Mohon tunggu...
Zulfan Ajhari Siregar
Zulfan Ajhari Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Buku

Penulis beberapa buku sastra kontemporer, sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Tenggelamnya Dumai Ekspres 10 Kejahatan Pelayaran yang Melumpuhkan Wibawa Pemerintah

24 November 2020   07:37 Diperbarui: 24 November 2020   07:44 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Petugas itu yang mengetahui identitas penulis, justru berusaha membujuk penulis, dan menjanjikan Materi dalam bentuk ganti rugi, berdasarkan kemauan penulis.Syaratnya penulis tidak ikut-ikutan unjuk rasa. 

 Unjuk rasa itu diupicu oleh suatu sebab yang diciptakan entah siapa sesampainya korban di Dumai. Penulis menolak halus tawaran itu, karena penulis tidak punya keturunan darah penghianat.

Di Dumai Bus-bus yang akan mengangkut penumpang korban selamat pulang ke kampung halaman masing-masing sudah disiapkan. Data penumpang sudah tentu mereka dapatkan dari Karimun.  Akan tetapi ada bentuk kemanusiaan yang benar-benar sudah hilang dan berganti dengan kebiadaban. 

Orang-orang kasar dan pereman-pereman dipersiapkan menarik-narik tangan para korban, membawa mereka secara paksa kedalam bus setelah yang menarik tahu kemana tujuan akhir pulanya para korban. Seorang Polsisi muda diam-diam menyelinap ke rombongan korban, dan membisikan, juga kata, bertahan terus. 

Polisi ini, adalah Polisi muda yang masih memiliki perasaan dalam, atas penderitaan orang lain. Menyeret para Korban kedalam Bus, dan membawa keluar dari Pelabuhan. Tujuannya jelas agar tidak terjadi konsentrasi para korban. 

Kalau di Karimun ada acara pelepasan khidmad, di Dumai yang ada hanyalah justru acara perampasan hak yang laknat. Seting laknat seperti itu, tidak lepas dari kondisi pesanan yang diduga melibatkan pihak Perusahaan. 

Yang mana pihak Perusahaan tidak mau ada gaung ungkapan, minta Ganti Rugi apalagi Kompensasi, buruknya aparatur Negara di Dumai justru mendukung sikap pengecut itu. 

Tidak semua penumpang berhasil terseret kedalam Bus dan segera dilarikan oleh Bus-bus yang aksinya sudah diatur melalui scenario itu. Sebahagian besar masih bertahan, dan terjadilan keributan.

Di Dumai itu, prikamusiaan orang-orang yang menerima kehadiran korban, sepertinya sudah dicuci dengan air comberan. Penumpang Lelah, haus dan gelisah setelah satu harian melintasi ganasnya ombak. Diperlukan seperti itu, seperti Tawanan Perang. Orang Pers sepertinya dihambat untuk melakukan liputan didalam Pelabuhan, karena tidak terihat aktifitas itu, kami menyebutnya malam jahanam. 

Perbuatan yang melanggar HAM itulah sebenarnya pemicu pemikiran penulis menyampaikan masalah tersebut ke KomnasHAM, Lha endingnya, tidak jelas,  malah  gantung.

Para korban selamat yang bertahan itulah yang mempertahankan prinsip, harus bertemu dengan pihak Perusahaan baru mau keluar dari Pelabuhan Dumai. Manager PT.Lestari Indoma Bahari Jaelani, dengan Kostum ala Melayu, dia kemudian hadir di kegaduhan itu. membawa alasan, ganti rugi apapun katanya, tidak bisa diberikan, karena Bo Heng, pemilik Perusahaan tersebut, ikut tewas, dalam peristiwa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun