Mohon tunggu...
Zulfakriza Z.
Zulfakriza Z. Mohon Tunggu... Dosen - Dosen yang senang ngopi tanpa gula dan tanpa rokok

Belajar berbagi lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"I Love You" Bukan Sekedar Basa Basi

14 Januari 2017   17:13 Diperbarui: 14 Januari 2017   18:46 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelumnya saya ingin mempertegas bahwasanya saya bukanlah seorang psikolog atau konsultan masalah keluarga. Saya hanyalah seorang suami yang memiliki satu istri dan dikaruniai dua orang anak. 

Tulisan ini hanya sebuah refleksi bagi saya, dan semoga juga bisa bermanfaat buat siapa saja yang baca tulisan ini. Tentu saya sadar diri, banyak artikel yang ditulis oleh ahli psikologi keluarga yang bobot tulisannya berdasarkan kajian yang panjang tentang masalah yang terjadi dalam keluarga. Bagi kita tulisan-tulisan dari ahlinya tentu akan menjadi referensi yang baik untuk membina keluarga yang harmonis.

Tapi, tentu tidak ada salahnya, saya mencoba melihat dari sisi yang berbeda. Sisi orang luar yang bukan orang yang belajar ilmu psikologi. Semuanya hanya berdasarkan pengalaman berumah tangga yang lamanya baru 12 tahun serta dari beberapa buku yang pernah terbaca.

Sebuah keluarga yang harmonis tercermin dari kebahagiaan yang ada di dalamnya. Bahagia bukanlah terukur dari berlimpahnya materi atau tingginya jabatan dan status sosial. Bahagia itu ada pada sesuatu yang dinikmati dan disyukuri. Istri/Suami adalah sesuatu karunia yang dititipkan oleh Yang Maha Kuasa untuk dijaga dan disyukuri, tentu juga jangan lupa dinikmati. Sayang rasanya jika hanya dijaga tapi tidak dinikmati.  

Salah satu wujud menjaga setiap pasangan kita adalah dengan rasa sayang yang diungkapkan melalui sikap ataupun kata-kata secara langsung. Salah satu ungkapan kata-kata itu adalah "I Love You". Ungkapan "I Love You" sebuah kalimat yang sering terucap dari pasangan yang sedang menjalani cinta kasih. Biasanya sering terdengar dari pasangan muda mudi yang sedang menjalin tali asmara, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua, dan yang lain hanya minjam.

Kaum adam biasa lebih ringan mulutnya untuk mengutarakan "I Love You". Bahkah bisa berjuta kali mengungkapkan kalimat "Aku Cinta Kamu" kepada pasangannya. Dan kebanyakannya, frekuensi ungkapan romantis ini cenderung menurun setelah memasuki gerbang pernikahan, terus menurun, dan nyaris hilang seiring dengan bertambahnya usia pernikahan.

Bagi sebagian pasangan suami istri, ungkapan romantis "I Love You" untuk pasanganya adalah sesuatu yang tabu. Tabu karena merasa enggan dan malu, seolah masih seperti anak muda yang sedang memadu kasih. Belum lagi usia pernikahan yang sudah menuju kepala dua. Namun bagi sebagian pasangan yang lain, ungkapan romantis "I Love You" layaknya nutrisi yang selalu menyehatkan dan menghangatkan keharmonisan dalam bahtera rumah tangga. Bahkan ungkapan "I Love You" dari seorang suami kepada istrinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia pernikahaan. Tentu "I Love U" yang terucap bukan sekedar basa basi dan pemanis bibir belaka. Tapi ungkapan tulus dari hati dan jiwa terdalam.

Jika kita berkaca orang tua kita (setidaknya alm. Ayah dan Ibu saya), rasanya jarang atau bahkan tidak pernah terungkapkan kalimat romantis semisal "I Love You". Tapi keharmonisan dan kehangatan rumah tangga tetap terjaga sampai akhir hayat. Keharmonisan yang tidak terucap dengan kata-kata romantika, tapi terwujud dari perilaku yang saling menjaga dan menyayangi. Dan ini nilainya lebih dari sekedar ungkapan "I Love You", apalagi jika "I Love You" hanya sebagai pemanis bibir saja. Saya yakin, kecintaan dalam perkawinan Ayah dan Ibu kita adalah penuh keikhlasan dan memegang teguh kaidah yang berlaku dalam agama yang diyakini.

Bagi kita (saya pribadi) yang hidup berumah tangga pada zaman sekarang. Saat media yang sangat gencar menyodorkan gosip dan fitnah. Saat niat berumahtangga hanya untuk memuaskan hawa nafsu belaka, maka tidak jarang terbelok di tengah jalan. Terbelok pada jalan yang jauh dari keharmonisan dan menerima pasangan apa adanya. Sering kali, bertambah usia pernikahan, bertambah pula kekurangan yang terlihat pada diri pasangan. Sehingga celah-celah fitnah masuk yang mungkin bisa membuat bahtera rumah tangga menjadi karam ditengah perjalanan.

Bagi kita yang beragama Islam, tuntunan berumah tangga cara Rasulullah SAW adalah rujukan yang tepat. Rasullah SAW adalah sosok suami yang sangat mesra dan romantis kepada istri-istrinya. Beliau SAW sangat menyayangi istrinya dan melayaninya dengan baik. Dalam hadistnya Beliau SAW. bersabda. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

Berbuat baik dan romantis pada pasangan adalah sebuah keharusan. Selain baik untuk keharmonisan suami istri juga baik bagi tumbuh kembang anak-anak. Keluarga yang harmonis tentu akan melahirkan anak-anak yang bahagia, cerdas dan bertanggung jawab. Tentu akan berkebalikan jika anak-anak lahir dalam keluarga yang gaduh dan berantakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun