang berdampak pada hidup dan mati. 

Situasi seperti ini memicu apa yang disebut sebagai moral injury, yaitu kondisi kelelahan moral yang terjadi saat perawat menyaksikan atau terlibat dalam tindakan yang mungkin bertentangan dengan nilai moral mereka. Contoh nyata adalah pada masa pandemi COVID-19, di mana perawat sering kali menyaksikan pasien meninggal tanpa ditemani keluarga mereka.

Selain beban kerja yang berat, masalah kekurangan staf juga memicu burnout. Kekurangan ini menyebabkan perawat harus menanggung lebih banyak tugas dalam setiap shift, yang memperparah tingkat kelelahan. 

Keadaan tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan angka kematian pasien dan insiden seperti jatuh atau kesalahan pengobatan. Dengan semakin meningkatnya usia populasi dan tuntutan perawatan yang kompleks, fenomena burnout pada perawat diprediksi akan terus menjadi perhatian utama dalam sistem kesehatan.

Memahami Meditasi Mindfulness sebagai Alat Menurunkan Stres kerja

Meditasi mindfulness, terutama dalam konteks program Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) yang dikembangkan oleh Dr. Jon Kabat-Zinn pada tahun 1970-an, telah diakui sebagai metode yang efektif untuk mengatasi stres kerja dan mencegah burnout. Program MBSR ini berlangsung selama 8 minggu, di mana peserta menjalani meditasi terarah yang berfokus pada pengembangan kesadaran tanpa penilaian terhadap pengalaman saat ini. Penelitian menunjukkan bahwa partisipan MBSR mengalami penurunan signifikan dalam tingkat burnout, stres, depresi, kecemasan, dan kelelahan empati. Di sisi lain, mereka melaporkan peningkatan dalam kepuasan hidup, kasih sayang terhadap diri sendiri, dan empati (Ghawadra, Abdullah, Choo & Phang, 2019).

Secara sederhana, meditasi dapat dipahami sebagai latihan kontemplasi atau refleksi yang merupakan bagian integral dari tradisi Buddha dan bertujuan untuk memperoleh kebijaksanaan melalui kesadaran yang luas serta pengembangan belas kasih. Salah satu subkategori meditasi yang populer adalah Vipassan, atau "penglihatan khusus," yang berasal dari Burma pada tahun 1950-an dan menjadi inti dari meditasi mindfulness. Praktik ini mengajarkan partisipasi aktif dalam momen kini dan observasi realitas tanpa penilaian, yang, menurut Joan Borysenko, merupakan "cara hidup yang mengungkapkan keutuhan yang lembut dan penuh kasih di dalam diri kita, bahkan di tengah penderitaan" (Kabat-Zinn, 2013, hlm. 13).

Meditasi mindfulness melibatkan perubahan perspektif yang membantu individu melepaskan keterikatan pada sensasi dan pikiran, sehingga tidak reaktif terhadap dorongan untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan atau memperpanjang pengalaman menyenangkan. Menurut Szekeres (2015), keinginan-keinginan ini cenderung memicu stres dan ketidakbahagiaan dengan menarik seseorang keluar dari momen saat ini dan mendorong penilaian terhadap pengalaman sebagai "baik" atau "buruk." Hal serupa terjadi ketika seseorang terlalu memikirkan masa depan atau masa lalu, yang hanya meningkatkan stres dan mendorong mekanisme coping yang kurang sehat (Baer, Smith, & Allen, 2004).

Tujuan utama mindfulness adalah mempertahankan pandangan tanpa penilaian terhadap segala pengalaman, baik yang berasal dari pikiran dan emosi internal maupun rangsangan eksternal seperti suara dan pemandangan (Baer, 2006). Melalui latihan penerimaan terhadap sensasi yang tidak menyenangkan dan pengamatan momen saat ini tanpa penghakiman, seseorang akan lebih siap untuk menemukan keseimbangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan mengatasi stres kerja.

Sumber: https://www.newharbinger.com/
Sumber: https://www.newharbinger.com/

Dampak Meditasi Mindfulness dalam Mengurangi Stres pada Perawat

Praktik mindfulness terbukti efektif dalam mengurangi stres yang dialami oleh perawat. Studi yang menggunakan Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), program 8 minggu yang dirancang oleh Dr. Jon Kabat-Zinn, menunjukkan penurunan yang signifikan pada tingkat stres dan kelelahan mental perawat. 

Melalui meditasi rutin, perawat menjadi lebih mampu menghadapi tekanan kerja tanpa terlalu reaktif. Selain itu, latihan mindfulness yang berfokus pada penerimaan dan tanpa penilaian membantu perawat tidak terlalu mengidentifikasi diri dengan perasaan negatif yang muncul, meningkatkan ketahanan, serta mengurangi perasaan terjebak di lingkungan kerja yang menekan.

Pengaruh Mindfulness dalam Mengurangi Burnout pada Perawat

Mindfulness meditation berperan signifikan dalam mengurangi stres dan burnout pada perawat dengan cara memengaruhi rangsangan di otak yang berhubungan dengan regulasi emosi. Praktik mindfulness tidak hanya mengurangi komponen burnout seperti kelelahan emosional dan sinisme, tetapi juga berperan dalam menjaga empati dan pandangan positif terhadap pekerjaan. 

Efek ini didukung oleh proses neurologis yang ditandai oleh perubahan pada area-area otak yang berhubungan dengan emosi, khususnya pada amigdala dan ventromedial prefrontal cortex (VMPFC).

Penelitian menunjukkan bahwa mindfulness membantu meningkatkan regulasi emosi pada perawat melalui koneksi antara amigdala, pusat penghasil emosi utama, dan VMPFC, yang bertanggung jawab dalam regulasi emosi otomatis. Amigdala biasanya bereaksi terhadap rangsangan emosional intens, sementara VMPFC bertugas meredam reaksi emosional tersebut, terutama saat dihadapkan dengan rangsangan negatif atau situasi stres. 

Studi menunjukkan bahwa pelatihan mindfulness yang dilakukan dalam jangka pendek maupun panjang dapat mengurangi reaktivitas amigdala terhadap rangsangan emosional negatif dan positif. Pelatihan ini juga meningkatkan konektivitas fungsional antara amigdala dan VMPFC saat menghadapi stimulus emosional, sehingga membantu mengurangi reaksi emosional berlebihan dan meningkatkan pengaturan emosi secara otomatis.

Mindfulness juga memfasilitasi mekanisme automatic emotion regulation, yaitu proses pengaturan emosi yang terjadi tanpa upaya sadar, seperti melalui affect labeling atau pelabelan emosi. 

Proses ini terbukti dapat mengurangi reaktivitas amigdala, sehingga perawat yang berlatih mindfulness cenderung merespons situasi emosional dengan lebih stabil. Selain itu, VMPFC juga terlibat dalam value updating, atau kemampuan untuk menilai ulang nilai dari suatu rangsangan berdasarkan konteks yang berubah, sehingga memungkinkan perawat untuk menanggapi kondisi emosional pasien dan situasi kerja dengan perspektif yang lebih adaptif.

Dalam konteks perawatan, regulasi emosi yang efektif sangat penting bagi perawat. Dengan mindfulness, perawat dapat menjaga keseimbangan emosi dan meningkatkan self-compassion, sehingga mereka mampu mempertahankan hubungan yang lebih berkualitas dengan pasien tanpa mudah terserap oleh stres atau sinisme yang tinggi. 

Dampak ini tidak hanya memperbaiki kesejahteraan mental perawat, tetapi juga meningkatkan kualitas perawatan yang mereka berikan, sebab burnout yang rendah terkait langsung dengan kepuasan pasien yang lebih tinggi dan berkurangnya insiden negatif seperti kesalahan pengobatan. Dengan demikian, mindfulness meditation menunjukkan potensi besar sebagai alat untuk memperkuat ketahanan mental perawat, melalui perubahan positif pada sirkuit otak yang mengatur emosi.

Menerapkan Program Mindfulness di Lingkungan Kerja Perawat

Implementasi mindfulness di tempat kerja harus direncanakan dengan matang. Program MBSR, misalnya, dapat menjadi pendekatan efektif yang dapat dijalankan dalam bentuk kursus atau sesi mingguan. Pelatihan ini mengajarkan teknik-teknik dasar mindfulness, seperti pernapasan sadar, observasi diri tanpa penilaian, dan meditasi kesadaran. Selain itu, institusi kesehatan juga bisa mendukung dengan menyediakan ruang yang nyaman bagi perawat untuk beristirahat, tidur yang cukup, dan dukungan emosional dari rekan kerja. Banyak rumah sakit di AS yang mulai mengintegrasikan pelatihan mindfulness dalam program kesehatan karyawan, yang terbukti menurunkan tingkat absen dan turnover tenaga kesehatan. Program ini sangat relevan di era pandemi di mana tuntutan emosional bagi tenaga kesehatan semakin tinggi.

Manfaat Jangka Panjang Meditasi Mindfulness bagi Perawat dan Institusi Kesehatan

Manfaat mindfulness tidak hanya dirasakan oleh perawat tetapi juga oleh tenaga kesehatan lain pada fasilitas pelayanan Kesehatan  secara keseluruhan. Berbagai studi menunjukkan bahwa pelatihan mindfulness secara signifikan meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik perawat, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas perawatan pasien. Dengan menurunnya burnout, tingkat absen dan turnover pun ikut berkurang. Penelitian menyebutkan bahwa burnout yang tidak ditangani akan meningkatkan ketidakhadiran kerja, izin sakit, dan bahkan risiko kecelakaan kerja. 

Penggunaan mindfulness yang optimal diharapkan dapat mengatasi tantangan-tantangan ini, membuat perawat lebih tahan terhadap tekanan kerja, serta memelihara semangat empati dalam memberikan layanan kesehatan.

Kesimpulan

Meditasi mindfulness menawarkan alternatif yang berbasis bukti untuk mengurangi stres dan burnout pada perawat. Praktik ini memiliki potensi untuk mengubah cara perawat menghadapi tekanan emosional di tempat kerja, membuat mereka lebih mampu menghadapi beban kerja tanpa dampak negatif yang berlebihan terhadap kesehatan mental dan fisik mereka. Dengan implementasi yang tepat, mindfulness dapat menjadi komponen penting dalam program kesehatan mental institusi kesehatan, serta meningkatkan kesejahteraan perawat dan kualitas layanan yang diberikan kepada pasien.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun