Setiap insan medambakan pasangan hidup yang seiring sejalan. Menikah merupakan kebutuhan lahir dan bathin dalam menuju keseimbangan. Menikah berarti menghalalkan dan melegalkan suatu hubungan.
Keputusan menikah tentunya setelah melewati pemikiran yang matang, namun  tak selalu demikian. Proses memutuskan untuk menikah tentunya tak sama bagi setiap insan.Â
Kita mungkin tidak perlu menyesali ada orang yang tak mau menikah sepanjang hayat ataupun yang menikah setelah umur kelewat matang. Banyak faktor yang mempengaruhi diri seseorang ketika hal itu terjadi.Â
Memetik hikmah dari yang terjadi di lingkungan, juga merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang. Hubungan baik antara seorang pria dan wanita akan melahirkan keputusan untuk menikah. Namun tak dipungkiri berpeluang batal karena cerita dari lingkungan juga.Â
Seseorang bisa saja membatalkan pernikahannya karena faktor dari dalam diri dan lingkungan. Mungkin ketidaksiapan untuk tanggung jawab dan amanah yang menanti. Sekian banyak  aturan yang harus ditaati, hingga memikirkan ulang untuk menikah.Â
Ada juga yang enggan menikah karena melihat kejadian yang dialami tetangganya. Pernikahan yang diawali dengan manis-manis, namun seiring berjalannya waktu menjadi suatu neraka. Â Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Kebencian terhadap mertua memuncak. Rasa kasihan yang mendalam muncul setelah melihat sang menantu tak lagi santun kepada mertuanya. Â Setiap sang cucu menelpon neneknya, hati menantu selalu sakit dan wajah berubah cemberut. Â
Menikah itu berkah dan siap dengan berbagai masalah. Jika tidak siap tentunya takkan berani melangkah. Jalan hidup tak selalu mulus. Madu dan racun selalu ada. Madu manis berpotensi membawa luka. Racun yang mematikan selalu mencari mangsa. Biarkanlah setiap insan dengan keputusannya, tanpa perlu dicerca.
Tampunik, 20 Mei 2021