Mohon tunggu...
Zulfa Liswanti
Zulfa Liswanti Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Ibu RT

Mencoba dan masih belajar menulis di usia yang terus menua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menantu, Mertua, dan Ipar

23 Oktober 2017   22:13 Diperbarui: 23 Oktober 2017   23:01 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada yang mengawali rumah tangga dengan manis, lama kelamaan menjadi pahit. Ada juga yang mengawali rumah tangga dengan pahit, lama kelamaan menjadi manis. Ada yang manis di awal dan selalu manis, dan ada yang pahit di awal dan selalu pahit. Kehidupan dan suasana telah merubah keadaan. 

Terkadang ada menantu yang membenci mertua karena memang mertua sudah berangsur tua. Segala tindakannya salah. Contohnya saja, meludah kedengaran salah, lewat di ruang nonton televisi juga salah.Tentunya ini kejadian bagi yang serumah dengan mertua. Tapi ada juga yang adem ayem sepanjang waktu. 

Untuk yang bermasalah, sebetulnya menantu harus koreksi diri. Jangan selalu menyalahkan mertua. Demikian sebaliknya. Namun dalam hal ini tentunya, karena usia mertua sudah tua alangkah baik dan terkesan berbudi jika kita menghormati mertua, yang memang dituakan dalam segala hal di rumah kita. Tidak ada manusia yang sempurna. Kenapa demikian? 

Sering juga terjadi, kekacauan dalam rumah tangga karena ipar. Ipar yang terlalu mengatur dan ikut campur pada keluarga kita. Mapan susah, berkekurangan apa lagi. Tak jarang juga suami kakak ipar pemicu masalah. Apakah hal ini dipengaruhi oleh pendidikan seseorang? Entahlah. Tapi yang jelas tentunya secara relatif berpengaruh. Hal yang diinginkan semua orang adalah hidup damai bebas dari rasa iri dan rasa benci. Usahakanlah suatu hubungan itu tidak banyak dicampuri orang lain dan juga kita tidak mencampuri urusan selain itu tanggung jawab kita. 

Tingkah dan karakter masing-masing peran dalam keluarga tentunya berbeda. Dalam hal ini kita dituntut untuk meningkatkan iman dan kesabaran dalam menghadapi tingkah apakah menantu, mertua ataupun ipar. Harapan dari suatu keluarga yang telah dibangun adalah kedamaian dan keharmonisan bukan kebencian . Tak ada salahnya menantu, mertua ataupun ipar saling koreksi diri dan menjalankan peran sesuai dengan amanahnya.

Tampunik, 23 Oktober 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun